Kakak, biar aku semakin semangat update, jangan lupa buat tinggalin komentar kalian, ya. Hari ini tetap up 2 bab seperti biasa, ya. makasih. :)
Siang hari di Atelier.Pintu lift terbuka di lantai tiga ruang bagian produksi. Ayudhia bersama timnya melangkah keluar dari lift menuju ruang yang sudah disiapkan untuk mulai merancang desain buatan Ayudhia.Saat Ayudhia mencapai di ambang pintu, langkahnya terhenti saat mendengar pembicaraan karyawan yang bertugas di sana. Dia menatap dua karyawan duduk di depan meja memunggungi pintu masuk.“Sampai sekarang aku masih tidak paham, kenapa dia yang menjadi kepala tim untuk project penting seperti ini.”“Tidak tahu juga apa yang membuatnya dipertahankan. Apalagi kalau berita ini terus naik, mau membuat gaun seindah apa pun, tidak akan pernah dilirik investor. Mereka tidak mau rugi kalau bekerjasama dengan perusahaan yang punya skandal.”“Benar juga, buruk sekali nasib kita. Kenapa kita harus diberi tanggung jawab membuat desain staff itu. Kerja keras pun sepertinya akan sia-sia.”“Merepotkan sekali.”Ayudhia diam dengan tatapan datar, satu tangannya mengepal kuat di samping tubuhnya.S
Di mobil. Arlo duduk diam dengan tatapan datar. Dia melirik pada kaca spion luar, melihat mobil-mobil wartawan mengikutinya. Dia tetap duduk dengan tenang sampai mobilnya tiba di RDJ Group. Saat mobil baru saja berhenti di depan lobby, beberapa wartawan yang ada di depan RDJ langsung mengerumuni mobil Arlo, ditambah wartawan yang tadi mengikuti, membuat security yang akan mengamankan Arlo kewalahan. Mike segera membelah kerumunan, memastikan Arlo mendapatkan jalan untuk masuk ke gedung RDJ, baru setelahnya membuka pintu mobil. Begitu Arlo melangkahkan kaki keluar dari mobil, para wartawan semakin mendesak untuk mendekat meskipun beberapa security sudah menghalangi. “Beri kami jalan!” teriak Mike dengan lantang sambil melindungi Arlo dari kerumunan para wartawan. “Pak Arlo, apa Anda tak mau memberi klarifikasi tentang berita yang beredar dan keterlibatan Atelier di dalamnya?” tanya salah satu wartawan sambil mengacungkan alat perekam ke arah Arlo. Sadar takkan bisa melewati para w
Kening Elvano berkerut samar. Dia menatap bergantian orang-orang yang ada di ruangan itu, sebelum tatapan Elvano berakhir pada Arlo. “Kenapa tidak boleh terlihat bersamamu?”Melihat kebingungan di ekspresi wajah Elvano, Aksa menjelaskan, “Saat ini masalah Ayudhia sedang disangkutpautkan dengan Atelier, jika Ayudhia ketahuan bersama kakakmu, itu akan menguatkan opini buruk publik pada keduanya. Ayudhia akan terkena imbas lebih dalam.”Melihat Ayudhia yang diam, Alina meraih telapak tangan Ayudhia dan tersenyum saat menantunya ini menoleh padanya. “Tidak memperbolehkan orang melihatmu bersama kami, bukan berarti kami tidak menganggapmu keluarga. Tapi untuk saat ini, menutupi identitasmu sangat penting. Jangan sampai kamu menjadi sasaran keegoisan orang-orang yang tak bertanggung jawab. Kami tidak mau kamu semakin dihujat.”Bola mata Ayudhia sedikit berkaca-kaca. Dia menganggukkan kepalanya, memahami semua sikap yang ditunj
Keesokan harinya.Ayudhia bangun dengan wajah lebih segar. Dia sudah membersihkan diri dan memakai pakaian yang Alina siapkan. Ayudhia berdiri mematut diri di depan cermin dengan ekspresi lebih ceria, perasaannya begitu tenang setelah bisa bicara dengan keluarga Arlo.Di dekat Ayudhia, Arlo sedang memakai jam tangan, ketika mengalihkan pandangan pada Ayudhia, dia berkata, “Aku akan mengantarmu ke Atelier sebelum ke RDJ.”Ayudhia menoleh pada Arlo sambil mengangguk. “Iya”Saat Arlo ikut menoleh ke arah Ayudhia, dia bisa melihat sorot kelegaan dan ketenangan dari mata istrinya itu. Senyum samar nyaris tak terlihat terbentuk di bibir Arlo.Ayudhia memperhatikan ikatan dasi Arlo yang kurang rapi. Ayudhia melangkah mendekat ke arah Arlo berdiri, begitu sampai di samping suaminya yang sedang mematut diri di kaca, Ayudhia berkata, “Boleh kurapikan ikatan dasimu?”Saat kembali menoleh pada Ayudhia, pandangannya tertuju ke tangan Ayudhia yang siap terangkat. Arlo memutar tubuhnya menghadap Ayud
“Itu bisa saja terjadi.” Alina menimpali saat tatapannya tertuju pada Ayudhia. Dia melihat ekspresi wajah menantunya yang begitu syok mendengar penjelasan Arlo.“Tapi siapa dan kenapa orang itu melakukannya? Apa orang itu ada dendam pada Ayudhia?” Aksa ikut angkat suara. Dia menatap Arlo dan Ayudhia secara bergantian untuk mendapat jawaban.Arlo menoleh pada Ayudhia. Dia bisa menebak siapa, tetapi Arlo tetap butuh petunjuk lebih banyak untuk membuktikan kalau dugaannya benar.Ayudhia diam dengan pandangan tertunduk dalam. Jika dia boleh berasumsi dan menduga, pasti Fionalah pelakunya. Fiona dalang dari semua berita yang beredar liar di luaran sana tentangnya.Arlo masih menatap pada Ayudhia yang tanpa suara. Dia melihat beban dalam sorot mata sendu istrinya ini. “Kita tidak tahu siapa pelakunya dan tidak bisa menuduh sembarangan karena ini hanya dugaanku saja, jadi aku akan benar-benar menyelidiki ini dan menangkap siapa pun
Setelah makan malam selesai. Semua orang berkumpul di ruang keluarga menikmati kopi dengan camilan yang tersedia.Ayudhia duduk dengan pandangan sedikit tertunduk, bibirnya terkatup rapat saat jemarinya saling meremat.Ketika mengangkat pandangannya, Ayudhia melihat Elvano yang sedang sibuk dengan ponsel, lalu pandangannya beralih pada Alina dan Aksa. Ekspresi wajah dua orang itu begitu serius, bibir mereka tampak bergerak sedang membahas sesuatu, tetapi Ayudhia tak mendengar apa yang keduanya bicarakan. Meremat jemarinya semakin kuat. Ayudhia menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan perlahan ketika tatapannya benar-benar fokus pada sang mertua.“Pa, Ma, ada yang mau aku bicarakan dengan kalian semua,” katanya dengan tatapan sedikit ragu. Dia mengarahkan bergantian tatapannya pada Alina, Aksa, Arlo, hingga Elvano.Ketika atensi semua orang kini tertuju padanya, Ayudhia lebih dulu menarik napas dalam-dalam lagi sebelum bicara.“Aku minta maaf karena masalah pribadiku, Atelier jadi