Share

3. Kau wanita Murahan!

"Afgan," bisiknya, mata Achmed berkilat tajam, "Kau tidak boleh membatalkan pernikahan ini. Orangtuamu telah mengambil keputusan, dan kau harus mematuhinya."

Afgan menatap ayahnya dengan mata penuh kemarahan. "Tapi ayah, aku tidak bisa menikahi wanita seperti itu. Aku ... aku merasa terhina."

Achmed menekan lengan putranya lebih erat, "dengarkan aku!"

Achmed menatap tajam, "Jika kau membatalkan pernikahan ini, aku akan mencoret namamu dari warisan keluarga. Kau tidak akan mewarisi apapun dari kami. Kau akan kehilangan segalanya."

Gluck!

Afgan menelan salivanya dengan kasar.

Seusai mengatakan demikian, Achmed kembali  berseru kepada para tamu. "Pesta dilanjutkan, silakan menikmati hidangan yang tersedia dan mohon doa restunya untuk kedua mempelai!" seru Achmed lalu kembali duduk di samping kursi pelaminan seolah-olah tidak ada hal besar yang terjadi.

Afgan terduduk dengan perasaan tidak jelas dalam hatinya yang sedang bergemuruh.

Kata-kata dari sang ayah telah menciptakan keheningan mencekam di antara mereka. Afgan merasa dirinya diseret dalam perangkap, terjebak di antara pernikahan yang tidak diinginkan  dan harga diri yang tercabik-cabik. Dia merasa terputus asa, merasa seperti ada gunung besar yang menekannya. Dia merenungkan konsekuensi dari tindakan-tindakan yang dia pertimbangkan, terdorong oleh kebencian dan penghinaan yang dirasakannya.

Dalam kerumunan tamu-tamu yang bahagia, Afgan duduk di kursi pelaminan dengan rasa pahit di dalam hatinya. Dia melirik Adelia, wanita yang akan menjadi istrinya, dengan mata penuh kejengkelan.

Tidak ada cahaya kebahagiaan di matanya, hanya pandangan penuh penilaian dan kehinaan. Dia merasa kecewa dan marah karena tidak mengetahui rahasia yang Adelia sembunyikan.

"Apa maksud semua ini?" gumam Afgan dalam kekesalan, suaranya hampir tenggelam di antara riuhnya perayaan. Tidak hanya sekali dia mengertakkan geraham dan mengepalkan tangannya karena merasa kecewa.

Dia merasa terhina, merasa seperti diolok-olok oleh takdirnya yang mengarahkannya kepada seorang wanita yang menurutnya, tidak pantas!

Sementara itu, Adelia merasakan tatapan tajam Afgan menusuk ke dalam jiwanya. Dia tahu bahwa dia telah kehilangan kepercayaan dan hormat dari pria yang akan menjadi suaminya. Perasaan malu merayapi hatinya, tetapi di balik rasa malu itu, tersembunyi kekecewaan dan kesedihan yang mendalam.

Adelia tidak berhenti merutuk diri dan menyesali yang sudah terjadi. Adelia melirik Ayahnya yang sedang duduk di samping kursi pelaminan dan tertawa dengan bahagia. Dia menghela napas dengan lega.

"Biarlah aku menderita, asal Ayah bisa tersenyum bahagia seperti itu," gumam Adelia dalam hati, berusaha menguatkan dirinya yang sedang rapuh.

...

Suasana pernikahan yang gemerlap dan meriah mulai mereda saat para tamu meninggalkan ruangan pesta. Adelia dan Afgan menjalani malam pertama mereka di sebuah kamar VVIP yang sudah dipersiapkan Achmed-Ayah Afgan dalam Hotel Mutiara Internasional, tempat Adelia bekerja.

Dalam ruangan yang dihiasi dengan mawar dan lilin aromaterapi, ketegangan menggantung di udara. Kedua orang tua mereka telah pulang, meninggalkan pasangan muda itu dalam keheningan malam yang gelap.

Saat pintu kamar hotel tertutup rapat, mereka merasa atmosfer tegang memenuhi ruangan. Adelia, yang masih memikul rahasia yang gelap di hatinya, merasa kecemasan merasuki setiap serat tubuhnya.

Afgan, meskipun tertekan oleh perasaan terhina yang belum hilang, memandang Adelia dengan mata yang penuh curiga.

Dalam keheningan, Afgan akhirnya memecah kesunyian, suaranya penuh dengan ketidakpercayaan dan kemarahan. "Apa yang sebenarnya terjadi, Adelia? Apakah kau bermain-main dengan pria lain sebelum hari pernikahan kita?" tanyanya dengan tajam, matanya menatap tajam ke arah Adelia.

Adelia, terdiam dan kewalahan oleh tuduhan itu, mencoba mencari kata-kata. Namun, rasa bersalah yang mendalam membuatnya membisu. Dia tahu bahwa dia tidak bisa membela diri, bahwa dia harus memikul konsekuensi dari tindakannya yang sembrono.

Wajahnya pucat dan bibirnya gemetar saat dia mencoba menemukan kata-kata.

"A-aku ... "

"Afgan, aku tidak bisa membantahnya," kata Adelia dengan suara lemah dan rapuh. "Aku ... Aku tahu aku salah, tapi aku tidak bisa berbohong padamu."

Kata-kata itu terdengar di dalam keheningan malam, menciptakan kesunyian yang terasa begitu berat. Sesaat, Afgan merasa dunianya hancur, dia merasa seolah-olah dia telah dikhianati oleh wanita yang baru saja menjadi istrinya. Rasa kecewa, kemarahan, dan patah hati bersatu dalam dirinya, menciptakan badai emosi yang tak terkendali.

"Apakah kau pikir itu akan luput begitu saja? Apa yang kau lakukan adalah penghianatan, Adelia! Bagaimana aku bisa percaya padamu setelah semua ini? Kau adalah wanita murahan!"

Adelia menangis terisak mendengar penghinaan oleh suami yang baru saja menikahnya. "Afgan, aku tahu aku salah. Aku menyesalinya, tapi aku tidak bisa kembali dan mengubahnya. Aku harap kau bisa memaafkanku. Berikanlah sebuah kesempatan untukku," ucap Adelia dalam isak tangisnya.

"Kita sudah menjadi sepasang suami istri."

Perkataan Adelia malah membuat Afgan semakin marah.

"Suami istri katamu, huh? Suami istri tidak mempermainkan dan tidak membohongi pasangannya, Adelia. Aku merasa hancur dijodohkan denganmu!"

Adelia berusaha menggapai tangan Afgan, "Afgan, aku janji aku akan mencoba memperbaikinya. Aku janji tidak akan pernah menyakitimu. Tolong beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku bisa berubah."

"Kesempatan? Aku butuh waktu, Adelia. Aku butuh waktu untuk memikirkannya. Tapi saat ini, perasaanku begitu campur aduk. Aku merasa hancur oleh apa yang kau lakukan. Aku bahkan jijik melihat dirimu." Afgan menepis tangan Adelia dengan kasar.

Pertengkaran itu meninggalkan mereka dalam keheningan yang penuh emosi, masing-masing merasa terluka dan tersiksa oleh situasi yang rumit. Rasa kecewa dan kemarahan merajai ruangan, menciptakan kesenjangan yang dalam antara mereka.

"Kau tidak bisa mengharapkan segalanya berubah hanya dengan kata-kata maaf, Adelia. Penghianatan ini membuatku meragukan segala hal tentang pernikahan ini," ucap Afgan.

"Kau bahkan bermalam bersama pria lain di hari sebelum pernikahan kita dan melakukan ... "

Meskipun Adelia berusaha meminta maaf dan Afgan mencoba memahaminya, tetapi rahasia gelap itu telah menciptakan jurang antara mereka yang sulit diatasi.

Adelia menjawab dengan mata berkaca-kaca, "Afgan, aku tahu kata-kata tidak cukup. Aku akan membuktikannya dengan tindakan, aku akan  ... "

Afgan melayangkan tatapan tajam dan membuat Adelia tidak mampu melanjutkan kalimatnya.

" ... katakan padaku apa yang harus aku lakukan, dan aku akan melakukannya," ucap Adelia dengan lirih karena dia tahu bahwa bila Afgan menceraikannya, maka dia harus membayar mahar yang sangat banyak.

Ayahnya sudah menggunakan uang mahar itu untuk menutupi sebagian dari hutang judinya.

"Aku butuh waktu untuk memikirkannya, Adelia. Tapi aku ingin kau tahu, tidak ada janji bahwa aku bisa melupakan ini dengan mudah. Kita harus bekerja bersama-sama untuk mengatasi semua ini, atau pernikahan ini akan hancur sebelum bahkan dimulai."

Adelia mengangguk dengan lemah. "Apa yang harus kulakukan?" tanyanya sambil menghapus air matanya.

"Pertama, hapus air mata buayamu! Aku jijik melihatnya!" seru Afgan dengan ketus lalu mengambil pakaiannya.

"Kedua! Jangan keluar dari kamar ini. Aku tidak ingin orang tuaku tahu bahwa aku menginap di kamar lain karena jijik dengan keadaanmu!"

Bam!

Pintu ditendang Afgan dengan keras sehingga tertutup. Meninggalkan Adelia yang berlutut di lantai karena tubuhnya lemas terhadap kenyataan yang akan dihadapinya di masa depan.

"Dia akan membenciku! Pernikahan seperti apa yang harus kujalani?" tanya Adelia kepada dirinya sambil berteriak dengan histeris di dalam kamar yang luas dan mewah tersebut.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Vivi Wibowo
bagus,trs baca yaaa,semakin penasaran nih
goodnovel comment avatar
Yuyum Yuminarwati
padahal si afgannya juga sama aja menghabiskan malam dengan yg lain . emang kadang2 ...
goodnovel comment avatar
Cowok
Bagus alurnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status