Home / Romansa / Pernikahan kontrak : Antara Cinta dan Dendam / Bab 9 Makan Siang yang Penuh Senyum Palsu

Share

Bab 9 Makan Siang yang Penuh Senyum Palsu

Author: Fazarardian
last update Last Updated: 2025-10-02 16:02:09

“Bangun, Cinderella sandal jepit. Hari ini kita gladi resik jadi pasangan konglomerat.”

Suara Raline sendiri yang bergema di kamar, mencoba menyemangati diri saat menarik selimut. Matanya langsung tertuju pada secarik kertas di meja. Catatan yang tadi malam ia temukan di bawah pintu.

Hati-hati saat makan siang. Tidak semua orang ingin kamu di sini.

Ia mengangkat kertas itu dan menatapnya sambil mendecak. “Yaelah, gue baru mau sarapan sudah disuguhi skrip sinetron. Besok-besok kirim WA aja, jangan surat misterius begini.” Ia memasukkan catatan itu ke dalam laci.

Tok! Tok! Tok!

“Raline, sudah siap?” Suara Raffa dari luar.

“Sebentar!” Raline buru-buru berdiri. Ia mengenakan dress sederhana warna krem yang dipilihkan asisten kemarin. Rambutnya ia gulung ke atas, lalu ia lepaskan lagi. “Aduh… ini rambut kayak mi instan kejatuhan hujan.” Ia akhirnya mengikat seadanya. “Udah, bodo amat. Yang penting pede.”

Ia membuka pintu. Raffa berdiri di sana, rapi dengan setelan biru tua. Tatapannya se
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pernikahan kontrak : Antara Cinta dan Dendam   Bab 27 Bayangan dari Masa Lalu

    Hujan masih deras ketika pintu gudang terbuka separuh. Raline menatap pria itu dengan napas tertahan, sedangkan Raffa nyaris tak bisa percaya dengan matanya sendiri.“Pak… Ardan?” suaranya bergetar, antara kaget dan marah.Pria itu mengangguk pelan, matanya tajam menembus gelap. “Kau ingat rupaku. Itu pertanda baik.”Raline menatap keduanya bergantian. “Kamu kenal dia, Raffa?”Raffa mengangguk perlahan. “Dia… mantan penasihat Ayahku. Dulu aku pikir dia sudah meninggal lima tahun lalu dalam kebakaran di kantor pusat.”Ardan melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. Air menetes dari ujung payungnya, suaranya lembut namun sarat tekanan.“Orang tidak selalu mati hanya karena keluarga Mahendra menginginkannya mati.”Raline menegang. “Maksud Anda?”Ardan menatapnya sejenak, lalu ke arah Raffa. “Aku datang bukan untuk bersembunyi. Aku datang karena waktunya kebenaran dibuka tapi tidak dengan cara yang kau kira.”Raffa berjongkok perlahan, menahan rasa sakit di sisi tubuhnya. “Kalau mem

  • Pernikahan kontrak : Antara Cinta dan Dendam   Bab 26 Di Antara Hujan dan Dosa

    “Raffa, cepat! Ke sini!”Raline menarik tangan Raffa menembus semak basah, napasnya memburu. Hujan belum berhenti sejak sore. Di belakang mereka, suara mesin mobil dan langkah kaki berat masih terdengar samar di antara deru angin. Raffa menahan nyeri di perutnya, darahnya mulai mengering di bawah perban yang kusam. Tapi matanya tetap menatap ke depan pada satu tujuan yang tersisa: bertahan.Beberapa menit kemudian, mereka tiba di bangunan tua di pinggir sungai bekas gudang kayu yang sudah lama ditinggalkan. Raline menendang pintunya perlahan, dan mereka masuk dalam gelap. Aroma debu, karat, dan hujan menyelimuti udara.“Duduk.” Suara Raline tegas tapi lembut. Ia menarik Raffa untuk duduk di lantai, lalu buru-buru membuka tas kecilnya. Dari dalam, ia mengeluarkan kain bersih dan sebotol air.Raffa meringis saat Raline membuka perbannya. “Jangan… aku bisa sendiri”“Diam.” Raline menatapnya tajam. “Kalau kamu mati karena sok kuat, aku sumpah aku bakal nyusul cuma buat marahin kamu.”

  • Pernikahan kontrak : Antara Cinta dan Dendam   Bab 25 Bab Dosa yang Tersisa

    “Raffa, berhenti dulu! Lukamu”Raline menarik pergelangan tangan Raffa yang terus berjalan terhuyung-huyung. Napasnya berat, darah di sisi perutnya sudah merembes lewat perban. Tapi pria itu seolah tak peduli. Ia terus melangkah melewati jalan tanah yang licin, menembus kabut senja menuju rumah kayu tua di ujung hutan.“Aku harus tahu, Raline,” katanya di antara deru napas.“Harus tahu semuanya… sebelum mereka menghancurkan bukti terakhir.”Raline mengejarnya, wajahnya tegang tapi matanya dipenuhi kecemasan.“Kamu bahkan hampir nggak bisa berdiri, Raff! Setidaknya biar aku yang”“Terlambat kalau kita berhenti sekarang!” potong Raffa keras, tapi suaranya serak, nyaris putus. Ia menatap ke depan, ke rumah yang sudah lama ditinggalkan tempat Bu Sri dulu sering pergi diam-diam.Raline tahu, tidak ada gunanya membantah. Ia menahan air mata, menggandeng lengan Raffa agar tak jatuh. Mereka berdua melangkah pelan menaiki anak tangga kayu yang rapuh, pintu depan terbuka sedikit, menimbulkan bu

  • Pernikahan kontrak : Antara Cinta dan Dendam   Bab 24 Di Antara Bayang dan Luka

    Raline hampir tidak ingat bagaimana ia bisa menyeret tubuh Raffa sejauh itu.Tangan kirinya berlumur darah, kemejanya sobek, tapi matanya tak lepas dari wajah pria yang terkulai di pelukannya.Suara tembakan masih bergema di kejauhan, bercampur dengan deru hujan yang turun tanpa ampun.Langit malam bagai menutup diri, menenggelamkan mereka dalam kegelapan dan napas yang memburu.“Raffa, tahan sebentar lagi, tolong…” bisiknya dengan suara bergetar.Tubuh Raffa dingin, napasnya berat dan terputus-putus.Peluru hanya menembus bahu, tapi darahnya terus keluar.Setiap kali Raline menekan luka itu dengan kain basah, ia merasakan perih di dada sendiri bukan karena luka, tapi karena rasa takut kehilangan.Setelah beberapa menit menembus hutan dan rawa kecil, mereka akhirnya sampai di sebuah pondok tua di pinggir danau.Bangunan kayu itu sudah lapuk, tapi masih cukup kokoh untuk menahan angin dan hujan.Raline membuka pintu dengan bahunya, menyeret Raffa masuk, lalu menutupnya rapat-rapat.Di

  • Pernikahan kontrak : Antara Cinta dan Dendam   Bab 23 Luka yang Tak Terlihat

    “Raffa!”Raline menjerit di bawah derasnya hujan, suaranya tertelan angin malam. Tapi tak ada jawaban. Hanya bau mesiu dan tanah basah.Ia berlari lagi, melewati genangan air, tubuhnya menggigil. Ponsel di genggamannya masih menampilkan pesan dari “S.M.” inisial yang cukup untuk membuat jantungnya seolah berhenti berdetak.Bu Sri.Ia tahu wanita itu punya pengaruh besar dalam keluarga Mahendra. Tapi mengapa sampai mengirim orang untuk menculiknya?Saat pikirannya berputar, cahaya redup lampu motor muncul dari arah tikungan. Raline spontan bersembunyi di balik tumpukan kayu, menahan napas. Dua pria berjaket hitam berhenti di dekat tubuh yang tergeletak.“Cepat, angkat dia!”“Masih hidup, kan?”“Masih. Tapi banyak darah. Bu Sri bilang jangan sampai dia mati sebelum bicara.”Raline menahan teriakannya. Raffa... mereka bawa Raffa!Ia menunggu sampai motor itu menjauh, lalu berlari ke arah yang berlawanan, menuju hutan kecil di belakang vila. Nafasnya tersengal, tapi tekadnya bulat ia haru

  • Pernikahan kontrak : Antara Cinta dan Dendam   Bab 22 Dalam Kepungan Malam

    “Ada yang tidak beres.”Nada suara Raffa datar, tapi matanya penuh waspada. Ia berdiri di dekat jendela, mengintip ke luar vila. Jalanan gelap. Angin berhembus pelan, tapi ada sesuatu di udara yang terasa… salah.Raline menghampiri pelan. “Raff?”“Mobil di luar itu…” Raffa menunjuk sedikit, “tidak bergerak sejak sepuluh menit lalu.”Raline menegang. “Mungkin warga?”“Tidak. Lampunya padam tapi mesinnya menyala.”Raline menelan ludah. “Jadi mereka… sudah tahu kita di sini?”Raffa menarik napas panjang, lalu berbalik menghadapnya. “Dengar, aku butuh kamu tenang. Jangan panik, jangan keluar dari rumah ini.”“Dan kamu mau ke luar?” suara Raline meninggi. “Raff, mereka bersenjata.”“Aku tidak bisa diam menunggu.”“Kamu juga bukan Superman!” Raline setengah berbisik, setengah memohon. “Kita harus cari cara lain.”Raffa menatapnya dalam. “Kamu percaya aku?”“Percaya. Tapi aku juga nggak mau kehilangan kamu.”Ucapan itu spontan, tapi jujur. Raffa sempat tertegun lalu perlahan tersenyum. “Kam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status