Share

BAB 2 - KENYATAAN

Author: Memey Yin
last update Huling Na-update: 2021-08-15 14:26:39

“Jangan terlalu banyak berpikir. Dokter mengatakan kamu tidak boleh terlalu stress.” 

Alfan duduk di sisi ranjang seraya menatapnya dengan perasaan bersalah. 

“Maaf semua ini karena aku,” sambungnya dengan helaan napas yang terdengar penuh tekanan.

“Mari kita bercerai saja, Mas. Aku tidak mau ada di antara hubungan kalian berdua. Lebih baik kita akhiri saja sebelum semuanya menjadi lebih rumit.” 

Alfan menggeleng. 

“Lalu aku harus bagaimana? Jangan egois, Mas.” Bulan memekik dengan suara tertahan.

Alfan tertunduk.

“Kamu takut kehilangan warisan orang tuamu?” tanya Bulan menebak. 

Kebungkaman Alfan cukup menjawab semuanya.

“Apa kamu tidak berpikir tentang perasaanku, hatiku dan hidupku yang telah kamu permainkan?” tuding Bulan dengan suara lemah. “Aku korban dari kebohonganmu, Mas. Kamu menghancurkan hidupku.” 

“Aku terpaksa, Bulan. Tolong mengertilah,” keluh Alfan merasa frustasi.

“Lalu siapa yang akan mengerti diriku, Mas?” Baliknya dengan lembut namun penuh sindiran. “Kamu yang menarikku ke dalam pusara luka ini. Dan kamu memintaku untuk mengerti. Apa kamu memang tidak punya hati, Mas?” 

Alfan membanting gelas yang ada di dalam genggaman tangannya.

“Aku terpaksa demi istriku. Aku dipaksa oleh keadaan, Bulan. Aku juga tidak ingin melakukan ini,” ujar Alfan dengan suara yang meninggi.

“Lalu apa artinya aku, Mas?” lirih Bulan dengan suara yang hampir tak terdengar.

Alfan kembali bungkam karena tak bisa menjawab pertanyaan Bulan. Seketika itu juga tangis Bulan pecah, ia ingin menyatakan kekecewaan, menyuarakan protes namun lidahnya kelu.

“Jangan seperti ini,” ucap Alfan dengan nada frustasi.

Bulan menghembuskan napas kasar. “Lalu aku harus bagaimana?” 

“Tolong jangan melibatkan orang tua kita ke dalam urusan ini.” Permintaan Alfan membuatnya kembali dilanda kekecewaan.

“Tapi kedua orang tuamu juga bertanggung jawab atas apa yang terjadi padaku!” 

Tentunya kedua orang tua Alfan sama sekali tidak mengetahui kebohongan putranya.

“Kita bisa mencobanya, Bulan. Pernikahan ini bukan mainan,” ujar Alfan membuatnya tertawa dengan miris.

“Seharusnya kamu mengatakan itu pada dirimu sendiri, Mas. Aku di sini hanya membela diriku karena ketidakadilan yang kamu lakukan. Kamu yang mempermainkan ikatan suci ini,” balas Bulan yang selalu bisa menjawab ucapan Alfan dengan mudah.

Alfan memilih tak menjawab dan berjalan menuju balkon kamar. Waktu sudah menunjukkan pukul empat menjelang pagi, namun mereka masih saja belum menghentikan perdebatan. Dengan perginya Alfan, lelaki itu memilih menghindar dan memberikan waktu kepada Bulan untuk memikirkan ucapannya.

Diakui Alfan, ia memang yang paling bersalah karena semua ucapan yang dikatakan Bulan semuanya adalah benar. Ia egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang-orang yang terseret di dalamnya.

“Maaf Bulan, semua ini aku lakukan karena aku terlalu mencintai Zahra. Dia cinta pertamaku.” 

Asap rokok mengepul di sekitar Alfan. Satu batang, dua batang hingga ia lupa telah menghabiskan berapa batang. Ia masih bertahan duduk di balkon bahkan ketika awan gelap sudah berubah terang.

Bulan baru saja keluar dari kamar mandi dengan dress selutut dengan model yang simple namun tetap terlihat anggun. 

Matanya melihat ke arah balkon sejenak sebelum mendudukkan diri di hadapan meja rias. 

Tak lama ponselnya berdering. Bulan langsung mengambil ponsel dengan bentuk apel digigit itu dan langsung menjawab panggilan. 

“Halo, Mam. Ada apa?” tanya Bulan langsung.

“Kami menunggu kalian di restoran. Jangan lama-lama.” 

“Mami dan yang lain bisa sarapan lebih dulu. Mas Alfan belum bangun, Mam.” Bulan beralasan. 

“Tidak ada penolakan, Bulan. Kami menunggu. Oh ya katakan pada Alfan, jangan memulainya lagi karena kita semua sudah menunggunya.” Terdengar ledakan tawa dari seberang panggilan.

“Okay, Mam.” 

Bulan mendengus pelan dan menaruh ponselnya sebelum beranjak menuju balkon mencari suaminya. 

Melihat posisi Alfan yang tidur seperti itu membuat Bulan merasa kasihan. Perlahan langkah kakinya mendekat dan duduk di sofa tunggal. 

Manik cokelat miliknya menatap lelaki itu dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. 

“Mas Alfan, bangun.” Tangan Bulan menyentuh bahu suaminya dengan pelan.

“Hmm,” bergumam tapi tidak juga membuka mata.

Bulan akhirnya menepuk lengan itu sekali lagi dengan sedikit keras hingga sang empunya terkejut dan langsung membuka mata.

“Cepat mandi. Keluarga kita sudah menunggu di bawah. Jangan lama-lama,” ucap Bulan yang seketika membuat Alfan menoleh melirik jam di pergelangan tangannya.

“Iya.”

Keduanya turun bersama menuju restoran yang terletak di lantai dasar. Keduanya masih dalam kebungkaman masing-masing.

“Memang dasar pengantin baru. Jam segini baru bangun,” sindir Mama Silvi yang tak lain adalah ibunya Alfan.

Bulan tersipu. “Maaf Ma,” ucapnya.

“Tidak apa-apa. Mama dulu juga pernah muda.” Sambil terkekeh wanita paruh baya itu menggoda. “Bukankah begitu, Pa?” Mama Silvi menatap suaminya, Papa Andre. 

Sedangkan Mami Tari yang tak lain ibunya Bulan hanya melirik sekilas tanpa berkomentar.

Bulan yang merasa diperhatikan segera menoleh dan menggelengkan kepala ke arah ibunya.

Akhirnya mereka melakukan sarapan yang cukup telat karena harus menunggu pengantin baru yang terlambat datang. Namun tak ayal mereka memang menikmati kebersamaan itu.

Godaan dan candaan dilontarkan Mama Silvi dan Papa Andre kepada anaknya. Apalagi melihat mata mereka berdua yang jelas memiliki kantung mata membuat siapapun jelas tahu bahwa mereka berdua kurang tidur, namun tidak ada yang tahu alasan sebenarnya.

To Be Continue ….

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (7)
goodnovel comment avatar
Ronggur Milae
laki laki anjing, baik nya di kebiri saja
goodnovel comment avatar
Rani Hermansyah
jangan lupa mampir ya dikarya recehku Istri yang Tak Dirindukan
goodnovel comment avatar
Yen San
cowo kok egois banget sih...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   BAB 140 - IDENTITAS TERBONGKAR

    Dewi menggenggam erat pintu kamar mandi, tubuhnya benar-benar tak terkendali. Wajahnya memerah, keringat bercucuran, napasnya terengah. Bayangan Alfan seolah mengepung dari segala sisi.“Kenapa bisa begini?!” desisnya panik. Ia tak menyangka obat itu justru berbalik melawan dirinya.Ketukan keras di pintu membuat jantungnya hampir meloncat.“Dewi, kamu ngapain di dalam?” suara Nena terdengar tegas.“Aku … aku cuma haus, Mbak,” sahut Dewi dengan suara gemetar, berusaha menormalkan nada suaranya.Tapi Nena tak langsung percaya. “Haus kok lama banget di kamar mandi? Buka pintunya.”Panik menyeruak. Dewi buru-buru membasuh wajahnya dengan air dingin, lalu membuka pintu sedikit. “Maaf, Mbak. Aku tadi sekalian cuci muka. Panas sekali rasanya.”Nena mengamati wajahnya yang basah, pipinya merah padam. “Kamu sakit?” tanyanya curiga.“Tidak … hanya kecapekan.” Dewi tersenyum kaku, berusaha menutup pintu lagi.Namun, tatapan tajam Nena menelisik hingga ke hatinya. “Kalau memang sakit, jangan dip

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   BAB 139 - SENJATA MAKAN TUAN

    “Mas, kamu baik-baik saja, kan?” Ayesha yang sejak pagi gelisah, menghubungi suaminya.“Ada apa?” tanya Alfan dengan nada heran.“Tidak apa-apa, hanya saja perasaanku tidak enak.”“Cepatlah pulang. Sepertinya kamu sangat merindukanku,” godanya sambil terkekeh.“Aku serius, Mas!” desis Ayesha.“Semuanya baik-baik saja, Sayang. Cepatlah pulang. Aku merindukanmu.”Ayesha singkirkan perasaan itu dari dalam dirinya. Namun, ketukan pintu di kamarnya membuat wanita itu berpaling.Di depan pintu, kliennya berdiri dengan senyum lebar. Seolah bisa menebak apa yang terjadi, Ayesha langsung menggeleng tegas.“Kali ini tidak ada tawar menawar lagi, Nona. Sudah cukup saya memaklumi permintaanmu.”“Hanya kali ini saja, Nyonya. Saya mohon.”“Saya tidak bisa.”“Saya akan membayar waktu Anda selama di sini.”Ayesha lemparkan senyum lebar, garis halus di sekitar matanya terlihat samar. “Ini bukan tentang nominal, Nona. Ini soal rasa profesional. Kesepakatan Anda sudah terlalu melenceng jauh. Demi bertah

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   BAB 138 - SEMAKIN BERANI

    Ayesha menghubungi Sarah, sahabatnya yang bekerja sebagai jurnalis investigasi. Sarah terkenal memiliki akses ke berbagai sumber informasi. “Sarah, aku butuh bantuanmu,” kata Ayesha saat mereka bertemu di sebuah kafe kecil di pusat kota. “Apa ini soal butikmu?” tanya Sarah sambil menyeruput cappuccino. “Bukan. Ini soal asisten rumah tanggaku, Dewi, dan juga pasangan aneh yang menemui Alfan beberapa waktu lalu.” Sarah mengangkat alis. “Apa yang mereka lakukan?” Ayesha menceritakan semuanya, mulai dari percakapan mencurigakan Dewi hingga tawaran absurd pasangan itu. Sarah mendengarkan dengan serius, lalu mengangguk. “Kurasa, ada gila-gilanya mereka melamar suamimu,” kekeh Sarah. “Aku penasaran seburuk apa wajah wanita itu sampai menggilai suami orang.” “Katanya sih masih muda.” “Umur bukan jaminan. Asal banyak hartanya.” “Sepertinya mereka juga bukan orang sembarangan. Buktinya mereka menawarkan jaminan atas bisnis Alfan di sini.” Sarah mengangguk. “Baiklah, aku akan menyelidi

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   Bab 137 - FIRASAT

    Melani memutar otak, mencoba mencari celah lain. “Bagaimana kalau kita cari tahu tentang istrinya? Siapa tahu kita bisa menemukan sesuatu yang bisa dijadikan senjata.” Pria itu mengangguk setuju. “Hubungi detektif pribadi kita. Minta dia menyelidiki semua tentang wanita itu dan keluarganya. Kalau ada rahasia yang bisa kita gunakan, kita tidak perlu memaksa pria itu secara langsung.” Melani mengeluarkan ponselnya, segera menghubungi seseorang. Sementara itu, putri mereka yang masih terobsesi dengan Alfan duduk di kamar, menatap foto pria itu di ponselnya dengan tatapan penuh hasrat. “Suatu hari nanti, kamu pasti akan menjadi milikku,” gumamnya pelan. “Aku tidak peduli berapa banyak rintangan yang harus aku hadapi. Bahkan jika itu berarti menghancurkan pernikahanmu.” ♡♡♡ Ayesha memandangi laporan bulanan butiknya dengan rasa puas. Angka penjualan meningkat tajam, bahkan beberapa klien baru mulai menunjukkan ketertarikan untuk bekerja sama dengannya. Namun, pikirannya kembali me

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   Bab 136 - Bukan ART biasa

    “Ternyata suamiku ini memiliki banyak pengagum. Bahkan ada yang melamar meski sudah tahu jika sudah memilki istri. Apakah aku harus bersyukur atau justru takut, ya. Bagaimana menurutmu, Mas?” sindir Ayesha.“Aku benar-benar tidak mengenal mereka. Tiba-tiba datang dan melamar begitu saja.” Meski sama-sama bergelut dalam dunia bisnis, sepertinya Alfan tak begitu mengenal pasangan suami istri tersebut. Mungkin karena ia baru melebarkan sayapnya di kota ini atau bagaimana, yang pasti wajah mereka tak terlalu populer hingga Alfan dengan mudah mengenalinya.“Mereka bahkan menawarimu sebuah perusahaan dan akan memastikan seluruh bisnismu akan maju. Tawaran yang menggiurkan. Apa wanita itu cantik?” kata Ayesha. Ia mendengus jengkel meski kedua orang tamu tidak tahu diri itu sudah meninggalkan ruangan.“Putri mereka yang mana saja aku pun juga tidak tahu. Benar-benar aneh,” bantah Alfan.“Jika putrinya menyukaimu sejak pandangan pertama artinya pernah ada interaksi di antara kalian, Mas. Kamu

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   BAB 135 - DILAMAR

    Setelah beberapa minggu berlalu, akhirnya berita tentangnya dan sang suami mereda dan tergantikan oleh berita panas lainnya.Butiknya telah kembali buka. Bahkan kini lebih banyak pengunjung yang datang dari kalangan pejabat dan beberapa istri-istri pengusaha.Tentu saja mereka bukan hanya datang karena sekadar tertarik dengan rancangan pakaiannya. Namun, beberapa dari mereka ada yang mencoba menjalin pertemanan.Entah itu benar-benar tulus atau menginginkan hal lain.Beberapa kali juga ia mendapatkan undangan untuk masuk ke dalam group sosialita.Ayesha hanya menanggapinya dengan senyum tipis seperti biasa.Setelah ujian selalu ada kebahagiaan. Tidak akan ada kehidupan yang akan berjalan lurus dan mulus. Selalu ada rintangan dan halangan.Begitulah kehidupan.Ayesha yang baru saja mengambil air dari dapur, tidak sengaja mendengar suara Dewi yang sedang berbicara dengan seseorang melalui ponsel. Ia menajamkan pendengaran untuk mengetahui isi obrolan tersebut. Namun, saat berjalan mende

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status