Share

Gagal Curhat

Author: BedeR
last update Last Updated: 2025-10-15 15:18:35

Hubungan Dewi dengan Aji, semakin hari semakin kacau.

Pemicunya, sejak Putri masuk dalam kehidupan rumah tangga Dewi dan Aji.

Pelan-pelan Dewi berusaha menerima kenyataan. Tapi, di benaknya hanya ada kebencian pada Putri yang terus memuncak.

("Sudahlah, tinggalkan dia!"kata Putri.) Tanpa sengaja pesan itu terbaca Dewi, saat ponsel Aji tak sengaja digeletakkan di meja makan.

Rupanya Aji ingat, kalau ponselnya tertinggal di meja makan. Buru-buru dia mengambilnya.

Aji tak menyadari kalau ponselnya sempat dibuka Dewi.

Tanpa bicara, Aji langsung pergi begitu saja, setelah mendapatkan ponselnya tadi.

"Mas mau kemana?" tanya Dewi pada suaminya itu. Tak ada jawaban. Dewi malah diabaikan begitu saja.

Tanpa berpikir panjang, Dewi langsung menelepon Andika.

"Dimana?!" tanya Dewi sedikit panik.

Belum sempat Andika menjawab, dimana posisinya saat itu, Dewi langsung minta jemput.

"Yes...ini yang aku tunggu!" balas Andika kegirangan.

"Nggak lucu tahu. Bukan waktunya bercanda!" semprot Dewi lewat ponselnya. Lalu mengakhiri percakapannya.

"Nggak pakai lama, jemputnya. Sekarang!" perintah Dewi mengirim pesan itu lewat chat.

"Baiklah tuan putri!" balas Andika.

Andika pun melaju dengan mobil brio, menuju halte terminal dimana biasa menjemput Dewi.

Dalam hitungan dua puluh menit, Dewi sudah dijemput Andika, di halte biasanya.

"Mobil kamu kemana? Jangan bilang kalau mobil kamu dikasih ke istri kedua," cerocos Andika membuat panas telinga Dewi saat mendapat pertanyaan itu.

"Kamu bisa diam nggak sih!" bentak Dewi.

"Ih nona cantik satu ini kalau marah semakin cantik, dan semakin terlihat sexy. Menggemaskan." kata Andika coba memuji Dewi yang terlihat emosi.

"Aku turun aja nih kalau kamu masih aja ngoceh kayak burung beo." celetuk Dewi kesal.

Tiba-tiba Andika mengarahkan setirnya ke pinggir jalan, lalu berhenti.

"Kenapa berhenti disini!" tanya Dewi yang terlihat semakin kesal dibuat Andika dengan tingkah Andika yang konyol.

"Lho katanya nona mau turun disini saja. Ya jadinya aku minggir dong!" canda Andika.

Tanpa banyak ngomong, Dewi membuka pintu mobil, dan berniat turun. Tapi, tangan kekar Andika buru-buru meraih lengan Dewi.

Dewi pun masih terbakar api emosi. Dia menepis tangan Andika yang berusaha meraih tangannya tadi.

"Dewi. Jangan marah-marah terus dong. Aku sedih tahu, lihat kamu seperti ini. Coba tenangkan pikiran kamu. Kita cari tempat makan yuk, atau minum aja juga boleh," Andika coba membujuk Dewi.

"Kamu nggak usah sok perhatian sama aku. Kamu nggak usah lagi peduli sama aku. Tinggalkan aku sendiri!" kata Dewi dengan nada tinggi.

"Ya ampun Dewi. Istigfar. Aku cuma ingin kamu baik-baik lagi seperti dulu. Aku janji, akan selalu ada untuk kamu." ucap Andika berusaha menenangkan Dewi yang terlihat tak bisa mengendalikan emosinya.

"Tadi itu, aku minggir, karena aku bingung kita mau kemana coba. Soalnya kamu nggak bilang kita mau kemana. Terus dari tadi bawaannya kamu emosi melulu. Jadi, aku sengaja minggir sebentar, buat menenangkan hati kamu yang lagi nggak stabil!" protes Andika tanpa titik koma.

Seketika itu juga, Andika menarik tubuh Dewi dalam pelukannya. Sebuah ciuman hangat, mendarat di bibir Dewi.

Bibir mereka terpaut satu sama lain. Tak lama, Dewi menolak tubuh Andika.

"Maaf aku belum siap sepenuhnya," ucap Dewi.

Andika hanya terdiam.

"Aku menunggu sampai kamu siap." jawab Andika, pasrah.

Untuk mengalihkan pembicaraan, Dewi minta ke Andika, menuju kafe tempat biasa mereka bertemu.

"Anterin aku minum di kafe Blue Fire ya!" pinta Dewi setengah memaksa.

"Nggak. Mending kita ke hotel, biar kamu bisa istirahat," kata Andika memberi saran.

Dewi tak menjawab.

Meski tak ada jawaban, Andika membawa perempuan itu ke salah satu hotel yang biasa mereka datangi saat akhir pekan.

Satu jam kemudian, mereka tiba di salah satu hotel bintang 5.

"Kamu boleh kok rehat disini. Aku balik ya....biar kamu tenang nggak ada yang ganggu," kata Andika.

Dewi tiba-tiba menarik tangan Andika.

"Jangan pergi dong!"

Akhirnya Andika nggak jadi beranjak dari kamar itu.

"Andika. Aku bingung, sama kehidupan aku sekarang." kata Dewi sembari menyandarkan kepalanya ke bahu Andika.

"Kamu sebenarnya masih cinta nggak sama Aji. Jawab jujur!" tanya Andika setengah memaksa Dewi untuk menjawabnya.

"Entahlah. Dia sudah menghancurkan segalanya," kata Dewi, lirih.

Tiba-tiba Andika memeluk Dewi, hingga tubuh mereka rebah di ranjang hotel itu.

"Kamu berhak bahagia, sayang." bisik Andika di telinga Dewi.

Tanpa sadar, Dewi begitu menikmati perjalanan terlarang Andika, saat lelaki itu melepas rindu.

"Andika. Kamu jangan kasian sama aku. Aku nggak mau dikasihani. Hidupku sudah hancur. Biarlah aku yang merasakannya sendiri," kata Dewi. Sejenak, Andika bebas menikmati setiap lekuk indah tubuh Dewi, dan perempuan itu pun seakan tak punya tenaga untuk menolak petualangan Andika di tubuhnya.

"Andika, kamu nggak nyesel kan mengenal aku?" tanya Dewi masih dengan suara lirih.

Andika pun spontan mendekatkan tangannya ke bibir Dewi.

"Mari kita nikmati malam ini, sayang." bisik Andika lagi, sembari mengalihkan perjalanan tangannya menuju lembah terlarang milik Dewi.

"Jangan Andika. Aku nggak mau kamu terpaksa melakukannya, hanya karena kamu kasian sama aku," kata Dewi yang berusaha menepis perjalanan Andika menuju lembah terlarang itu.

"Aku sayang sama kamu, aku ingin bersamamu," bisik Andika masih terus berusaha melancarkan serangannya menelusuri tempat-tempat indah milik Dewi.

***

Meski ada penolakan secara halus dari Dewi, Andika terus berusaha meluluhkan hatinya.

"Kamu anggap aku apa, Dewi. Sudah sering kita tidur bareng. Tapi, kamu masih berusaha menolak aku. Kamu masih cinta sama baji**an itu ya? Sadar.....Dewi. Sekarang dia tak lagi menginginkan kamu. Ada perempuan lain yang lebih berharga di samping dia saat ini." Andika panjang lebar, berusaha menyadarkan Dewi, yang masih mencintai Aji.

"Aku nggak tahu dengan perasaan aku ke kamu. Apakah ini karena kesepian, pelarian, atau memang aku sayang sama kamu. Aku masih belum yakin, Andika. Kamu laki-laki baik, ada banyak perempuan di luar sana yang menunggu kamu. Perempuan-perempuan itu bukan termasuk aku. Aku nggak pantas Andika buat kamu!" Dewi semakin meninggikan nada bicaranya.

"Aku nggak peduli semua itu, Dewi. Sekarang yang aku mau, aku mau hidup sama kamu." tegas Andika.

Mendengar itu, tangis Dewi pecah. Dia benar-benar tak kuasa mengontrol perasaannya.

"Andika...maafin aku ya. Aku egois. Aku bingung sama perasaan aku. Kenapa sampai detik ini aku masih berharap sama Aji." aku Dewi blak-blakan di depan Andika.

"Hahaha. Kamu ini waras nggak sih. Disakiti laki-laki tapi masih saja bertahan. Sadar Dewi. Kamu sudah nggak dianggap sama Aji. Sekarang cuma putri yang buat Aji bahagia." ulang Andika yang kesekian kalinya ingin menyadarkan Dewi.

Andika menarik paksa tubuh Dewi ke dalam pelukannya. Lalu, memeluknya erat-erat. "Dewi..aku mohon sama kamu. Terima aku, terima cinta aku. Aku sayang kamu. Aku ingin kamu bahagia bersama aku." kata Andika, bikin Dewi tak berkutik saat tubuh kekar Andika memeluknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Luka    Alea Dijemput Aji

    Tak terasa, Alea sudah empat tahun.Pagi itu, waktu masih menunjukkan pukul tujuh. Aji sudah mendapatkan semua data-data tentang keberadaan Dewi.Termasuk keberadaan Alea, yang saban hari dititipkan di rumah Rosa."Antarkan saya ke alamat itu," perintah Aji pada Heri, pria muda usia 30 tahunan itu menurut saja apa yang dikatakan Aji.Heri langsung tancap gas menuju ke rumah Rosa. Dalam hitungan setengah jam kemudian, mobil Pajero Sport itu parkir di halaman rumah Rosa.Rosa, yang sedari tadi sibuk di dapur, mendengar suara deru mobil berhenti di depan rumahnya, tiba-tiba menghentikan aktifitasnya.Apalagi, saat bel rumahnya berbunyi. Dia bergegas menuju ruang tamu, melihat siapa gerangan yang bertamu ke rumahnya, sepagi ini.Dibukanya tirai jendela ruang tamu rumahnya."Hah? Aji?" Suami Dewi. Ada apa dia datang pagi-pagi begini?" Rosa heran.Bel ruang tamunya dibunyikan Aji lagi.Rosa pun harus membuka pintu ruang tamu itu."Mas Aji?" Rosa pura-pura memastikan bahwa itu Aji, suami De

  • Pernikahan Luka    Hari Pertama Masuk Kerja

    Pagi ini, Dewi penuh semangat. Menjalani hari barunya di sebuah kantor showroom mobil."Semoga aku diberi kesuksesan di tempat baruku ini," gumam Dewi, membatin.Satu hal yang membuatnya ingin selalu bersyukur. Teman-teman kantornya, baik dan ramah."Hai.....Mbak. Kenalin aku Fitria," sapa perempuan muda itu, menghampiri meja kerja Dewi."Ya Allah, terimakasih atas segala yang Engkau anugerahkan untukku kali ini," ucap Dewi, dalam hati."Dewi," sebut Dewi, menyebutkan namanya di depan perempuan itu, sembari menyambut jabat tangannya."Selamat bergabung di kantor ini ya Mbak," ucapnya lagi penuh persahabatan.***Waktu menunjukkan pukul 10.00 wib. Sebuah mobil Fortuner putih dengan nomor polisi BP 99 AJ, berhenti di pelataran showroom mobil tempat Dewi bekerja.Dewi hafal betul pemilik nomor polisi BP 99 AJ itu dulu adalah Aji, mantan suaminya.Melihat kedatangan mobil itu, debar jantung Dewi tak karuan."Ya ampun, kenapa manusia satu ini selalu aku jumpai dimana-mana? Skenario apa yan

  • Pernikahan Luka    Cari Lowongan Kerja

    Dewi bingung. Semakin hari, uang tabungannya semakin berkurang.Berharap uang pemberian dari Andika?Tidak. Itu tidak mungkin bagi Dewi. Apalagi setelah pertengkaran tempo hari, membuat Dewi jadi serba salah.Sementara itu, tuntutan hidup terus berjalan. Alea semakin semakin hari semakin besar dan dia juga butuh biaya."Alea sayang, doain mama cepet dapat kerja ya. Nanti kalau sudah dapat kerja, Alea pasti bisa jajan apa saja yang Alea mau." kata Dewi coba bicara dengan anak gadisnya itu.Alea sebenarnya masih tiga tahun. Dia juga nggak bakal mengerti apa yang dibicarakan Dewi. Tapi, bagaimana pun juga Dewi memberinya pengertian.Di sisi lain, Alea juga bingung semisalnya dia keterima kerja di sebuah tempat."Tapi, siapa yang jaga Alea ya?" Dewi bingung sendiri."Ah itu urusan belakangan. Sekarang aku mau fokus cari kerja apa saja yang bisa menambah penghasilan aku," pikir Dewi, simple.***"Ros. Kabari ya kalau ada lowongan kerja. Kerja apa aja aku terima." pesan Dewi ke sahabatnya.

  • Pernikahan Luka    Ultah Alea

    Dewi memandangi wajah Alea yang sedang tertidur."Wajah Aji junior." batin Dewi.Dia membelai lembut rambut bocah itu."Besok ulang tahun Alea Mas, yang ketiga tahun." kata Dewi di depan Andika.Andika diam saja tak meresponnya."Kita buat acara apa ya, besok?!" tanya Dewi lagi.Dilihatnya Andika masih sibuk otak-atik ponselnya. Dia masih tak merespon Dewi."Kita rayain dengan undang anak tetangga yang dekat sekitar rumah saja ya Mas." kata Dewi lagi. Lagi-lagi Dewi masih dicuekin."Bolehkan Mas ya. Paling habis dua jutaan biayanya." sebut Dewi."Nggak usah macem-macem. Kita masih butuh biaya hidup yang lainnya. Jangan buang-buang uang. Sekarang susah nyari uang," cerocos Andika panjang lebar."Jangan boros-boros. Aku saja belum ada kerjaan tetap. Rencananya, aku akan ambil tawaran kerja lagi, guide di Bali. Jadi, sebisa mungkin kita harus berhemat dalam segala hal." kata Andika lagi, tanpa menatap Dewi. Karena dia masih sibuk dengan ponselnya."Uh pelit!" gerutu Dewi.Ada rasa kes

  • Pernikahan Luka    Sah

    "Sah. Kini kalian sudah jadi pasangan suami istri yang sah di mata hukum dan agama." ucap Pak Penghulu yang usianya lumayan masih muda itu.Dalam hati, Dewi pun bahagia. Karena impiannya hidup bersama Andika, menjadi kenyataan."Terimakasih ya Allah atas semua anugerah yang telah Engkau hadirkan untuk aku hari ini," Dewi mengucap syukur usai ijab kabul di depan Pak Penghulu.Dewi dan Andika tak langsung pulang. Andika mengajak Dewi ke kafe tempat biasa mereka datangi."Andika." panggil Dewi."Aku nggak mau dipanggil Andika. Mulai sekarang panggil aku Mas Andika," protes Andika.Dewi pun melepas tawa. Dia pura-pura lupa, kalau pria yang baru satu jam yang lalu itu, sah menjadi suaminya."Dew. Aku boleh request sesuatu nggak ke kamu?" tanya Andika, memandang lekat-lekat bola mata Dewi yang terlihat berbinar-binar."Apa sayang. Asal jangan minta diambilkan bintang di langit aja ya." Dewi melepas tawa untuk kesekian kalinya.Andika mencubit spontan pipi Dewi yang chubby.Dewi pun mengadu

  • Pernikahan Luka    Andika Melamar Dewi

    Sore itu, mentari kembali ke peraduan. Mendung menggelayut di langit biru.Dewi termenung di ruang tamu. Alea, masih tertidur di ranjang bayinya.Tak terasa, sudah tiga bulan Aji meninggalkan Indonesia, Dewi dan juga Alea.Dewi bersyukur, Alea tak lagi rewel saat ini. Sepertinya, kemarin itu Alea rewel karena berpisah dengan Aji. Sekarang, dia sudah tenang, dengan hadiah lukisan gambar Alea dalam gendongan Aji.Kalau pun rewel itu hanya karena minta minum susu. Sesekali juga aku tunjukin lukisan dari papanya itu kalau dia tak kunjung diam."Ya Allah Nak, kamu besar tanpa sosok seorang ayah. Tapi mama yakin, kelak kamu bakal tumbuh jadi gadis tangguh yang tak gampang menyerah, dengan segala situasi." Dewi memandangi foto Alea dalam gendongan Aji. Foto itu dia ambil, sehari sebelum berpisah dengan Aji yang pamit hendak pindah ke Amsterdam."Apa kabar kamu Mas disana. Semoga kamu baik-baik saja. Ingat Alea ya Mas. Dia akan terus merindukan kamu balik lagi ke Indonesia," ucap Dewi dalam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status