Beranda / Rumah Tangga / Pernikahan Luka / Ketahuan Berdua dengan Andika

Share

Ketahuan Berdua dengan Andika

Penulis: BedeR
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-15 15:29:36

Andika, merasa ada kecocokan dengan Dewi. Tapi Dewi merasa belum bisa menerima Andika, jika harus melangkah lebih jauh.

Hanya sebatas hubungan friendzone, itu yang lebih tepat.

Meski demikian, Andika tak peduli. Dia berjanji akan menunggu sampai Dewi benar-benar siap.

"Andika. Aku lapar nih. Makan yuk!" ajak Dewi lewat chat.

Tanpa banyak tanya, Andika mengiyakan ajakan Dewi.

"Jemput aku ya," pinta Dewi lagi.

"Siap tuan putri!" balas Andika.

Dewi mengirimkan emoticon orang marah. Karena Dewi benci dengan sebutan putri.

Andika membalasnya dengan emoticon orang tertawa.

"Jemputnya nggak pakai lama!" imbuh Dewi.

Dalam hitungan 30 menit, Andika sudah ada di halaman rumah mewah milik.Dewi.

"Rumah ini, jadi hak milik kamu ya, kalau kamu cerai sama Aji?" tanya Andika yang coba iseng.

"Entah. Nggak peduli aku mau jadi milik siapa!"

"Eh nggak bisa begitu. Ini rumahnya kan rumah gono-gini," celetuk Andika.

"Udah. Fokus jalan aja kita. Nggak usah bahas soal rumah ini. Aku aja nggak peduli!" jelas Dewi cuek.

"Rumah mewah seharga 2 miliar itu, dibelikan Aji, saat menikah dengan dia." sebut Dewi.

"Siapa yang tanya?!!" Andika pasang mode sewot.

"Hahahah. Aku ngasih info ke kamu." jawab Dewi sembari melepas tawa.

"Sebenarnya aku nggak peduli. Dia mau kasih aku rumah atau nggak, kalau udah takdirnya hari ini harus cerai dari dia, aku terima dengan lapang dada. Lagian juga, buat apa hidup sama seorang suami yang tak lagi mencintai aku." keluh Dewi, curhat.

"Eh jangan. Rugi banget kalau kayak begitu. Lebih baik kalian cerai baik-baik. Terus urus semua harta gono-gini. Biar kamu punya modal, saat sudah pisah sama suamimu," Andika menasehatinya.

*Dewi hanya terdiam mendengarnya.

"Bagi aku, dapat atau nggak harta gono-gini itu, nggak penting. Aku bisa, hidup mulai dari nol!" kata Dewi pasrah.

"Emang isi bensin di SPBU, mulai dari nol!" Andika spontan mentertawakan Dewi.

Dewi pun reflek mencubit paha Andika.

Andika pun teriak kesakitan.

"Aduh! Sakit tahu. Punya laki itu, dielus. Bukan dicubit. Bisa biru-biru ini paha aku. KDRT!" celetuk Andika ngomel sendiri.

"Siapa suruh komen nggak jelas." balas Dewi merespon Andika.

"Ih....hobby marah. Begitu saja, marah. Nanti cepet jadi nenek-nenek tahu!" celetuk Andika lagi.

"Biarin!" Jawab Dewi tambah sewot.

"Buruan dong nyetirnya. Lama banget kita sampainya. Lapar nih!" desak Dewi.

"Iya iya....tuan putri. Kalau begitu mari kita gas!" kata Andika, yang berusaha menambah kecepatan laju mobilnya.

Nyaris menyerempet ibu-ibu yang lagi bonceng anaknya.

#Wus

Tapi Andika memang bisa diandalkan. Ibu itu terlihat kaget. Andika merasa bersalah. Kalau saja dia nggak lihai menghindar, pasti mobil yang dikemudikan Andika, sudah menyerempet motor ibu tadi.

Tak lama, mereka sudah tiba di sebuah rumah makan nasi Padang langganan Dewi.

"Andika. Sepertinya aku kenal mobil ini. Ini mobil Aji. Yang dibuat jemput perempuan sialan itu." kata Dewi, saat mereka berada di parkiran.

"Hmmmm. Cuek saja. Dia sama selingkuhannya, kamu juga sama suami kamu, si ganteng Andika." Andika malah becanda.

"Ih nggak lucu, tahu!" Dewi pasang wajah serius.

Saat Dewi dan Andika hendak keluar dari mobil. Aji juga baru keluar dari rumah makan itu.

Tanpa banyak bicara, Aji langsung menarik tangan Dewi dengan kasar. berusaha memisahkan Dewi dari Andika. Mendapat perlakuan kasar seperti itu, Dewi langsung berontak.

"Lepaskan Mas. Kamu nggak berhak mengatur aku lagi, sejak kamu mengkhianati pernikahan kita!" bentak Dewi sembari berusaha melepaskan diri dari genggaman tangan Aji.

Aji tersadar. Dia memang sudah mengkhianati cinta Dewi.

Dia pun berusaha meredam amarahnya. Karena memang Aji yang bersalah.

"Kamu tega, ninggalin aku, demi perempuan sialan ini!" bentak Dewi lagi, yang menahan tangisnya.

"Andika, kita pergi dari sini," Dewi menggamit tangan Andika, dan mengajaknya berlalu dari hadapan Aji.

Aji benar-benar tak bisa berbuat apa-apa. Dia masih tak rela saat melihat istrinya digandeng pria lain. Tapi, apa boleh buat. Kenyataannya, Aji memang yang bersalah.

***

"Kita selesaikan secara adat. Aku tunggu kamu di rumah. Datanglah kalau kamu memang laki-laki sejati."

Pesan itu dikirim Aji ke nomor ponsel Andika.

Andika cuek membaca pesan itu.

"Bajingan! Jawab atau aku akan laporkan kamu ke polisi atas tuduhan perselingkuhan dengan istri orang. Lihat saja nanti!" ancam Aji, penuh emosi, karena melihat chat yang dikirim ke Andika, hanya dibaca saja.

Andika masih tak ingin berinteraksi dengan Aji. Meskipun itu, hanya membalas chat di HP.

"Emang siapa kamu. Main ancam-ancam aku." Andika emosi sendiri, saat membaca chat Aji.

Tapi, entah dari mana Aji bisa mengetahui tempat tinggal Andika.

Tiba-tiba saja Aji sudah nongol di depan teras rumah Andika.

Aji membunyikan bel rumah hingga berkali-kali. Tapi Andika belum ingin membukakan pintunya. Andika tahu, saat melihat Aji dari pantauan cctv.

Bukan karena Andika takut. Tapi lebih ingin menjaga emosinya.

"Jangan jadi pengecut. Hadapi aku dan kita selesaikan secara jantan." Aji kembali mengirim pesan itu ke Andika.

Karena merasa tertantang, Andika pun keluar memenuhi panggilan Aji.

Saat pintu rumah terbuka. Keluarlah Andika. Dengan tatapan mata sinis, Aji mengarahkan pandangannya ke Andika.

"Mau kamu apa, Bro!" tanya Andika santai.

"Kamu hanya laki-laki banci yang bisa mengambil istri orang." sebut Aji penuh emosi.

"Hahahahah! Istri orang? Bukankah Dewi sudah tak bersuami lagi!" celetuk Andika to the point.

"Baj**gan kamu!" bentak Aji sembari hendak melemparkan bogem mentah ke wajah Andika. Tapi, Aji buru-buru membatalkan niatnya itu.

"Bagaimana pun dia sudah melepasmu. Dia nggak peduli kamu mau sama perempuan mana pun. Sekarang, baginya yang terpenting adalah bersama aku. Kamu boleh buktikan kata-kataku ini!" sebut Andika penuh bangga.

Sejenak, Aji mulai membenarkan apa yang dibilang Andika. Dewi mulai berani dan terang-terangan mengakui hubungannya dengan Andika.

"Lagi pula, kamu juga nggak berhak mendapatkan hati Dewi. Dia perempuan tulus yang pernah aku jumpai. Hanya saja, kamu menyia-nyiakan semua ketulusan Dewi." celoteh Andika lagi.

"Aku nggak peduli apa yang kamu katakan. Mulai sekarang jauhi Dewi atau kamu akan menerima akibatnya." ancam Aji dan dia pun berlalu meninggalkan kediaman Andika begitu saja setelah mengancam Andika.

Bersamaan dengan itu, Dewi juga tiba-tiba datang. Tentu saja, kedatangan Dewi tak lain hanya ingin bertemu Andika.

Aji menghadangnya.

"Kamu itu, istri nggak bener. Terang-terangan selingkuh di depan aku. Dasar perempuan tak ada guna!" kata Aji yang masih dikuasai amarahnya.

"Apa bedanya dengan kamu. Selingkuh di depan aku. Kamu laki-laki waras nggak. Seenaknya selingkuh tanpa memikirkan perasaan aku!" kata Dewi tanpa titik koma.

Plak!

"Jangan kurang ajar kamu ya!" bentak Aji dengan suara bariton nya.

Sebuah tamparan dari Aji, mendarat di pipi kiri Dewi. Dewi diam tak mengatakan sepatah katapun.

Pipinya merah dan hatinya remuk redam. Dia menangis sejadi-jadinya.

Melihat Andika mendekati Dewi, Aji terbakar api cemburu. Aji berusaha menjauhkan Dewi. Tapi, Dewi menepis tangan Aji yang berusaha menggamitnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Luka    Alea Dijemput Aji

    Tak terasa, Alea sudah empat tahun.Pagi itu, waktu masih menunjukkan pukul tujuh. Aji sudah mendapatkan semua data-data tentang keberadaan Dewi.Termasuk keberadaan Alea, yang saban hari dititipkan di rumah Rosa."Antarkan saya ke alamat itu," perintah Aji pada Heri, pria muda usia 30 tahunan itu menurut saja apa yang dikatakan Aji.Heri langsung tancap gas menuju ke rumah Rosa. Dalam hitungan setengah jam kemudian, mobil Pajero Sport itu parkir di halaman rumah Rosa.Rosa, yang sedari tadi sibuk di dapur, mendengar suara deru mobil berhenti di depan rumahnya, tiba-tiba menghentikan aktifitasnya.Apalagi, saat bel rumahnya berbunyi. Dia bergegas menuju ruang tamu, melihat siapa gerangan yang bertamu ke rumahnya, sepagi ini.Dibukanya tirai jendela ruang tamu rumahnya."Hah? Aji?" Suami Dewi. Ada apa dia datang pagi-pagi begini?" Rosa heran.Bel ruang tamunya dibunyikan Aji lagi.Rosa pun harus membuka pintu ruang tamu itu."Mas Aji?" Rosa pura-pura memastikan bahwa itu Aji, suami De

  • Pernikahan Luka    Hari Pertama Masuk Kerja

    Pagi ini, Dewi penuh semangat. Menjalani hari barunya di sebuah kantor showroom mobil."Semoga aku diberi kesuksesan di tempat baruku ini," gumam Dewi, membatin.Satu hal yang membuatnya ingin selalu bersyukur. Teman-teman kantornya, baik dan ramah."Hai.....Mbak. Kenalin aku Fitria," sapa perempuan muda itu, menghampiri meja kerja Dewi."Ya Allah, terimakasih atas segala yang Engkau anugerahkan untukku kali ini," ucap Dewi, dalam hati."Dewi," sebut Dewi, menyebutkan namanya di depan perempuan itu, sembari menyambut jabat tangannya."Selamat bergabung di kantor ini ya Mbak," ucapnya lagi penuh persahabatan.***Waktu menunjukkan pukul 10.00 wib. Sebuah mobil Fortuner putih dengan nomor polisi BP 99 AJ, berhenti di pelataran showroom mobil tempat Dewi bekerja.Dewi hafal betul pemilik nomor polisi BP 99 AJ itu dulu adalah Aji, mantan suaminya.Melihat kedatangan mobil itu, debar jantung Dewi tak karuan."Ya ampun, kenapa manusia satu ini selalu aku jumpai dimana-mana? Skenario apa yan

  • Pernikahan Luka    Cari Lowongan Kerja

    Dewi bingung. Semakin hari, uang tabungannya semakin berkurang.Berharap uang pemberian dari Andika?Tidak. Itu tidak mungkin bagi Dewi. Apalagi setelah pertengkaran tempo hari, membuat Dewi jadi serba salah.Sementara itu, tuntutan hidup terus berjalan. Alea semakin semakin hari semakin besar dan dia juga butuh biaya."Alea sayang, doain mama cepet dapat kerja ya. Nanti kalau sudah dapat kerja, Alea pasti bisa jajan apa saja yang Alea mau." kata Dewi coba bicara dengan anak gadisnya itu.Alea sebenarnya masih tiga tahun. Dia juga nggak bakal mengerti apa yang dibicarakan Dewi. Tapi, bagaimana pun juga Dewi memberinya pengertian.Di sisi lain, Alea juga bingung semisalnya dia keterima kerja di sebuah tempat."Tapi, siapa yang jaga Alea ya?" Dewi bingung sendiri."Ah itu urusan belakangan. Sekarang aku mau fokus cari kerja apa saja yang bisa menambah penghasilan aku," pikir Dewi, simple.***"Ros. Kabari ya kalau ada lowongan kerja. Kerja apa aja aku terima." pesan Dewi ke sahabatnya.

  • Pernikahan Luka    Ultah Alea

    Dewi memandangi wajah Alea yang sedang tertidur."Wajah Aji junior." batin Dewi.Dia membelai lembut rambut bocah itu."Besok ulang tahun Alea Mas, yang ketiga tahun." kata Dewi di depan Andika.Andika diam saja tak meresponnya."Kita buat acara apa ya, besok?!" tanya Dewi lagi.Dilihatnya Andika masih sibuk otak-atik ponselnya. Dia masih tak merespon Dewi."Kita rayain dengan undang anak tetangga yang dekat sekitar rumah saja ya Mas." kata Dewi lagi. Lagi-lagi Dewi masih dicuekin."Bolehkan Mas ya. Paling habis dua jutaan biayanya." sebut Dewi."Nggak usah macem-macem. Kita masih butuh biaya hidup yang lainnya. Jangan buang-buang uang. Sekarang susah nyari uang," cerocos Andika panjang lebar."Jangan boros-boros. Aku saja belum ada kerjaan tetap. Rencananya, aku akan ambil tawaran kerja lagi, guide di Bali. Jadi, sebisa mungkin kita harus berhemat dalam segala hal." kata Andika lagi, tanpa menatap Dewi. Karena dia masih sibuk dengan ponselnya."Uh pelit!" gerutu Dewi.Ada rasa kes

  • Pernikahan Luka    Sah

    "Sah. Kini kalian sudah jadi pasangan suami istri yang sah di mata hukum dan agama." ucap Pak Penghulu yang usianya lumayan masih muda itu.Dalam hati, Dewi pun bahagia. Karena impiannya hidup bersama Andika, menjadi kenyataan."Terimakasih ya Allah atas semua anugerah yang telah Engkau hadirkan untuk aku hari ini," Dewi mengucap syukur usai ijab kabul di depan Pak Penghulu.Dewi dan Andika tak langsung pulang. Andika mengajak Dewi ke kafe tempat biasa mereka datangi."Andika." panggil Dewi."Aku nggak mau dipanggil Andika. Mulai sekarang panggil aku Mas Andika," protes Andika.Dewi pun melepas tawa. Dia pura-pura lupa, kalau pria yang baru satu jam yang lalu itu, sah menjadi suaminya."Dew. Aku boleh request sesuatu nggak ke kamu?" tanya Andika, memandang lekat-lekat bola mata Dewi yang terlihat berbinar-binar."Apa sayang. Asal jangan minta diambilkan bintang di langit aja ya." Dewi melepas tawa untuk kesekian kalinya.Andika mencubit spontan pipi Dewi yang chubby.Dewi pun mengadu

  • Pernikahan Luka    Andika Melamar Dewi

    Sore itu, mentari kembali ke peraduan. Mendung menggelayut di langit biru.Dewi termenung di ruang tamu. Alea, masih tertidur di ranjang bayinya.Tak terasa, sudah tiga bulan Aji meninggalkan Indonesia, Dewi dan juga Alea.Dewi bersyukur, Alea tak lagi rewel saat ini. Sepertinya, kemarin itu Alea rewel karena berpisah dengan Aji. Sekarang, dia sudah tenang, dengan hadiah lukisan gambar Alea dalam gendongan Aji.Kalau pun rewel itu hanya karena minta minum susu. Sesekali juga aku tunjukin lukisan dari papanya itu kalau dia tak kunjung diam."Ya Allah Nak, kamu besar tanpa sosok seorang ayah. Tapi mama yakin, kelak kamu bakal tumbuh jadi gadis tangguh yang tak gampang menyerah, dengan segala situasi." Dewi memandangi foto Alea dalam gendongan Aji. Foto itu dia ambil, sehari sebelum berpisah dengan Aji yang pamit hendak pindah ke Amsterdam."Apa kabar kamu Mas disana. Semoga kamu baik-baik saja. Ingat Alea ya Mas. Dia akan terus merindukan kamu balik lagi ke Indonesia," ucap Dewi dalam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status