Share

BAB 5 Menikahlah Denganku

“Kenapa kamu bicara seperti itu? Apa kamu sudah gila?”

Usai mengeluarkan kalimat menggemparkan, Reygan mengajak Ayrin pulang terburu-buru. Gadis itu menghempas tangan pria itu yang terus menggandengnya, bahkan nyaris menyeretnya paksa menuju mobil pria itu yang diparkir di garasi rumah.

“Sudah saya bilang kita akan menikah. Kamu yang tidak mau mendengarkan saya sejak awal. Jadi, sekarang jangan salahkan saya!” 

Melihat Reygan yang santai, kening Ayrin mengerut dalam. Ia mencoba menerka, rencana apa yang sebenarnya tengah pria ini susun tanpa ia ketahui?

“Apa salah saya, kenapa kamu harus melakukan ini?” tanya Ayrin, menuntut penjelasan dengan wajah marahnya.

“Kamu tidak salah.” Reygan menatap gadis di hadapannya dengan lembut. “Saya hanya tidak mau menikah dengan kakakmu.”

“Dasar bajingan!” 

Ayrin begitu marah, terlebih melihat pria itu sama sekali tidak merasa bersalah. Padahal, jika pria itu enggan menikahi Daisha, ia bisa langsung menolak perjodohan itu tanpa melibatkannya.

“Dengan atau bukan dengan saya, kamu juga akan tetap menikah. Tidak ada bedanya dengan sekarang.”

Ayrin membuang wajahnya, enggan menatap pria angkuh yang keras kepala itu. “Kalaupun saya harus menikah, saya mau menikah dengan pria yang saya cintai. Bukan dengan pria seperti kamu yang tidak punya hati.”

“Nah, cintai saya kalau begitu. Saya akan menjadi suamimu bagaimanapun caranya. Jadi, lebih baik berikan perasaanmu untuk saya.” 

Reygan segera menyesali ucapannya, tiba-tiba perasaan bersalah menyergap hatinya. Bagaimana bisa ia menyuruh gadis rapuh di hadapannya itu untuk masuk ke dalam neraka yang ia ciptakan. 

“Berhenti bicara omong kosong! Lebih baik saya mati saja daripada harus hidup bersama kamu,” sengit Ayrin dengan berapi-api. 

Entah mengapa dirinya begitu membenci Reygan. Apa yang salah dengan pria itu sebenarnya? Tetapi, tetap saja Ayrin tidak bisa menerima semuanya. Dia tidak mau mimpinya untuk memiliki rumah tangga yang harmonis dan bahagia akan hancur karena permainan Reygan. Pria itu memang sempurna, namun Ayrin tidak menginginkannya. 

“Seharusnya kamu bersyukur. Banyak wanita di luar sana yang memohon untuk saya nikahi, meskipun saya tidak pernah melirik mereka.” Berhadapan dengan Ayrin membuat kesabarannya habis tak tersisa. Gadis itu memang tidak bisa diremehkan. Dia terlihat sangat rapuh dari luar, tapi setelah mendengar kata-katanya, Reygan menyadari kekuatan besar di dalamnya.

“Kalau begitu nikahilah wanita yang memujamumu itu! Jangan ganggu hidup saya!” 

Kali ini Reygan tidak merespon, tetapi dia menarik tubuh Ayrin dan memagut bibir gadis itu dengan kasar. Keangkuhan Ayrin benar-benar membuat kesabarannya lenyap. 

Sementara itu, Ayrin terus meronta. Dia memukul dada Reygan dengan kekuatannya. Meskipun pukulan itu seperti tidak berarti apa-apa, dia tetap tidak menyerah. Dua tidak akan membiarkan pria itu memperlakukannya dengan seenaknya.  Namun, semua usahanya sia-sia, semakin keras pukulannya, maka semakin kasar pula ciuman yang Reygan berikan. 

Anehnya, setelah dia berhenti melawan, pria itu justru memundurkan kepalanya. Sudut bibirnya yang berdarah bahkan membuat Reygan terlihat sedikit merasa bersalah. Pria itu sudah nyaris menyentuh sudut bibirnya, tetapi dia lebih dulu memberikannya tamparan yang begitu keras.

“Itu untuk kekurangajaran kamu!” Dengan suara bergetar, kombinasi marah dan terluka, Ayrin memandang tajam Reygan yang tak berdaya menghadapi perlawanannya. “Saya akan mengatakan yang sebenarnya pada orangtuamu. Kita tidak akan pernah menikah.”

Ayrin berusaha menggerakkan tubuhnya yang terasa membeku lalu berbalik dan melangkah menjauh. Namun, baru beberapa langkah dia merasakan tubuhnya ditarik kembali. Bukan dengan cara yang kasar, melainkan dengan begitu lembut dan hangat sampai Ayrin tidak menghiraukan jika pria yang memeluknya sekarang adalah Reygan.

“Maafkan saya, Rin. Saya tidak bermaksud menyakiti kamu. Cuma kamu yang bisa menolong saya saat ini.” Pengakuan Reygan, juga nada pria itu yang melembut membuat Ayrin urung memberontak. Pria itu melanjutkan, “Sebagai gantinya saya akan melindungi kamu dari orang-orang yang sudah menyakitimu, terutama Daisha. Tidak akan saya biarkan mereka melukaimu walau seujung jari pun.”

Sesaat, penuturan pria itu membuat Ayrin terpaku. Tak menampik, dia merasa terenyuh oleh janji pria itu.

Setelah menenangkan diri dan juga degup jantungnya, wanita itu mencoba berpikir tenang dan kembali menggali informasi.  

“Kenapa kamu tidak mau menikah dengan Daisha? Kamu tau, dia sangat mencintaimu. Dia cemburu, makanya dia menyakiti saya.”

Ingin rasanya Reygan berteriak, menjawab dengan jujur pertanyaan Ayrin. Namun sayang, dia sudah lebih dulu berjanji pada Veranda. 

“Karena kamu berbeda. Karena itu, saya mau kamu yang menjadi istri saya.” Lagi, pria itu berkata dengan lembut. Ketulusan bahkan terdengar sampai ke telinga Ayrin. “Izinkan saya untuk menjadi lebih baik dan mengenalmu lebih dalam. Saya yakin pernikahan kita akan bahagia nantinya.” 

Sorot lembut pria itu sesaat meruntuhkan dinginnya hati Ayrin. Dia menimbang-nimbang pilihannya. Bagaimana pun, posisinyalah yang paling dirugikan saat ini.

Entah melanjutkan pernikahan dengan Reygan, atau menolaknya … Ayrin tetaplah dicap sebagai wanita penggoda, perusak hubungan kakak tirinya sendiri. 

Untuk itu, setelah menimbang cukup panjang, Ayrin mengembuskan napas panjang dan berujar, “Katakan yang sebenarnya pada orang tuamu. Saya tidak mau mereka salah paham.”

“Jadi, kamu tetap menolak saya?” 

Ayrin tersenyum kecil sambil memperhatikan raut wajah Reygan yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Pria yang selalu menunjukkan dominasinya itu terlihat lesu. Ada kegetiran yang dia tangkap di wajah pria itu.

“Katakan pada orangtuamu kalau saya tidak hamil. Saya tidak mau menorehkan lagi malu di muka keluargamu. Apa yang terjadi malam itu biarlah cuma kita yang tahu. Saya mau mereka melihat pernikahan kita karena didasari cinta, bukan karena terpaksa.”

Tubuh Reygan membeku seketika. Ayrin bahkan menangkap raut pria itu berubah cerah usai menangkap maksudnya.

“Jadi, kamu mau menikah dengan saya?”

Ayrin hanya mengangguk pelan  dengan canggung. Namun, Reygan tidak mempedulikannya. Dia memeluk tubuh Ayrin dengan erat dan mencium keningnya dengan lembut.

“Saya akan mengatakannya sekarang juga, Rin. Saya harap kamu tidak berubah pikiran.”

Ayrin membalas pelukan Reygan, tanpa sadar jika dirinya baru saja masuk ke dalam perangkap buaya yang lebih besar.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Julia Hasyim
Gilak ya keluarga nya Gilak eh sepupu nya jg sama aja najis
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status