Bab 15 Kabar Dari Mas Haris Di saat yang bersamaan tiba-tiba hp ku berdering. Aku yang mengira itu adalah Mas Fathan pun mendadak bersemangat untuk mengangkatnya. Sayangnya, semangatku seketika runtuh ketika aku melihat nama Mas Haris yang tertera di layar hp ku. Seketika itu juga perasaanku berubah semakin runyam. Aku takut tak bisa menjawab jika Mas Haris akan bertanya yang berhubungan dengan rumah tanggaku. "Assalamu'alaikum. Ada apa, Mas?" tanyaku dengan nada sedikit lemas. "Wa'alaikumsalam Warrohmatullah. Kamu dimana?" tanya Mas Haris. Mendengar pertanyaan dari kakak kandungku itu seketika membuatku kelabakan untuk menjawab. Sebab selama ini yang Mas Haris tahu aku tinggal di rumah Bu Joko. Ingin berkata jujur tapi aku terlalu takut Mas Haris akan bertanya lebih lanjut. Tetapi, jika aku berbohong ... Itu bukan keahlianku. "Mas ke rumahmu hari ini. Assalamualaikum." Mas Haris menutup panggilan teleponnya tanpa membiarkan aku mencegahnya. Sontak karena hal ini lah yang membua
Bab 16 Kepulangan Mas Fathan "Apa jangan-jangan karena ini terus Mas Fathan seharian gak ngasih kabar?" Bayangan hal-hal buruk pun seketika mengisi di kepalaku. Aku betul-betul merasa takut jika Mas Fathan akan bertindak yang akan membahayakan dirinya. Walau begitu aku berusaha untuk menyakinkan diriku kalau suamiku itu tahu batasan-batasan apa saja yang memang dilarang dalam agama. Mas Fathan pasti baik-baik saja. Dan ternyata tak perlu menunggu lebih lama, harapanku itu pun akhirnya terjawab. Benar, tak lama setelah Mas Haris menjelaskan semuanya, hal yang tidak aku sangka-sangka pun terjadi. Mas Fathan tiba-tiba muncul di hadapan kami semua. Sontak aku yang melihat kepulangan suami rahasiaku itu pun dibuat terperangah. Masih ada perasaan tak percaya dengan kemunculannya yang tiba-tiba. Aku pun menghampiri laki-laki yang baru saja datang itu. Aku terdiam beberapa detik dan memastikan betul-betul apakah laki-laki di depanku itu adalah suamiku. Setelah benar-benar yakin, aku pun l
Bab 17 Masalah BaruBukannya langsung menjawab Mas Fathan malah terdiam. Tampak ekspresi wajahnya begitu bimbang untuk berkata. Yang mana hal tersebut malah semakin membuatku penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa mungkin selama di rumah Mbak Mira, Mas Fathan melakukan nafkan batin yang memang selama ini tak pernah ia berikan pada istri pertamanya itu? Arrgh, jika benar demikian tentu saja hal itu akan membuat hatiku hancur. Meski aku tahu Mbak Mira adalah istri sah dari Mas Fathan, namun rasanya tetap berat jika harus berbagi suami seperti itu. Akan tetapi kalau aku melarang Mas Fathan untuk tidak memberi nafkan batin pada Mbak Mira, takutnya yang ada aku juga terkena dosanya. Astaghfirullah ... Bagaimana ini??? "Mas!!" tegurku. Mas Fathan terkesiap dan reflek menoleh ke arahku. "Iya, ya, aku jelasin sekarang," balas Mas Fathan lalu menghembuskan napas beratnya. Mas Fathan pun mulai bercerita jika sebenarnya Mbak Mira sudah mengetahui pernikahan yang terjadi antara aku dan d
Bab 18 Informasi dari Ibu "Maaf Mas Haris bukannya aku mau berbuat dzolim pada Mira, tapi aku bener-bener gak bisa melakukan itu. Aku lebih memilih di penjara daripada harus mengkhianati istriku. Cukup sekali aja aku membuat Arum kecewa karena pernikanan yang aku lakukan sama Mira," ujar Mas Fathan. "Budhe dukung kamu, Le. Uang bisa dicari. Kalau perlu Budhe akan jual apa yang Budhe punya supaya kamu dan Arum terbebas dari wanita jah*t itu!" ucap Budhe bersemangat. Seketika aku ikut merasa bersemangat mendengar pembelaan dari Budhe Sri. Sungguh beruntungnya aku bisa mengenal beliau. Tapi, darimana aku dan Mas Fathan akan mendapatkan uang yang jumlahnya saja kami tak sanggup membayangkannya. Sepuluh milyar! ***Paginya ketika kami semua sedang sarapan bersama, Mas Haris yang memang tadi malam menginap di rumah Budhe Sri pun memulai pembahasan yang kami tunda sebelumnya. Dimana Mas Haris yang juga mendukung keputusan adik iparnya itu mencoba memberikan saran supaya kami terbebas dar
Bab 19 Bukti Pemberian Bu Joko "Ini yang kamu minta. Ibu pertaruhkan nyawa buat dapetin itu, jadi berikan Ibu bayaran seperti yang udah dijanjikan," ujar Bu Joko sesaat setelah aku dan suamiku sampai di ruang tamu. Aku menatap amplop besar berwarna coklat di atas meja. Mendengar yang dikatakan ibu mertuaku barusan membuatku penasaran dengan isi dari amplop tersebut. Namun, bukan hanya soal amplop yang mencuri perhatianku, melaikan perkataannya tentang bayaran. Bayaran apakah itu? "Tunggu, Mas!" aku menatap penuh tanda tanya ke arah Mas Fathan. "Maksudnya bayaran apa ini?" tanyaku penasaran. Mas Fathan terdiam beberapa saat kemudian ia mengajakku terlebih dahulu untuk duduk. Aku pun menurut dan duduk di sebelah Mas Fathan. Setelah duduk suamiku itu lalu berucap yang mana cukup membuatku tercengang tak percaya."Bayaran yang dimaksud ibu itu ... bayaran karena ibu udah bantu cari bukti tentang Mira."Tepat setelah suamiku berkata demikian, sontak kedua mataku membulat seketika. Sung
Mendengar suamiku beristighfar di saat itu aku memyadari kalau ia sedang menahan kekesalannya karena sikap ibunya barusan. Mas Fathan pun berbalik dan berjalan kembali ke ruang tamu. Namun, baru beberapa langkah, kakinya terhenti manakala ia melihat kedatangan Mbak Mira. Di momen itu Mas Fathan tanpa pikir panjang ia kembali melanjutkan langkahnya dengan sedikit lebih cepat. Sampai akhirnya ia berdiri di hadapan Mbak Mira dengan jarak sekitar setengah meter. Di waktu yang menegangkan itu, tiba-tiba Mas Fathan melakukan hal yang tak pernah terbayangkan olehku sebelumnya. Ya, Mas Fathan ... melempar amplop berwarna coklat pemberian ibunya itu ke arah Mbak Mira dengan kasar. Amplop coklat yang memang berisikan foto-foto kalau Mbak Mira memalsukan kehamilannya. "Dasar penipu!!" sergah Mas Fathan yang membuat Mbak Mira Terkejut. "Maksud kamu apa? Hah!" balas Mbak Mira tak terima. Aku mendekat ke tempat Mbak Mira berada sambil tertawa kecil. Kesempatan ini adalah waktu yang pas untuk a
Bab 21 Acara DadakanMeski merasa agak kesal karena penasaranku tak terjawab, namun aku sendiri juga tak bisa memaksa kalau Mas Fathan sudah bersikap demikian. Alhasil aku pun hanya menuruti apa yang ia perintahkan sebelumnya. Tentu saja dengan bantuan Budhe Sri yang juga sama tak tahunya dengan acara malam ini. Setelah semua jamuan tersedia, sekitar seperempat jam kemudian tiba-tiba aku dikejutkan dengan kehadiran sepasangan suami istri yang aku tak pernah bayangkan sebelumnya. Dan sepasang suami istri itu adalah ... Pak Yanto dan Bu Ratmi. Benar. Tamu utama yang datang malam ini adalah Pak Yanto dan Bu Ratmi yang mana keduanya merupakan orang tua dari Mbak Mira. Aku tahu mereka karena pernah melihatnya di poto pernikahan antara Mas Fathan dan istri pertamanya itu yang terpajang di rumah Bu Joko. Entah, alasan apa yang membuat mereka datang ke rumah Budhe Sri di waktu seperti ini. Mungkinkah keduanya akan melayangkan protes dan ancaman seperti yang dilakukan anaknya? Atau justru se
Bab 22 Kehadiran Orang Tua Mbak Mira "Padahal sebelumnya Mbak Arum sudah saya incar mau ta jadiin mantu, lho, Mas. Malah ternyata sudah bersuami," celetuk seorang pria seraya terkekeh. Membuat yang lain bersorak ke arahnya dan menjadikan suasana kembali mencair. "Sudah, sudah! Kita lanjut ke berikutnya," lerai Pak Rt yang kemudian membuat para tetangga kembali serius. Beberapa saat setelah situasi kembali tenang, Pak Rt pun melanjutkan ucapannya. Dimana kali ini beliau memberikan kesempatan pada Pak Yanto yang akan menyampaikan isi hatinya. Dimana Pak Yanto berkata jika tujuan kedatanganya bersama istrinya ke rumah ini adalah untuk meminta maaf kepadaku dan Mas Fathan atas perbuatan anaknya. Pak Yanto mengaku kalau dirinya dan istrinya tidak akan menghalangi jika Mas Fathan akan menceraikan Mbak Mira. Sebab, mereka berdua menyadari betul tindakan yang dilakukan anaknya tersebut memang tidak bisa dibenarkan. Bukan hanya itu, Pak Yanto dan Bu Ratmi juga meminta untuk tidak memperpa