Share

BAB 4 Hamil

Author: Prisma
last update Huling Na-update: 2023-12-12 21:57:25

“Aku rasa aku nggak bisa melanjutkan ini, Ra. Gadis itu terlalu rapuh dan dia nggak pantas untuk kita sakiti.” 

Usai melihat keadaan Ayrin yang begitu menyedihkan–babak belur, tetapi masih kukuh untuk tidak bersuara perihal pelakunya, naluri Reygan perlahan tersentuh. 

Ia yang tadinya begitu semangat menjalankan rencana apik yang telah disusunnya bersama sang kekasih gelap, kini mulai goyah. 

“Jangan gila, Rey! Kita sudah sering membicarakan ini. Sudah nggak ada jalan untuk kembali.”

Reygan menghela napas panjang, tetapi masih tetap memeluk kekasih yang begitu ia cintai itu dalam dekapannya. “Ceraikan saja Rayden, Ra. Menikahlah denganku. Kita bisa membangun hidup bersama.”

Mata itu menatap sungguh-sungguh pada Veranda yang juga tengah menatapnya.

Sesaat, raut wajah Veranda berubah kesal. Namun, tak lama ia kembali menguasai diri.

 “Nggak semudah itu, Rey. Sudah berapa kali aku bilang kalau aku nggak bisa semudah itu untuk bercerai dengan Mas Rayden. Apalagi kami sudah memiliki Revan.”

“Bawalah Revan bersama kita, Ra. Aku nggak keberatan, dia akan menjadi anakku juga.” 

Hal ini sudah berkali-kali jadi perbincangan mereka. Rayden akan meminta hal yang sama, lalu Veranda akan menjawab hal yang juga sama.

“Mas Rayden nggak akan tinggal diam, Rey. Dia sangat menyayangi Revan dan aku juga menyayangi anakku.”

Bibir pria itu seketika mencetak garis sinis. Ada rasa cemburu yang menggerogotinya tiap kali Veranda lebih menyanjung sang kakak. “Apa kamu tidak menyayangi aku?”

Veranda menatap penuh cinta pada Reygan. Ia juga menangkup wajah pria itu dengan penuh kelembutan.

Please, Rey. Jangan seperti ini lagi. Kamu tahu berapa besarnya perasaanku untuk kamu. Jadi, tolong jangan pertanyakan lagi hal itu.” 

Reygan sempat menikmati sentuhan lembut itu, tetapi ia bergegas menghindar saat menyadari lagi-lagi dirinya tidak dipilih oleh sang kekasih. “Tapi, kamu tetap memilih suami dan anakmu.”

“Kamu datang terlambat, Rey. Kamu datang di saat aku sudah menikah dan memiliki Revan. Kamu juga meninggalkan aku dulu. Jadi, jangan salahkan aku seperti ini.” Veranda menatap kekasihnya itu dengan gemas. Sudah datang terlambat masih juga mau dapat antrian pertama. 

Reygan tersenyum pahit sambil meremas tangan Veranda di dadanya. Ia teringat masa lalu yang membuat ia berpisah dari cinta pertamanya.

Kalau saja Reygan tak melanjutkan pendidikan di luar negeri dan terlena pada kehidupan bebas di sana … mungkin saat ini mereka sudah bisa bersama tanpa takut dosa. Veranda sudah pasti akan jadi istrinya, bukan istri dari kakaknya.

“Aku akan merebutmu lagi.” Suara Reygan terdengar begitu yakin. “Sejak awal kamu milikku.” 

Direngkuhnya tubuh cinta pertamanya itu lalu Reygan menciumi wajah Veranda dengan mesra. 

Veranda adalah perempuan pertama dalam hidupnya yang menimbulkan perasaan aneh dan membuat hatinya bergetar. Daya tarik wanita cantik itu memang sulit untuk diabaikan. 

Meskipun sudah meninggalkan wanita itu dan bertemu dengan banyak wanita lainnya selama hampir dua belas tahun, tetap saja pada akhirnya hanya Veranda wanita yang diinginkannya. Tidak peduli meski wanita itu sudah menikah dengan kakak tirinya, Reygan sudah bertekad untuk merebutnya.

“Kalau begitu menikahlah dengan Ayrin, Rey. Hanya itu satu-satunya cara agar kamu bisa memiliki aku.” Veranda menatap dengan sorot memohon dan perkataan lembut. “Jalankanlah perusahaan ayahnya dan carilah cara untuk menjatuhkannya.”

Reygan terperanjat mendengar ucapan Veranda yang begitu mudah keluar dari mulutnya. “Tapi dia nggak bersalah, Ra. Gadis itu terlalu rapuh untuk kita hancurkan,” protes Reygan dengan gemas.

“Tapi aku juga nggak rela kalau kamu menikahi Daisha, Rey.” Veranda merajuk. Sesaat, ada kilat kekesalan di matanya. “Perempuan ular itu bisa menjebakmu dan melilitmu seumur hidupnya. Aku nggak akan membiarkannya, apalagi perempuan itu menyukai kamu.”

“Kalau ada perasaan wanita yang harus dihancurkan, kenapa kita nggak memilihnya saja? Kenapa malah memilih gadis seperti Ayrin yang begitu rapuh?”

Kesal, Veranda mengurai dekapan Reygan. “Mungkin aku bisa percaya kamu, Rey. Tapi, aku nggak akan pernah percaya dengan Daisha.” Ia kemudian menatap tajam ke arah pria itu, seolah memperingatkan. “Dan, kamu agaknya sudah tertipu. Ayrin nggak serapuh itu. Dia wanita yang kuat, aku juga mengenalnya dengan baik.”

Padahal, dalam hatinya … Veranda mengorbankan Ayrin bukan tanpa sebab. Wanita itu tahu betul gadis seperti sepupunya bukanlah selera Reygan, makanya ia lebih memilih Ayrin yang kurus, polos alih-alih Daisha yang lebih punya kuasa untuk melawannya. 

Ditambah lagi, ia juga tahu Ayrin tak akan mungkin menaruh hati pada Reygan, sebab ia tahu betul perasaan gadis itu untuk siapa. Kasarnya, ia memilih Ayrin sebab gadis itu lebih mudah untuk ia atur sesuai rencananya. 

“Jadi, kamu harus menikahi Ayrin, Rey. Kita nggak menyakitinya, justru kita sedang menolongnya dari keluarganya yang ular itu.” 

***   

Malam itu, Reygan duduk terdiam, menyaksikan Ayrin yang sedang berbincang dengan ibunya di meja makan. Reygan memperhatikan Ayrin,  gadis itu terlihat berbeda ketika tersenyum. Tentu saja gadis itu tidak memberikan senyuman itu untuknya, melainkan untuk ibunya. 

Senyuman yang melintasi bibir tipisnya itu terasa begitu menenangkan, apalagi dengan lesung pipi yang membuatnya semakin manis.

Beberapa saat kemudian, suasana menjadi hening ketika Raka Adinata melangkah ke ruang makan dan bergabung dengan meraka. Wajah tegas dan penuh wibawa yang selalu ditampilkannya membuat siapa pun yang melihatnya akan merasa segan.  Namun, melihat wajah dingin Raka yang berubah lembut saat menatap Vina membuat hati Ayrin terenyuh. 

“Kenapa malah bengong?” tanya Reygan sambil menyodorkan piringnya yang kosong kepada Ayrin, meniru kebiasaan papa dan mamanya.

“....” Ayrin hanya menatap piring itu dengan bingung, sementara Reygan menatapnya dengan gemas.

“Kamu calon istri saya. Jadi, belajarlah melayani suami dengan baik.”

Ayrin tersenyum pahit lalu berbisik, “Semua sandiwara ini akan berakhir malam ini. Jadi, berhentilah berpura-pura menjadi calon suami saya.” 

Reygan merasa kesal, ia menarik kembali piringnya dan mulai mengambil nasi serta lauk-pauk yang tersedia. “Kita lihat saja nanti,” gumam Reygan menahan geram.

Ia tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis di sampingnya itu. Kenapa Ayrin begitu sombongnya tidak mau menjadi istrinya di saat banyak wanita di luar sana yang menginginkannya.

Selama beberapa waktu, hanya suara denting alat makan yang terdengar. Semua orang tampak sibuk dengan makanan dan pikirannya masing-masing. 

“Jadi, kamu mau mengambil spesialis apa?” tanya Raka dengan suaranya yang tegas, yang langsung memecah keheningan. Pria itu menatap Ayrin dengan tajam.

“Saya masih belum memikirkannya, Om.” Mendapat serangan mendadak, Ayrin mencoba untuk tetap tenang. “Tapi, saya sempat berpikir ingin mengambil spesialis bedah.”

Raka mengangguk pelan lalu menoleh ke arah Reygan. “Apa kamu akan tetap mengizinkan Ayrin melanjutkan kariernya setelah kalian menikah?” 

Ayrin meremas tangannya, menunggu jawaban Reygan. Entah kenapa dirinya penasaran dengan jawaban pria itu, padahal dirinya juga tidak mau Reygan menjadi suaminya. 

“Kenapa nggak? Sekarang bukan zamannya perempuan harus selalu terkurung di rumah menunggu suaminya pulang,” jawab Reygan dengan santainya.    

Kali ini Raka kembali mengangguk sambil melirik ke arah Vina–sang istri yang juga mengangguk sambil tersenyum singkat. Ayrin menatap mereka dengan penasaran, sementara Reygan tampak tidak terlalu peduli.

Ayrin menghela napas panjang. Ia merasa harus meluruskan semuanya sebelum terlambat. Masa depannya bergantung pada malam ini dan Ayrin tidak bisa melewatkan kesempatannya. “Maaf, Om, Tante. Ada sesuatu yang harus saya katakan. Sebelumnya saya ingin meminta maaf kepada Om dan Tante karena saya…”

Reygan menegang di tempatnya, ia segera memotong ucapan Ayrin sambil menggenggam tangan gadis itu dengan erat. “Kamu yakin mau membicarakan itu sekarang?” 

Ayrin mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Reygan, tetapi pria itu seolah sengaja mencengkeramnya semakin kuat untuk membungkam perkataan Ayrin. “Saya sangat yakin. Om dan Tante harus tahu sebelum semuanya terlambat,” tegas Ayrin sambil menahan rasa sakit yang mulai menjalar di tangannya.

Reygan tersenyum lembut, lalu melepaskan cengkeramannya di tangan Ayrin. “Kalau begitu, biar saya yang memberitahukannya.”

“Ada apa sebenarnya, Rey?” tuntut Raka dengan penuh ketegasan.

Selanjutnya, semua orang di ruangan itu tampak tersentak mendengar ucapan Reygan. Papanya yang semula sudah nyaris bisa menerima pilihan sang anak, kini terlihat marah.

Tak terkecuali raut Ayrin yang juga terkejut mendengar penuturan Reygan yang dianggap mengada-ada. Kalimat pria itu semakin memperumit keadaan mereka.

“Maafkan Rey, Pa. Saat ini Ayrin sedang hamil.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 173 Lembar Penutup

    Ayrin duduk dengan gelisah di sebuah bangku kayu yang menghadap kolam. Hatinya dipenuhi dengan berbagai perasaan, harapan, dan kecemasan. Dia terus memandangi jalan setapak yang mengarah ke taman, menunggu kehadiran Lily. Frans telah berjanji untuk membawa gadis itu ke sana, dan saat itu akhirnya tiba.Ketika Lily muncul di kejauhan, melangkah mendekatinya dengan perlahan, Ayrin merasa ada kehangatan yang tak bisa dijelaskan dalam hatinya. Gadis itu tumbuh menjadi remaja cantik, penuh pesona, namun di mata Ayrin, Lily masih seperti anak kecil yang dulu pernah hilang dari pelukannya.Mereka saling pandang untuk beberapa saat, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Keheningan itu begitu penuh makna, seolah semua yang ingin mereka katakan sudah tercurah dalam tatapan mereka."Lily..." suara Ayrin bergetar saat dia akhirny

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 172 Dia yang hilang (Akhirnya kembali)

    Frans tampak gelisah ketika dia menemui Ayrin di tempat prakteknya. Sejenak mereka hanya saling bertatapan, seolah kata-kata yang ingin diucapkan Frans begitu berat untuk disampaikan."Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, Rin," kata Frans akhirnya, suaranya terdengar gemetar.Ayrin menatapnya dengan cemas. "Ada apa sih, Frans? Kenapa akhir-akhir ini kamu aneh sekali?" desaknya, penasaran dan khawatir karena tidak biasanya Frans datang ke tempat prakteknya dengan ekspresi seperti ini."Kamu tidak sakit, kan?" tuntutnya lagi dengan nada gemetar, takut kalau-kalau ada sesuatu yang buruk terjadi pada sahabatnya.Frans menggelengkan kepalanya perlahan, tatapannya penuh kebimbangan. Dia menatap Ayrin dengan lekat, seakan mencari keberanian dalam pandangannya sebelum akhirnya

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 171 Seperti putriku yang hilang

    "Selamat datang, silakan duduk," sambut Ayrin dengan senyum tulus, matanya berbinar-binar bahagia.Lily dan Frans duduk di tempat yang telah disiapkan, dan tanpa menunggu lama, mereka mulai menyantap hidangan yang telah tersedia. Suasana terasa nyaman dan akrab, seolah mereka sudah menjadi satu keluarga besar."Wah, masakan Tante memang oke juga," puji Lily dengan jujur setelah mencicipi satu suapan. "Semuanya enak, Tan."Ayrin baru akan menjawab, tetapi Rania dengan cepat menyela. "Iya, dong. Masakan Mama emang yang paling enak," ujarnya penuh kebanggaan. Pujian itu membuat semua orang di meja makan tersenyum."Kalau begitu, aku main ke sini setiap hari deh, biar bisa makan enak terus," goda Lily sambil melirik ke arah Rania.

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 170 Kembali utuh 2

    Setelah semua ketegangan ini mereda, Ayrin dan Reygan kembali ke rumah mereka sambil saling bergandengan tangan, perasaan lega dan bahagia terpancar dari wajah mereka."Hai, Sayang," sapa mereka pada anak-anaknya yang tengah duduk bersama di ruang keluarga. Rian dan Rania, yang sedang asyik dengan aktivitas mereka, segera menoleh bersamaan. Melihat kedua orang tuanya datang bersama dengan senyum bahagia membuat hati mereka meledak oleh kebahagiaan."Mama dan Papa nggak akan berpisah, kan?" tanya Rian dengan hati-hati setelah beberapa saat lamanya mereka duduk bersama. Ada kekhawatiran di balik tatapan matanya yang polos, kekhawatiran akan perpisahan yang mungkin terjadi lagi.Reygan tersenyum sambil menoleh ke arah Ayrin, tatapannya penuh kasih. "Bodoh kalau Papa melepaskan wanita sebaik Mama, Rian," katanya dengan

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 169 Kembali utuh

    Setelah akhirnya pulih, Ayrin memutuskan untuk menemui Lily bersama Reygan.Saat mereka masuk, mata Lily menatap mereka dengan perasaan campur aduk. Tidak ada lagi sorot tajam dan kebencian seperti dulu. Yang terlihat di sana hanyalah penyesalan yang mendalam. Gadis itu menundukkan kepalanya, suaranya gemetar saat berkata, "Maafkan Lily, Tante. Maafkan sikap Lily selama ini."Ayrin merasakan gelombang kesedihan mengalir di hatinya. Dia mendekati Lily dengan langkah pelan dan mendekap tubuh gadis itu dengan lembut. "Maafkan Tante juga, Lily. Maaf karena sikap Tante membuatmu salah paham. Maaf karena membuatmu tidak nyaman selama ini," balasnya dengan suara bergetar.Lily pun menangis, menumpahkan segala penyesalan dan kesedihannya di dada Ayrin. Dalam dekapan hangat itu, semua ketegangan yang selama ini a

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 168 Di ambang hidup dan mati

    Ayrin menatap wajah Lily yang pucat di ranjang rumah sakit sebelum operasi transplantasi ginjal yang sebentar lagi akan dilakukan. Hatinya serasa diremas melihat betapa rapuhnya gadis itu. Di dalam hatinya, ada perasaan yang tak terlukiskan. Entah dari mana datangnya perasaan ini, setiap kali berada di samping gadis ini, dia merasakan ada tali tak kasat mata yang mengikat mereka, seolah-olah Lily adalah bagian dari dirinya sendiri.Dengan lembut, Ayrin membelai kepala Lily, sentuhan yang penuh kasih dan kelembutan, seakan gadis itu adalah anaknya sendiri. "Cepatlah sembuh, Lily. Cepatlah kembali pulih. Izinkan Tante meminta maaf padamu. Izinkan Tante menjelaskan semuanya," bisik Ayrin dengan suara yang hangat namun penuh harap. Matanya berkaca-kaca, berharap agar gadis itu segera membuka mata indahnya lagi.Jika dulu Ayrin sangat tidak menyukai tatapan Lily yan

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 167 Penebusan dosa

    Reygan duduk di sudut ruang tunggu rumah sakit, dengan tatapan kosong yang menatap ke langit-langit putih yang terang. Setiap hari, ia merasa tersiksa oleh pertanyaan tak terjawab dan rasa bersalah yang membelit hatinya. Air mata sering kali tak bisa ia tahan lagi, mengalir deras ketika melihat Rania yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang perawatan, dan Lily yang masih berjuang untuk hidupnya."Kalau memang dosa-dosaku lah yang menyebabkan semua ini. Tolong limpahkan semuanya padaku, Tuhan. Jangan pada anak istriku. Mereka tidak bersalah. Akulah yang penuh dosa," gumam Reygan dengan suara gemetar, bibirnya bergetar dalam keputusasaan yang mendalam.Tidak hanya Reygan yang dihantui rasa bersalah yang mendalam, tetapi juga Frans. Setiap hari, pria itu duduk di sisi ranjang Lily, memegang tangannya yang lemah, membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. Kat

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 166 Tak sesuai harapan

    Reygan melangkah masuk ke dalam klub malam yang gemerlap, tempat di mana dia pertama kali bertemu dengan Lily. Lampu berwarna-warni yang berkedip-kedip dan musik yang menghentak keras tidak mampu mengalihkan perhatiannya dari kekhawatiran yang menghimpit hatinya. Dia menelusuri setiap sudut klub, berharap menemukan gadis itu di antara kerumunan orang. Namun, sia-sia. Lily tidak terlihat di mana pun."Di mana kamu, Lily?" bisiknya putus asa pada diri sendiri, suaranya tenggelam di tengah bisingnya musik. Rasa bersalah semakin mencengkeram hatinya dengan setiap detik yang berlalu tanpa menemukan gadis itu.Dia hampir tergoda untuk mengalihkan perasaannya dengan segelas minuman. Namun, saat tangan terulur menuju bar, ponselnya bergetar. Panggilan dari Ayrin menyentak kesadarannya."Lily, Mas. Kami sudah bertemu d

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 165 Masih belum terlambat

    Ayrin dan Reygan kembali bersama ke rumah sakit. Langkah mereka terayun mantap, seakan sudah menemukan keputusan besar yang akan mengubah segalanya. Ketika Frans melihat mereka, matanya langsung menangkap sinyal yang jelas—Ayrin telah membuat keputusan untuk memaafkan suaminya."Jadi, inikah kejutannya?" kata Frans dengan tenang, matanya yang penuh pengertian menatap dalam ke mata Ayrin. Setelah Reygan pergi ke sudut lain ruangan untuk memberi keduanya privasi, mereka akhirnya mendapatkan kesempatan untuk berbicara."Maafkan aku, Frans," gumam Ayrin sambil menundukkan kepalanya, jemarinya saling meremas dengan gelisah. Dia merasa berat untuk mengucapkan kata-kata itu, tetapi tahu bahwa dia harus melakukannya.Frans mendekat dan memegang kedua pundak Ayrin dengan lembut namun tegas, memaksa wanita itu men

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status