Rick mengartikan perkataan Ava adalah sebuah kecemburuan. Seketika langkah kaki Rick terhenti.Rick menoleh menunggu Ava jalan beriringan sebelum berkata, "Iya, mereka ada di departemenku.""Input medis tugas mereka," Ava menimpali dengan lirih."Sudah dapat aku pastikan mereka akan ikut ke ruang operasi." Rick memanyunkan bibir membuat Ava tak bisa menyahut.Begitu tiba di gedung, mereka berjalan ke ruangan Rick. Namun, langkahnya terhenti ketika Tuan Max— selaku kepala rumah sakit, dan beberapa dokter menghampiri untuk menginstruksikan tugas.Ava mendengar dengan jelas bahwa yang akan dioperasi adalah Christy, putri bangsawan dari keluarga terpandang di kota itu. Pantas saja kepala rumah sakit ikut serta menyambut Rick seperti ini, pikir Ava selagi mengamati wajah Rick tampak tenang hingga instruksi dari kepala rumah sakit berakhir.Ketika mereka masuk ke ruangan Rick, seketika Rick dikerumuni banyak asisten dan Dokter magang. Tanpa sadar, Ava terdorong keluar dan tak ada celah un
Wajah Ava bersemu merah menahan malu mendengar pertanyaan Rick. Tanpa sadar, dirinya mengangguk kecil dan berkata, "Istirahatlah, aku akan belikan makanan."Ava buru-buru membalikkan badan dan melangkah keluar. Rick menatap lekat punggung mungil Ava yang hilang di balik pintu. Tatapan Rick begitu dalam, penuh syarat akan arti.Sopir yang menunggu di depan lobby menyambut Ava dan membuka pintu mobil, tetapi Ava menggeleng dan berkata, "Tunggu sebentar lagi, ya? Ada yang harus diurus dulu."Ava pergi ke gerai makanan dan membeli bubur untuk Rick. Ketika dia kembali, Rick tak berada di ruangan. Dia keluar menyusuri lorong rumah sakit untuk mencari keberadaan sang suami.Belum setengah jam berlalu setelah operasi, Christy mengalami kejang-kejang dan pelemahan denyut nadi. Tentu saja para medis berdatangan kerja cepat, tak terkecuali Rick yang dipanggil oleh team departemen. Wajah dokter itu tampak serius ketika baru saja keluar dari ruang ICU. Ketangkasan Rick menangani Christy membuat
Ava baru saja selesai bekerja dan merapikan meja. Dia mengangkat jam di pergelangan kiri, waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Sejenak, dia teringat Rick yang mengatakan akan menjemputnya. Ava ragu apakah Rick mengingatnya atau tidak. Segelintir pikiran mengantarkan dia hingga ke luar gedung, lalu tampak sebuah Mercedez hitam yang tak asing terparkir di seberang gedung Eternal Pharma.Ava segera berlari menghindari tatapan orang-orang yang baru keluar kantor. Ketika membuka pintu mobil belakang, Ava disuguhkan pemandangan Rick yang menyandarkan kepalanya sambil tertidur. Wajah tampan Rick tampak begitu lelah. Bahkan, deru napasnya terdengar berat. Entah mengapa mendadak jantung Ava berdegup kencang, ada rasa tak tega yang menyayat-nyayat di hatinya melihat Rick seperti itu.Dia mencondongkan tubuh ke depan dan berbisik pada sopir, "Apa dia baru pulang kerja?" Sang sopir menjawab dengan anggukkan dan mulai melajukan mobil."Rick," lirih Ava berkata saat menyandarkan tubuh di sampin
Rick baru saja tiba di rumah sakit. Dia melangkah cepat dan masuk ke ruang Christy dirawat. Christy menarik paksa jarum infus dan berlari menghambur ke pelukan Rick. "Dokter Rick, aku takut petir." Christy menangis dengan suara manja dibuat-buat.Air wajah Rick mengeras, jelas dia tak suka dengan perbuatan Christy. Dia memegang bahu wanita itu dan mengikis jarak agar menjauh."Nona Christy, Anda bukan anak kecil," kata Rick dengan tegas."Tapi aku benar-benar takut. Hal ini pasti akan berdampak buruk pada kondisiku. Apa kau tidak takut jika terjadi sesuatu padaku?" Christy terisak-isak sambil menunduk."Jangan berlebihan! Aku tahu kondisimu. Kau tak selemah itu, Nona Christy." Mata Rick membeliak tajam, lalu memerintahkan perawat agar kembali memasang infus.Christy menatap lekat Dokter Rick yang enggan memandangnya."Nona Christy, tolong jangan bergerak sembarangan. Jika tidak, infus bisa meradang nantinya," kata perawat memperingatkan. Karena Christy anak orang berpengaruh di rum
Keesokan harinya.Seperti yang dikatakan Rick pada Ava sebelum pergi semalam, dia mungkin takkan pulang. Karena Rick benar-benar tidak pulang, hal itu membuat Ava tak tenang saat bekerja. Email yang masuk di layar monitor seolah berubah jadi wajah Rick. Ava melamun hingga suara notifikasi pesan dari ponsel di atas meja pun membuatnya mengerjap terkejut.Degup jantung Ava berpacu cepat hingga keringat dingin membasahi punggungnya. Sarah dua hari lalu menginvite Ava bergabung di group fans club Dokter Rick. Jadi, Ava dapat mengetahui aktifitas Rick setiap hari dari fans fanatiknya. Sungguh dia gerah membaca komentar beberapa haters yang melabeli Dokter Rick telah salah meresepkan obat pada pasien.Tak sedikit pula dari mereka yang mengecam dan meragukan kemampuan Rick. Namun, hastag save Dokter Rick tiba-tiba menjadi trending di sosial media. Hal itu membuat Ava semakin gelisah dan bertanya-tanya dalam hati. Apa Rick dalam bahaya?"Ava, ayo pulang. Apa kau akan lembur?!" Suara Sarah m
"Apa kau begitu marah padaku hingga berbohong mengatakan sudah menikah?"Ava menghempas tangan James yang memegangi tangannya. Dia memandang wajah pria bajingan itu dengan tatapan dingin. "Kenapa aku harus marah?" Ava balik bertanya dengan penuh sindiran. "Anda tahu dengan jelas aku tak pernah berbohong tentang statusku!""Kamu mungkin memang membenciku saat ini. Tapi, aku yakin rasa cintamu lebih besar dibanding rasa bencimu padaku," kata James lantang.Ava seketika memutar bola matanya, terheran kenapa James begitu percaya diri? Pria itu sudah mengkhianatinya dengan begitu brutal. Lalu, kenapa sekarang muncul dan berkata dengan tidak tahu malu? Ya, Ava memang pernah mencintai James dengan tulus. Namun, ucapan Rick yang mengatakan agar melupakan James membuat Ava sadar bahwa dia begitu bodoh pernah jatuh cinta pada pria busuk seperti James.Hanya saja, Ava mengingat keluarga Scarlett yang merupakan pemilik Group LC. Sekarang Ava mengerti, Scarlett pastilah meminta pada ayahnya ag
Ava terkelu tak bisa menjawab pertanyaan Rick. Dia pun tak tahu kenapa datang ke rumah sakit. Hanya nalurinya yang mendorong Ava ke sana, dan dia baru sadar tangannya masih memegang erat jemari kanan Rick. Ketika Ava hendak menarik tangannya, Rick balik menggenggam jemari Ava."Kau tak ingin menjawab pertanyaanku, Nyonya Rick?" Suara Rick semakin lembut."Aku hanya kebetulan lewat," kata Ava, mencari alasan.Rick mengatupkan bibir membentuk senyum tipis, lalu berkata, "Emh, aku baru tahu jika dari kantormu ke arah pulang harus melewati rumah sakit dulu."Ava seketika gelagapan dan salah tingkah karena dari kantor ke rumah sakit jelas sekali berlawanan arah. "Bukan seperti itu, Rick," kata Ava, berusaha mengelak."Lalu? Ah, apa kau sengaja datang kemari untuk bertemu James?" Rick memerhatikan raut wajah Ava yang mendadak kaku."Tidak, a-aku …."Ucapan Ava terhenti ketika Rick tiba-tiba menciumnya dengan kasar. Tangannya begitu erat menarik tengkuk Ava. Untuk kedua kalinya Ava merasa
"Ava, benarkah Dokter Rick sedang diskorsing oleh pihak Hospital Liaison?"Ava memberengut, dia lantas meraih ponsel dan memeriksa sosial media untuk berita di internet. Degup jantungnya kembali berpacu begitu kencang."Sarah, kepala rumah sakit ternyata menskors Dokter Rick untuk penyelidikan kasus pasien. Pantas saja dia tak pergi bekerja berhari-hari." Ava merasa bersalah karena benar-benar tak peduli pada Rick."Ava, kau ini istrinya. Apa saja sih yang kalian lakukan di rumah hingga masalah ini saja kau baru tahu? Apa kau bahkan tak membaca berita di internet?" Suara Sarah terdengar seperti tukang gosip.Ava mengerutkan alis, terheran dengan sahabatnya itu. Apa dia harus menjabarkan selama tiga hari ini Rick menghabiskan waktu di ruang kerja? Mereka bahkan tak tidur bersama.Namun, satu hal yang tak pernah Ava sadari. Rick selalu masuk kamar ketika Ava terlelap, dan kembali sebelum istrinya membuka mata. Sepertinya Ava juga tak merasakan bahwa Rick selalu memeluknya.Notifikasi pe