Share

Bab 11: Omelan

Author: path
last update Last Updated: 2024-05-04 11:57:36

Argan masuk ke dalam kamar pagi itu dan melihat Mentari berbaring tertutup selimut hingga ke pundak.

"Tari, kamu ga kuliah? Ini sudah jam 7 lewat." Argan menggoncang bahu Mentari.

Mentari berputar, dengan mata sayu dan wajah pucat dia menjawab, "Aku ga enak badan, mau istirahat."

Sebelum Argan merespon, Ibu muncul dari balik tirai, berdiri di pintu. "Kamu sudah bangun, Tari?"

Melihat Argan, ibu menyapanya, "Pagi, Argan, baru datang?"

"Iya, Bu. Hari ini kuliah siang, kemari mau ambil barang yang kelupaan."

Ibu hanya mengangguk, melewati Argan dan duduk di tepi ranjang, lalu meraba dahi Mentari. "Demam kamu sudah turun. Ibu bawakan makanan lalu minum obat, ya?"

Mentari menghentikan ibu yang beranjak menuju pintu, "Ga usah, Bu. Aku makan di dapur saja." Oleng, Mentari duduk di pinggir ranjang. Dia menunggu hingga kepala dan pandangannya stabil, kemudian berdiri.

"Kalau sakit, di kamar aja, tuh kamu oleng," sergah Argan.

"Kalau terus berbaring, rasanya semakin sakit. Aku juga mau hirup ud
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 129: Pindah

    Perlahan, Mentari melangkahkan kakinya memasuki rumah Argan. Langkahnya menapak pasti, namun hatinya masih bimbang. Begitu banyak pertanyaan yang hinggap di benaknya tentang kepindahannya bersama Feliz. Dan itu telah didiskusikannya bersama ibu dan kakaknya selama beberapa hari ini. Meskipun tidak setuju dengan keputusan Mentari, tapi Cahya sangat membantunya dengan memberikan masukan-masukan yang bisa dipegangnya. Namun, teori tidak semudah tindakan.Tatapan Mentari menyapu setiap sudut rumah seolah ini pertama kalinya dia datang ke tempat itu. 'Berbeda,' batin Mentari.Perbedaan yang dilihat Mentari tampak nyata di matanya. Sekarang rumah itulah yang akan menjadi rumahnya, tempatnya meletakkan kepala di malam hari, tempatnya bangun di pagi hari. Kali ini tidak seperti saat dia ikut Argan ke Jakarta sebelumnya, kali ini ada mertua bersama mereka. Akankah kepindahannya kali ini berbeda, lebih baik dari sebelumnya? Sanggupkah dia bertahan?"Hai, Feliz," sapa mama

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 128: Keputusan

    Tiit... tiit....Bunyi klakson motor yang membahana menyadarkan Mentari yang mematung dengan pandangan kosong ke depan. Beberapa motor dan mobil lainnya menyahut bunyi klakson pertama, mengisyaratkan Mentari untuk menggerakkan motornya yang diam di barisan paling depan. Lampu lalu lintas telah berubah hijau sejak beberapa detik lalu dan suara protes kendaraan yang merasa terhalang di belakang Mentari semakin menjadi.Setelah beberapa kali mengerjapkan mata seolah terbangun dari mimpi, Mentari pun ikut dalam rombongan kendaraan yang bergerak maju. Kecepatannya kali ini jauh lebih pelan dari kecepatan 'siput'-nya yang biasa. Pikirannya tidak menentu ditambah kegelapan malam yang pekat di kala di beberapa titik jalan lampunya telah padam, membuat Mentari menambah kewaspadaan berkendara."Tari, kenapa kamu lama sekali?" sambut Cahya kuatir keluar dari pintu samping. Kedua tangannya dipenuhi busa dan tangan kanannya memegangi baskom yang dibalut sisa minyak makanan"Gelap, Kak," ucap Menta

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 127: Kunjungan

    Tidak ada keterangan mendetail yang diberikan Gempita tentang situasi keluarga Argan. Yang diketahui Mentari hanya bahwa papa Argan sedang sakit, beberapa hari yang lalu sempat dilarikan ke rumah sakit. Mentari masih ingin bertanya, namun Gempita segera mematikan teleponnya, karena harus kembali bekerja."Haruskah aku menelepon Argan?" Mentari bimbang, mondar-mandir di dalam kamarnya. "Bagaimana kalau tidak direspon seperti terakhir kali?"Dia pun memutuskan untuk mengirimkan pesan saja. Centang satu. Statusnya masih sama saat Mentari hendak beranjak tidur. Keesokan paginya, hal pertama yang diperiksanya adalah pesan dari Argan. Tidak ada, tapi sudah centang dua.Seperti biasa, hari senin merupakan hari yang sibuk di toko. Mentari bahkan tidak sempat memeriksa ponselnya kala makan siang, oleh karena dia buru-buru harus bergantian dengan karyawan lainnya. Toko cukup ramai, tidak ada waktu santai.Ketika hendak pulang, dia melihat panggilan dua tidak terjawab dari Argan. Diapun segera m

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 126: Sakit

    Kasus itu seperti hilang ditelan bumi. Mentari telah mencari berita terkait proyek itu di internet, namun hasilnya nihil. Dia pun tidak mendapatkan berita lanjutan lagi dari Bunga. Informasi final yang diperolehnya hanya dari kakak iparnya yang mengatakan bahwa proyek itu telah selesai diselidiki dan akan dilanjutkan kembali minggu depan. Menurut Feri, hasil pemeriksaan menyatakan bahwa tidak ada penyelewengan dana sama sekali, hanya kekeliruan dan kesalahpahaman dari salah seorang pekerja junior, maka proyek kembali bisa dilanjutkan.Meskipun Mentari tampak cuek, namun dia memiliki harapan besar bahwa Gempita akan memberitahukannya suatu informasi akurat yang dapat diterimanya. Yang disampaikan Feri tampak tidak masuk akal baginya. Namun, sahabatnya itu begitu sulit dihubungi, pekerjaannya telah menyita banyak waktunya.Di toko pun yang berisi segelintir karyawan dari berbagai lokasi, tidak seorang pun pernah membahas perihal itu, seolah itu memang tidak pernah terjadi. Benarkah itu

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 125: Benar atau Dusta

    Tiga huruf itu seolah menjawab semuanya, tapi Mentari tidak ingin menyimpulkan. Di pikirannya sudah tertulis 'Kamu terlibat?', namun tidak sanggup diubahnya dalam bentuk tulisan."Bagaimana situasinya?" balas Mentari, berharap pertanyaan itu tidak diartikan sebagai serangan di mata Argan.Tak ada balasan. Kali ini tidak ada balasan sama sekali. Pertanyaan-pertanyaan penuh asumsi memenuhi benak Mentari. "Sudah kamu tanyakan pada Argan?" serbu Cahya melihat Mentari keluar dari kamarnya. Keripik pisang masuk kembali ke dalam mulutnya setelah melontarkan pertanyaan itu."Dia membenarkan, Kak, namun tidak memberikan penjelasan." Lirikan mata Mentari menangkap bungkus keripik di tangan kakaknya. Salah satu kesamaannya dengan kakaknya adalah sama-sama menyukai keripik pisang. Namun, di mata Mentari, kali ini keripik itu tampak seperti keripik jengkol, salah satu makanan yang tidak disukainya."Aneh." Kepala Cahya menggeleng-geleng dengan mata disipitkan seperti seorang yang menaruh curiga.

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 124: Kenyataan

    Hal pertama yang dilakukan Mentari saat bangun pagi ini adalah menelepon Gempita, namun ponsel sahabatnya itu sedang tidak bisa dihubungi. 'Mungkin dia masih tidur,' pikir Mentari, namun beberapa detik kemudian pikiran lain merasukinya, 'Jangan-jangan dia menghindariku?'Lelah berasumsi, tepat pukul 07.30, Mentari menelepon Argan. Sebelum terlelap semalam, pikirannya telah merancang kata-kata yang akan diucapkannya. Tapi, sepupu Gempita itu pun tidak bisa dihubungi.Mentari tidak menyerah, beberapa kali lagi dia mencoba meskipun hanya terdengar suara manis seorang wanita yang memintanya meninggalkan pesan di kotak suara. Dia ingin mendengarkan penjelasan langsung dari mulut Argan, makanya dia tidak mengirimkan pesan sama sekali. Dia juga tidak ingin memberikan waktu bagi Argan untuk memikirkan jawabannya terlebih dahulu dengan melihat pesannya beberapa waktu sebelum membalas.Siang harinya Mentari kembali menelepon Argan, namun Argan tidak menjawab dan tidak mencoba meneleponnya kemba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status