LOGINMasih sambil menyentuh perutnya, senyum Ayudhia melebar walau matanya masih berkaca-kaca.“Kalau begitu, bicara di dalam biar nyaman. Apa pun masalah kalian, aku mau kalian bicara dengan tenang. Tidak ada teriakan, tidak ada bentakan. Paham, ‘kan?”Bak seorang ibu sedang menasihati anaknya yang bertengkar, Ayudhia bicara sambil menatap bergantian pada Andreas dan William.Dan lucunya, kedua pria yang usianya sudah tidak muda lagi ini, kini mengangguk-angguk patuh,Sedangkan Steven dan pengacara William, sampai terbengong melihat sikap atasan mereka masing-masing ini. Baru kali ini mereka tunduk pada seseorang, dan orang itu adalah gadis muda yang baru saja mereka temukan.Ayudhia meminta William dan Andreas untuk bicara di dalam saja. Dia juga akan ikut, mengawasi agar keduanya tidak bertengkar lagi.Arlo berjalan di samping Ayudhia, dia melangkahkan kaki sambil menatap istrinya, lalu berbisik, “Kamu baik-baik saja?”Menoleh pada suaminya yang baru saja bertanya, Ayudhia mengangguk pe
Ayudhia dan Arlo menatap ke amplop yang dipegang Andreas, melihat betapa tegangnya wajah Andreas setelah bicara, keduanya lantas menatap William yang duduk dengan tenang.William baru saja menyesap tehnya ketika mendengar pertanyaan Andreas, sambil meletakkan kembali cangkir di meja, William berucap, “Kamu bisa baca, ‘kan? Kenapa tidak dibaca? Jangan-jangan lupa cara baca. Apa perlu kusekolahkan lagi?”Tatapan William kini tertuju pada Andreas setelah selesai bicara.Mata Andreas membola mendengar ucapan William, ayahnya ini memang selalu bisa memancing amarahnya untuk meledak.Sedangkan Ayudhia dan Arlo, mereka sepertinya paham masalah di antara keduanya, ego.Masih memegang amplop itu di tangannya, sambil sedikit meremasnya Andreas berucap, “Aku paham apa yang kamu tulis di sini, tapi aku tidak paham, kenapa kamu menulisnya?” “Kamu paham tapi tidak paham? Kamu benar-benar seperti anak-anak,” ledek William.“Diam kamu, Pak Tua. Apa kamu benar-benar datang hanya ingin membuat masalah
Ayudhia langsung bangkit dari duduknya, begitu juga dengan Arlo. Tatapan mereka kini sama-sama tertuju ke titik yang sama.“Ada keperluan apa Anda kemari? Papa sedang ke perusahaan,” kata Ayudhia dengan tatapan tak teralihkan dari William yang sekarang berdiri memandangnya.William menatap begitu dalam pada Ayudhia, nada bicara Ayudhia sedikit keras tak seperti saat pertama kali mereka bertemu dan belum mengenal satu sama lain.“Bahkan datang ke tempat yang pernah menjadi miliknya, juga harus dipertanyakan niatnya,” ketus William.Ayudhia tersentak mendengar ucapan William. Dia sampai membalas, “Pernah menjadi milik Anda, ‘kan? Bukan masih menjadi milik Anda?”William yang sekarang dibuat terkejut karena ucapan Ayudhia. Namun, meski begitu William tidak meledak-ledak saat menghadapi Ayudhia yang dianggapnya tidak sopan.Sedangkan Arlo, dia cemas emosi istrinya tidak stabil dan bisa memengaruhi kondisi kehamilan istrinya.Sambil memegang lengan Ayudhia, Arlo berucap, “Ay, tenang, sabar
Keesokan harinya.Mobil yang ditumpangi Andreas berhenti di depan lobby perusahaan Haven. Dia ditemani Steven masuk ke dalam lobby untuk melakukan pelepasan jabatannya setelah mengurus semua sisa pekerjaan yang harus dikerjakan.Ketika sampai di lantai ruangannya berada. Andreas terkejut melihat sekretaris dan para staffnya berdiri di depan pintu ruang kerjanya, wajah semua orang begitu sendu.“Tuan.”Andreas menatap satu persatu staffnya. “Kenapa kalian tidak bekerja dan malah berdiri di sini?”“Tuan, apa Anda tidak bisa mempertimbangkan keputusan Anda? Tanpa Anda, Haven tidak akan seperti sekarang,” kata sekretaris.“Kami membutuhkan Anda, Tuan. Jangan lepas jabatan Anda,” pinta staff lain.Andreas mengembuskan napas kasar mendengar permintaan karyawannya, tetapi keputusannya sudah bulat.“Haven akan dipimpin oleh pemimpin yang lebih baik, kalian jangan cemas, meski ada aku atau tidak di sini, kesejahteraan kalian akan tetap terjamin di Haven.”Andreas menepuk pundak sekretarisnya,
Saat sore hari.Ketika menginjakkan kaki keluar dari kamar. Tatapan Ayudhia langsung mengedar ke seluruh sudut ruangan di mansion yang terjangkau matanya.Saat masuk tadi, Ayudhia tidak melihat apa pun karena dia tidur, sekarang dia bisa mengagumi bangunan luas dan indah dengan interior klasik tempat tinggal ayahnya.Di setiap dinding tempat itu, tidak ada foto keluarga, foto Andreas atau yang lain. Mungkinkah Andreas sudah menyingkirkan semua sebelum dia datang?Ayudhia tak mau memikirkannya. Dia tetap mengayunkan langkah bersama Arlo sambil terus mengamati desain interior bangunan ini.Beberapa pelayan yang berpapasan dengan Ayudhia dan Arlo, membungkuk saat mereka lewat.Ayudhia agak canggung, ternyata sikap pelayan di sini lebih sopan dari di rumah mereka.“Mau lihat kebun anggurnya langsung?” tanya Arlo.Ayudhia menoleh pada suaminya, kepalanya mengangguk penuh semangat. “Mau.”Arlo meraih tangan Ayudhia, mereka melangkah bersama keluar dari dalam mansion, lalu menuju samping rum
Andreas mengantar Ayudhia dan Arlo ke hotel lebih dulu, menemui semua staff Atelier yang masih di sana. Mereka belum melakukan perjalanan berwisata karena menunggu Ayudhia keluar dari rumah sakit.“Akhirnya kamu keluar dari rumah sakit, kami senang melihatmu baik-baik saja,” kata Maya setelah memeluk Ayudhia.“Maaf, ya. Karena kondisiku, liburan kalian terganggu,” ucap Ayudhia sambil menatap satu persatu staff yang ada di hadapannya.Semua orang kompak membalas jika tak masalah, mereka juga memahami kondisi Ayudhia saat ini.Terharu karena semua orang mengerti, Ayudhia kemudian bicara lagi. “Aku ke sini untuk menyampaikan kalau aku tidak bisa ikut perjalanan liburan kalian. Kuharap kalian menikmati liburan kalian dengan senang. Juga, aku tidak akan kembali dalam waktu dekat karena kondisiku yang tidak memungkinkan melakukan perjalanan jauh. Titip Atelier selama aku tidak ada, ya.”Maya dan yang lain terkejut, tetapi Maya dan Della tahu kondisi Ayudhia saat ini.“Tidak apa-apa, yang pe







