Warning: Bab ini dapat menyebabkan emosi dan darah tinggi
* * *
"Saya cinta kamu, Anjani. Saya ingin membatalkan kontrak itu. Ayo berumah tangga dengan saya tanpa batas waktu yang di tentukan."
Anjani terdiam sesaat, sebenarnya ia terkejut, tapi berusaha untuk terlihat biasa saja.
Tatapan mata Sean masih fokus dan dalam, menunggu anggukan atau mungkin pelukan dari Anjani.
"Om lagi mimpi ya?"
Kaki Sean langsung lemas mendengarnya. Ia menghembuskan napas kecewa mendengar jawaban dari Anjani yang tak sesuai ekspektasi nya.
Anjani berdecih, menyingkirkan kedua telapak tangan Sean yang menelangkup wajahnya. Dalam hati Anjani menggerutu, enak s
Warning ya, yang masih di bawah umur harap mundur bun. Yang udah punya KTP, happy reading!* * *Sean menarik Anjani kedalam pelukannya, lelaki itu baru saja tersadar dengan apa yang ia lakukan. Tangan Sean mengusap punggung Anjani yang bergetar, rasa bersalah langsung menyeruak begitu saja mendengar suara isakan Anjani yang menyedihkan.Sean menghembuskan napas berat, ia memaki dirinya dalam hati karena hampir saja ia bertindak kebablasan. Ia hampir menjadi pemerkosa kalau saja dirinya tidak langsung sadar."Maaf, Jan, saya tidak akan melakukannya lagi, maaf saya khilaf." ujar Sean berusaha menenangkan Anjani, meskipun yang ada isakan Anjani terdengar semakin kencang.Sean menarik diri dari Anjani, menatap Anjani yang kini menunduk menyembuyikan wajahnya. "Hei, saya minta maaf, saya tidak akan seperti itu lagi." ujar Sean penuh penyesalan. Tangan Sean mengangkat dagu Anjani dengan lembut, lalu mengusap jejak air mata Anjani yang
Sudah hampir setengah jam Anjani mengurung diri di dalam kamar Key, berjalan ke sana ke sini dan menyentuh beberapa barang koleksi milik Key seperti sepatu dan buku - buku yang berjejer rapih di tempatnya. Kamar Key tidak pernah berubah, selalu bersih dan rapih, malah terkadang kamar Anjani yang notebene perempuan lebih berantakan dari kamar Key. Diandra bahkan selalu meminta Anjani untuk mencontoh Key, sebab kamar Key sangat bersih dan rapih.Kamar Key juga wangi, barang - barang di kamarnya tidak ada yang berdebu, lantainya kinclong dan licin, apalagi dinding kamarnya, tak ada noda atau coretan tinta sedikit pun. Anjani tidak kebayang bagaimana nasib yang menjadi kakak iparnya nanti karena mempunyai suami yang gila kebersihan seperti Key. Mungkin kakak iparnya nanti harus menyapu dan mengepel lantai 10 kali dalam sehari supaya tidak kena omelan Key.Tok tok tokAnjani yang sedang memandang tanaman kaktus milik Key tersentak
Kedua mata Sean tak lepas dari Anjani dan Langit yang saling melempar tawa kecil, dada Sean bergemuruh melihat pemandangan di depannya, Langit yang tengah menatap Anjani yang sedang makan dan Anjani yang sesekali menyuapi Langit dengan sendoknya, kalau saja Sean tidak tahan emosinya, mungkin semua perlengkapan makan yang berada di atas meja sudah terhempas semua ke lantai."Langit, kalau kamu laper ambil piring aja makan sendiri, jangan ganggu istri saya makan." celetuk Sean ketika Anjani hendak menyuapi Langit lagi.Langit merapatkan kembali mulutnya, membuat Anjani mendelik jengkel kearah Sean."Apa sih om, aku sendiri kok yang mau suapin Sky." ujar Anjani menahan kesal.Sean meletakan sendok dan garpunya, kemudian ia bangkit dan pindah duduknya di samping kiri Anjani, membuat Anjani berada diantara suami dan pacarnya itu."Kalau gitu suapin saya sekalian." ujar Sean dengan tidak tahu malunya
"Kanker perut?" Sean menatap tak percaya kearah Lucia yang sedang terisak kecil. Mereka kini sedang duduk menunggu di depan ruang operasi Adi.Sean mengusap pelipisnya, wajahnya tampak frustasi dan marah. Bagaimana Sean tidak marah kalau ternyata selama ini Ayahnya mengidap penyakit kanker dan ia baru tau setelah kondisi Ayahnya semakin parah.Sean menghembuskan napas panjangnya, mengontrol diri. Ia lantas mendaratkan bokongnya di samping Lucia, tangannya bergerak mengusap pundak Lucia, menegarkan. Ya, Sean paham bukan hanya dia yang mengkhawatirkan nyawa Ayahnya saat ini, tapi mamahnya juga."Mamah harusnya bilang sama Sean dari awal. Sean ini anak kalian, masa masalah sepenting ini Sean gak tau?" Sean mendumal dengan nada lembut, jujur saja ia merasa kecewa saat tau Adi dan Lucia menyembunyikan penyakit yang Adi derita sejak satu tahun lalu. Padahal Sean adalah putra satu - satunya mereka.Lu
Anjani sedikit tersentak saat Langit menarik ikat rambut nya secara tiba-tiba, membuat rambutnya yang baru saja ia ikat menjadi tergerai kembali."Jangan di ikat." ujar Langit dengan wajah cerianya yang langsung berubah datar, kening Anjani mengernyit menatap Langit bingung.Anjani mengangguk mengindahkan perintah Langit, ia memilih diam daripada bertanya kepada Langit yang wajahnya seperti menahan marah.Suasana mendadak suram, baik Anjani dan Langit yang tadi melempar tawa kini saling diam."Kalau kamu mau pulang, aku tunggu di mobil." kata Langit kemudian ia bangkit dari duduknya dan beranjak pergi meninggalkan Anjani yang semakin dibuat bingung dengan prilaku Langit yang berubah drastis dalam beberapa menit.Suasana hati Langit berubah buruk setelah melihat bekas ciuman di leher Anjani. Siapa yang tidak marah melihat perempuan yang di sayanginya mempunyai bekas ciuman di leher dan yang jela
Operasi Adi berjalan lancar. Dan hari ini adalah hari ketiga ia berada didalam ruang inap nya.Biasanya Anjani akan datang sendiri, atau bersama Sean setelah Anjani pulang dari sekolah.Tapi karena hari ini adalah hari terakhir Anjani melaksanakan ujian nasional dan hanya satu mata pelajaran, jadi Anjani pulang lebih cepat dan tanpa berpikir dua kali Anjani meminta Langit untuk mengantarnya ke rumah sakit.Saat Anjani baru datang tadi, ada Lucia yang menemani Adi, tapi Lucia meminta tolong kepada Anjani untuk menjaga Adi sebentar karena ia harus mengambil baju - baju bersih di rumah."Anjani," Adi memanggil anak menantunya yang saat ini sedang mengupas buah dengan wajah cerianya."Iya, Yah?" jawab Anjani, dengan sigap ia memfokuskan diri ke Adi."Ayah dengar hari ini hari terakhir kamu ujian nasional?" ujar Adi yang mendengar kabar dari Sean tadi pagi kalau hari ini Anjani akan
5 tahun kemudian."Mama gak akan setuju, Lang. Hubungan kalian saja awalnya sudah salah, kenapa kamu keras kepala dan gak nurut sama ucapan mama? Masih banyak gadis yang mau sama kamu. Bodoh banget kamu memilih wanita yang pernah gagal berumah tangga."Anjani membekap mulutnya, tubuhnya yang bersembunyi di balik dinding sedikit gemetar."Kalau dia saja pernah selingkuh sama kamu di belakang suaminya yang dulu, dia pasti bakal ngelakuin hal yang sama ke kamu nanti.""Mah!" Suara lantang Langit berhasil membuat Rita merapatkan mulutnya. "Aku akan tetap nikahin Anjani, Ma." Langit tetap kekeh dan keras kepala."Silakan, tapi jangan harap dapat restu dari mama dan papa!"Suara derap langkah Rita yang mendekat membuat Anjani buru - buru melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Anjani menyenderkan tubuhnya pada pintu yang kini tertutup rapat, tubuhnya merosot ke lantai, kemudian ia terisak kecil.Jika kalian berpikir usai perceraian
"Jan, tumben Langit jarang main kerumah. Biasanya juga kamu pulang di antar dia, kok tadi minta di jemput bang Key?" Diandra bertanya kepada Anjani yang baru saja tiba di rumahnya beberapa jam lalu.Anjani yang sedang bermain dengan keponakan barunya, anaknya Key. Langsung menoleh kearah Diandra."Aku udah gak sama Langit, Mah." Jawab Anjani berhasil membuat telinga yang mendengar langsung menatap kearahnya, Key, Diandra, Roger dan kakak iparnya.Langit bukan lagi orang asing di keluarga Anjani, meski awalnya Diandra dan Roger menentang hubungan mereka, tapi pada akhirnya Langit berhasil menembus tembok dingin itu sampai Langit bahkan di kenal di kalangan teman arisan nya Diandra. Langit selalu Diandra banggakan dan diklaim sebagai calon menantu barunya. Tapi apa yang bar