Share

Pernikahan Rahasia Suamiku
Pernikahan Rahasia Suamiku
Penulis: Memey Yin

BAB 1 - AWAL SEGALANYA

Saya terima nikah dan kawinnya Queena Bulan Latief binti Jacob Al Latief dengan mas kawin seperangkat alat salat dan emas batangan seberat 100 gram dibayar tunai.

Sah!

Sah!

“Alhamdulilah.”

Suara itu terdengar menggema di dalam rumah mewah keluarga Latief ketika lelaki dengan perawakan tinggi dan wajah tampan itu mengucapkannya dengan lantang.

Alfan Fatih Herlambang kini telah resmi menyandang status suami dari Queena Bulan Latief.

Perlahan Bulan menoleh ke arah sang suami dan mencium punggung tangannya, diakhiri dengan Alfan yang memberikan kecupan di keningnya dengan sikap canggung.

Suasana haru menyerbu dada Bulan. Ia masih tak menyangka bahwa kini statusnya telah berubah hanya dalam waktu singkat.

Acara dilanjutkan pada malam hari dengan resepsi di sebuah hotel bintang lima.

Suasana meriah dan mewah itu mengiringi perayaan pernikahan mereka. Tamu yang diundang juga sangat banyak karena dua keluarga besar itu merupakan salah satu pengusaha sukses dengan nama keluarga yang sudah terkenal.

Hingga pada akhirnya pesta itu usai menjelang tengah malam. Semua keluarga sudah kembali menuju kamar hotel yang telah disediakan. Begitu juga dengan sepasang pengantin baru tersebut. Malam ini mereka semua akan menginap di hotel ini.

Di sebuah kamar dengan tipe suites, kamar tersebut telah dihias dengan sangat indah. Kelopak bunga membentuk sebuah hati di atas ranjang dengan aroma wangi yang menenangkan.

Kamar ini benar-benar disiapkan untuk pengantin baru tersebut.

“Bersihkan dirimu, aku perlu bicara setelah ini.”

Alfan berlalu menuju balkon setelah mengatakan itu.

Bulan memilih menuju kamar mandi. Perlahan ia melepaskan seluruh aksesoris yang menempel di tubuhnya. Setelah itu barulah ia mengguyur tubuhnya dengan air dingin.

Tiga puluh menit kemudian ….

“Mas Alfan,” panggil Bulan ketika lelaki itu masih berada di balkon.

“Kamu sudah selesai mandi?” tanyanya tanpa menoleh.

“Sudah, Mas.”

Alfan langsung berbalik dan berjalan melewatinya begitu saja.

“Duduklah. Ada yang ingin kukatakan.”

Bulan mengangguk dan berjalan menuju sofa. Duduk berhadapan dengan Alfan yang seolah enggan untuk menatapnya. Ia merasa Alfan membuat jarak pemisah di antara mereka.

“Ada apa, Mas?”

Perasaan Bulan tiba-tiba tidak enak.

“Maaf,” ujar Alfan dengan berat.

Bulan mengerutkan kening dan menghela napas pelan.

“Aku akan mengatakan kejujuran ini padamu,” sambung Alfan seraya mendongak menatapnya.

Baru kali ini mereka saling menatap dalam jarak dekat. Tatapan keduanya terasa berbeda. Jantung keduanya juga berdegup dengan cepat, namun berbeda alasan.

“Kamu menakutiku, Mas.” Bulan bergidik ngeri.

Alfan mendesah pelan. “Aku serius. Dengarkan baik-baik,” ujarnya.

Bulan mengangguk.

“Sebenarnya aku telah menikah dan sudah memiliki istri.”

Deg!

“Jangan bercanda, Mas Alfan.” Bulan menggelengkan kepala dengan keras menolak ucapan suaminya.

“Itulah kenyataannya, Bulan. Aku sudah menikah dan sudah memiliki istri lain.”

Tidak tahukah Alfan bahwa ucapan itu menyakiti hatinya? Baru beberapa jam mereka menjadi pasangan pengantin yang bahagia, tapi ucapan Alfan meruntuhkan segala kebahagiaannya.

Alfan memang lelaki yang jujur, tapi kejujurannya memporak-porandakan hatinya. Kejujuran Alfan benar-benar sangat menyakitkan.

“Lalu kenapa kamu mau menerima perjodohan ini jika pada akhirnya harus ada yang terluka?”

Bulan sekuat tenaga menahan isak tangis yang ingin dikeluarkan.

“Aku minta maaf. Tapi aku tidak bisa menolak keinginan kedua orang tuaku.”

Bulan tertawa miris.

“Dan membuatku sakit hati? Begitu? Kamu jahat, Mas.”

“Aku mencintai Zahra,” ucap Alfan dengan tertunduk. “Aku mencintainya. Kami sudah menikah secara siri sekitar setahun yang lalu saat aku ditugaskan oleh papa untuk mengurus cabang di Bandung.”

“Kenapa bukan dia saja yang kamu nikahi jika kamu mencintainya? Kenapa harus aku yang kamu jadikan korban.”

Alfan mengabaikan pertanyaan dan ucapannya.

“Papa dan mama tidak setuju dengan Zahra karena alasan klasik yaitu bibit, bobot dan bebet yang tidak sepadan. Mereka juga menganggap Zahra tidak tulus terhadapku.”

Bulan memilih mendengarkan walaupun hatinya terasa perih.

“Karena aku mencintainya, diam-diam aku memilih menikah dengannya. Beberapa bulan kemudian, ibunya jatuh sakit hingga harus dirawat di rumah sakit dengan perawatan insentif. Papa mengancam akan mengeluarkanku dari daftar ahli waris jika aku tidak menyetujui perjodohan ini. Aku butuh biaya untuk tetap merawat ibu mertuaku dan menghidupi keluarga istriku,” ungkap Alfan yang sama sekali tak menyentuh hatinya.

Bulan tersenyum perih.

“Aku terpaksa melakukan ini. Aku mencintai Zahra tapi aku tidak kuasa melihatnya menangis.”

“Dan kamu mengorbankan aku yang tidak tahu apa-apa?” sela Bulan dengan cepat. “Kamu tidak tega membuatnya menangis tapi kamu membuatku menangis. Apa itu adil, Mas? Aku tidak tahu apa-apa, kamu menumbalkan aku karena keegoisanmu, Mas.”

Tidak pernah terbayangkan oleh Bulan bahwa perjodohan ini membawanya dalam kehidupan yang rumit.

Baru saja ia menyandang status istri dari seorang Alfan Fatih Herlambang, namun kenyataan bahwa dia hanyalah yang kedua kembali mengoyak sudut hatinya.

Mimpi-mimpi dan harapan tentang kehidupan yang bahagia ternyata hanyalah sebuah angan saja.

“Lebih baik kita berpisah saja, Mas.”

“Lalu apa yang akan dikatakan orang-orang pada keluarga kita? Kita baru saja menikah, Bulan. Bagaimana kita akan menjelaskannya pada keluarga kita?” Masih memikirkan omongan orang. Kamu benar-benar egois.

Bukan karena emosi sesaat Bulan memutuskan memilih berpisah. Tapi sudah melalui beberapa pertimbangan. Salah satunya karena ia tidak ingin menyakiti hati wanita yang telah menjadi istri dari Alfan, walaupun hatinya sendiri tengah terluka.

Sebenarnya bukan salah Bulan jika ia ternyata menjadi yang kedua, karena ia hanyalah korban dari keegoisan Alfan yang menutupi kebohongan. Andai … andai ia tahu bahwa Alfan telah menikah walau secara siri, tentu ia akan menolak perjodohan ini.

“Istrimu tahu tentang ini?”

Alfan menggeleng.

“Bagaimana jika dia tahu?”

Alfan kembali menggeleng dengan lemah.

“Aku akan mengatakannya.”

“Kamu benar-benar ….” Bulan sampai tak dapat menyelesaikan ucapannya.

“Maaf,” ucap Alfan lagi.

Apa kata maaf bisa mengembalikan keadaan? Ragaku memang baik-baik saja, tapi hatiku terluka, Mas.

Dadanya terasa sesak, air mata meleleh begitu saja. Kepalanya seperti baru saja dipukul oleh palu godam. Pandangannya tiba-tiba kabur dan pada akhirnya sesak itu membuat Bulan jatuh pingsan.

Brug!

To Be Continue ….

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Ronggur Milae
ceritanya hanya utk pembenaran beristri lebih dari pada 1, sangat tdk mendidik, lebih baik si wanita minta cerai langsung tanpa malam pertama. lelakinya bangsat
goodnovel comment avatar
Rani Hermansyah
mampir ya di buku istri yang tak dirindukan
goodnovel comment avatar
Nur Cholifah
entah kenapa lebih suka nama karakter/tokoh yang simpel dan mudah diingat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status