Share

Bab 92 - Apa Dia Sadar?

Author: EYN
last update Huling Na-update: 2025-09-17 21:03:09
Untuk memastikan kalau nomernya diblokir, Reinner segera menekan tombol telepon. Sambil menunggu, matanya refleks melirik ke arah rumah besar di seberang jalan—rumah Maureen.

Tapi bukan suara Erland, melainkan suara operator yang menyambutnya.

“Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat dihubungi.”

Reinner menggertakkan gigi, kedua alisnya berkerut rapat. “Kurang ajar! Jadi benar-benar diblokir?” Dia memukul setir mobilnya dengan kesal. Ada getir di ujung suaranya. “Apa maunya orang itu, huh?" gerutu Reinner.

Namun sebelum emosinya semakin meledak, telinganya menangkap suara lain. Sayup-sayup, suara sirene ambulance meraung, makin lama makin jelas dan terdengar mendekat. Reinner sontak mendongakkan kepalanya.

Matanya langsung terpaku pada pemandangan yang tidak biasa di depan rumah Maureen. Ada cahaya lampu merah biru yang berputar-putar, memantul di dinding pagar tinggi. Ambulance berhenti tepat di depan gerbang.

“Ambulance?” Reinner nyaris menjatuhkan ponselnya. Nafasnya tercekat.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Rahasia Dengan Tuan Muda Berandal   Bab 108 - Couple Goal

    "Mmm...Rein, sorry. Aku ngantuk," bohong Maureen setelah beberapa saat terdiam."Oh, baiklah. Tidur yang nyenyak, Reen," ucap Reinner tanpa memaksa. Meski curiga kalau pertemuan Maureen dan Erland tidak lancar, dia tidak mau memaksa."Thanks sudah mengerti aku, Rein," jawab Maureen lega. Dia tidak ingin teman terbaiknya itu ikut kepikiran. Selain itu, masalah yang dia hadapi adalah masalah rumah tangga. Tidak elok diumbar."Senyamanmu saja, Reen. Kalau butuh telinga, aku siap mendengarmu kapan pun. Okay?" balas Reinner ringan."Aku tutup teleponnya ya, Rein," pamit Maureen."Silahkan, Reen," jawab Reinner kalem. Dan, Maureen pun mematikan teleponnya.Menghela napas, Maureen berbaring sambil menggenggam ponsel di depan dadanya. Dia menarik napas panjang, otaknya memerintah untuk tidur, tapi matanya tidak kunjung terpejam.Pikirannya melayang pada pembicaraan rombongan perempuan muda di lift tadi. Hatinya kembali terasa panas.Maureen duduk lalu membuka kembali ponselnya, kali ini dia m

  • Pernikahan Rahasia Dengan Tuan Muda Berandal   Bab 107 - Lelaki Tsundere

    “Maaf, Nona. Kami hanya menjalankan tugas,” ucap salah seorang petugas keamanan dengan nada bersimpati. Tatapannya sedikit melunak, hati kecilnya mengatakan bahwa gadis muda ini tidak sedang berbohong. Namun, ada prosedur keamanan yang tidak bisa mereka langgar. Bahu Maureen luruh, matanya meredup. "Aku mengerti," jawabnya dengan suaranya nyaris tidak terdengar. Dengan berat hati, Maureen meninggalkan auditorium. Dia memilih berjalan kaki ke hotel sambil menata hati. Udara malam yang dingin membelai kulitnya. Lampu-lampu di sepanjang jalan memantulkan bayangan samar tubuhnya yang berjalan gontai. Hingga—krek!—bunyi patahan terdengar dari bawah. “Heels-ku…” desahnya pelan. Dia menunduk dan menemukan sebelah kanan heels sepatunya ternyata patah. Entah tadi bagaimana prosesnya, Maureen tidak tahu. Yang pasti heels itu patah. Lelah dengan kejadian beruntun ini, Maureen terduduk di pinggir jalan. Alih-alih menangis, Maureen malah terkekeh, mentertawakan dirinya sendiri. "Hey, jelek! B

  • Pernikahan Rahasia Dengan Tuan Muda Berandal   Bab 106 - Dia Itu Suamiku Kan?

    Nama Clarisse menarik perhatian Jillian. “Hm…, rupanya kamu juga menyusup untuk menemui Erland? Lalu Clarisse mengusirmu?" Suara Jillian meluncur tanpa disaring, penuh racun. Senyumnya tipis di wajahnya menggambarkan watak yang culas. Matanya menyipit sinis menatap Maureen seperti melihat kotoran. "Apa maksudmu?" tanya Maureen dingin. Kesabaran yang sedari tadi dia tarik sepanjang-panjangnya, kini mencapai ujung. Dan, harga dirinya tersenggol. Selama ini dia hidup mandiri, tidak merepokan siapa pun. Apa dosanya sehingga orang-orang itu selalu menghinanya? Tangannya otomatis menggenggam erat undangan yang ada di genggamannya. "Erland sudah melupakanmu. Buktinya, dia dekat dengan Clarisse sekarang. Tidak udah mengejar Erland lagi," Jillian berhenti sejenak, lalu memutar bola mata dan berkata, "Lagipula, tempat ini hanya untuk orang yang punya undangan." “Aku punya undangannya," tegas Maureen. Dia mengangkat undangannya, "Sekarang minggir! Aku mau masuk!” Seketika mata Jillian

  • Pernikahan Rahasia Dengan Tuan Muda Berandal   Bab 105 -- Harap-Harap Cemas

    Maalam Grand Final"Aku di ruang ganti. Kabari aku kalau sudah sampai."Pesan dari Lillian masuk, bertepatan dengan Maureen tiba di tempat pagelaran. Sejak siang Lillian sudah sibuk di tempat acara untuk memastikan semua persiapan lancar.Dia datang sendiri ke acara ini karena teman-temannya juga sudah pulang ke rumah masing-masing, sementara dia terbang bersama Lillian dan tim ke kota karantina. "Aku sudah sampai," balas Maureen, kemudian melangkah dengan anggun sambil menahan debar jantung yang bertambah cepat.Gaun rancangan rumah mode Lillian membalut tubuhnya dengan anggun, membuat wajahnya terlihat semakin manis dengan riasan lembut. Lampu-lampu panggung berpendar dari kejauhan, memberi kesan megah dan meriah. Namun Maureen tidak sempat menikmatinya. Dia langsung menuju pintu backstage sesuai petunjuk Lillian.Semakin dekat dengan pintu backstage, hatinya berdebar semakin keras. Dia tahu dibalik pintu itu ada Erland. Mereka akan bertemu setelah sekian lama kehilangan kontak.

  • Pernikahan Rahasia Dengan Tuan Muda Berandal   Bab 104 - Tidak Masuk Logika

    Malam sudah merambat pekat ketika Maureen bersama ketiga sahabatnya tiba di rumah. Lampu ruang keluarga menyala redup, menyambut mereka yang baru saja pulang dari mall dengan hati tak karuan.Begitu menginjakkan kaki di ruang tengah, Maureen langsung melempar tas ke sofa dengan penuh emosi, lalu menghempaskan tubuhnya dengan kasar.“Hhh…” desahnya panjang, napasnya berat seolah menanggung beban berton-ton di dada.Ruby, Emily, dan Marcella ikut duduk, lalu bertukar pandang dengan canggung. Ekspresi ketiganya keruh. Tidak ada satupun dari mereka yang bisa tersenyum.Dalam hati, ketiganya ingin sekali mengumpat nama Erland. Tetapi seburuk-buruknya Erland, lelaki itu tetap suami Maureen.Sebut saja Erland suami yang tidak tahu diri, tetap saja ada rasa sungkan yang menahan mereka. Tapi kalau tidak mengumpat, dada mereka terasa sesak. Serba salah.Lost contact seminggu lebih karena ponsel rusak, alasannya itu tidak masuk di logika mereka. Tapi, mereka memilih diam.Ruby mendengus pelan sa

  • Pernikahan Rahasia Dengan Tuan Muda Berandal   Bab 103 - Bukan Dia Yang Mengundang Aku

    Suasana klinik kecantikan sore itu masih cukup ramai. Maureen bersama Ruby, Marcella, dan Emily baru saja selesai menjalani perawatan seluruh tubuh. Seharian di klinik, mereka tampak lebih relax, kulit wajah terlihat segar, dan tawa ringan pun terdengar ketika mereka menuju meja pembayaran. "Terima kasih sudah berkunjung. Kami menanti kunjungan berikutnya," ucap gadis yang bertugas menjaga resepsionist. Mereka mengangguk dan tersenyum ramah ketika langkah Maureen terhenti sejenak karena telinganya menangkap sebuah nama yang begitu familiar. “Aku sudah membeli tiket malam final hanya demi melihat Erland,” ucap petugas di bagian pembayaran, suaranya penuh semangat dan bangga. Mata Maureen langsung membesar, sementara Ruby spontan melirik Marcella dan Emily. Seketika radar mereka menjadi lebih sensitif, mencoba menangkap apa pun yang berhubungan dengan Erland. “Dia memang tampan sekali. Suaranya enak,” sahut seorang rekan petugas sambil terkekeh. "Ah, aku tidak sabar bertemu dengan E

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status