Share

Malam Pengepungan

Author: Diko_13
last update Last Updated: 2025-09-25 14:34:14

Udara di luar rumah panggung mendadak terasa menegang, seolah pepohonan yang bergoyang ikut menyadari bahaya yang sedang merayap mendekat. Api di perapian meredup, menyisakan kilau merah yang menari di mata Aruna. Jantungnya berdetak begitu kencang hingga ia bisa mendengarnya sendiri.

Suara peluit yang tadi terdengar masih bergema di telinganya, pendek namun cukup untuk membuat bulu kuduk berdiri. Surya merapat ke jendela, gerakannya tenang namun penuh waspada. Ia menyingkap sedikit tirai kain tipis, menatap kegelapan di luar.

“Ada bayangan bergerak di sisi barat,” ucapnya dingin. “Mereka sudah mengepung.”

Naya menggigit bibirnya. “Cepat sekali mereka menemukan kita…”

Aruna berdiri kaku di tengah ruangan. Ia bisa merasakan kakinya gemetar, tapi matanya menatap lurus pada Surya. “Apa yang harus kita lakukan?”

Surya menoleh, sorot matanya tajam seperti baja. “Bertahan… atau melarikan diri. Tapi keputusan itu ada padamu, Aruna. Kau pemilik rahasia yang mereka incar.”

---

Kata-kata itu me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pernikahan tanpa Bahagia   Malam Pengepungan

    Udara di luar rumah panggung mendadak terasa menegang, seolah pepohonan yang bergoyang ikut menyadari bahaya yang sedang merayap mendekat. Api di perapian meredup, menyisakan kilau merah yang menari di mata Aruna. Jantungnya berdetak begitu kencang hingga ia bisa mendengarnya sendiri.Suara peluit yang tadi terdengar masih bergema di telinganya, pendek namun cukup untuk membuat bulu kuduk berdiri. Surya merapat ke jendela, gerakannya tenang namun penuh waspada. Ia menyingkap sedikit tirai kain tipis, menatap kegelapan di luar.“Ada bayangan bergerak di sisi barat,” ucapnya dingin. “Mereka sudah mengepung.”Naya menggigit bibirnya. “Cepat sekali mereka menemukan kita…”Aruna berdiri kaku di tengah ruangan. Ia bisa merasakan kakinya gemetar, tapi matanya menatap lurus pada Surya. “Apa yang harus kita lakukan?”Surya menoleh, sorot matanya tajam seperti baja. “Bertahan… atau melarikan diri. Tapi keputusan itu ada padamu, Aruna. Kau pemilik rahasia yang mereka incar.”---Kata-kata itu me

  • Pernikahan tanpa Bahagia   Rahasia yang Terungkap

    Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya. Api kecil di perapian tak mampu mengusir hawa beku yang merambat ke tulang. Aruna duduk berhadapan dengan Naya di ruang tamu rumah panggung itu, sementara Surya berdiri di dekat jendela, tak melepaskan pandangannya dari kegelapan luar.Rafka masih terbaring lemah di kamar, ditemani Dokter Anwar. Suasana hening, hanya suara desir angin yang menembus celah papan kayu.Aruna menggenggam cangkir teh panas yang disodorkan Naya, namun tangannya bergetar. “Kau benar-benar Naya? Sahabatku yang dulu menghilang tanpa jejak?”Naya menunduk, matanya berkaca-kaca. “Aku tidak punya pilihan, Aruna. Saat ayahmu terbunuh, keluargaku pun ikut terhantam. Mereka memaksaku masuk ke lingkaran Xu untuk bertahan hidup. Aku harus pura-pura setia… demi mencari jalan keluar.”Aruna merasakan hatinya terbelah. Bagian dari dirinya ingin memeluk sahabat lama itu, namun bagian lain menaruh curiga.Surya menimpali dengan suara tajam. “Kalau kau benar menyusup, kenapa baru

  • Pernikahan tanpa Bahagia   Bayangan Pengkhianat

    Angin malam merambat masuk melalui celah jendela rumah panggung itu. Aruna duduk di sisi ranjang, menggenggam tangan Rafka yang masih tertidur lemah. Suara detak jam dinding berdentum pelan, seperti menghitung waktu yang kian menekan.Surya berdiri di sudut ruangan, merokok dalam diam. Wajahnya keras, matanya terus mengawasi sekeliling, seakan setiap bayangan bisa berubah menjadi ancaman.Aruna tak tahan lagi. Ia menoleh ke arah Surya, suaranya rendah tapi tajam.“Siapa sebenarnya yang mengkhianati ayahku?”Asap rokok mengepul di udara. Surya menatapnya sebentar, lalu mengalihkan pandangan. “Bukan waktunya, Aruna.”“Bukan waktunya?!” Aruna membentak, nadanya bergetar. “Selama ini aku hidup dalam kebohongan! Ayahku mati karena seseorang yang seharusnya ia percaya—dan kalian semua diam. Kau pikir aku masih bisa menunggu?”Keheningan memanjang. Hanya suara ombak yang terdengar di luar.Akhirnya Surya menghela napas berat. “Kalau aku bicara… hidupmu tidak akan pernah sama lagi.”Aruna men

  • Pernikahan tanpa Bahagia   Jejak Masa Lalu

    Perahu nelayan kecil itu menepi di sebuah teluk tersembunyi. Ombak berdebur pelan, seakan ikut menyembunyikan rahasia malam itu. Aruna bergegas melompat turun, membantu Rafka yang setengah pingsan, tubuhnya basah oleh darah dan keringat dingin.“Pegang aku, Rafka. Sedikit lagi,” ucap Aruna sambil menopang bahunya.Rafka hanya mengerang lirih, matanya redup. Napasnya tersengal, seakan setiap tarikan udara adalah perjuangan panjang.Surya turun terakhir, menatap sekeliling dengan waspada. “Ikuti aku. Tempat ini aman, setidaknya untuk sementara.”Mereka berjalan menyusuri jalan setapak berbatu. Hutan kecil mengelilingi sisi teluk, dedaunan bergemerisik diterpa angin laut. Di kejauhan, lampu redup sebuah rumah panggung kayu tampak berdiri di antara pepohonan, sederhana tapi kokoh.Aruna merasakan detak jantungnya berpacu, bukan hanya karena kekhawatiran pada Rafka, tapi juga rasa takut akan rahasia yang akan ia temui.---Pintu rumah terbuka begitu mereka tiba. Seorang pria paruh baya mun

  • Pernikahan tanpa Bahagia   Pengepungan di Dermaga

    Api dari gudang yang terbakar menjilat langit malam, memantulkan cahaya oranye ke permukaan laut yang berombak. Bau besi, garam, dan asap bercampur menjadi satu, membuat udara di pelabuhan terasa mencekik.Aruna memeluk Rafka erat-erat di balik kontainer berkarat. Bahu Rafka terus berdarah, wajahnya pucat, tapi matanya tetap menatap ke arah depan dengan keberanian yang nyaris gila.“Kau harus bertahan, Rafka. Jangan paksakan dirimu,” suara Aruna bergetar, air mata jatuh ke tangannya yang menekan luka pria itu.Rafka tersenyum samar, meski bibirnya berdarah. “Aku… sudah berjanji padamu. Aku tidak akan jatuh di sini.”Di samping mereka, Surya menodongkan pistol, mengintip celah kontainer. “Mereka mengepung kita dari dua sisi. Kalau kita tetap di sini, kita mati.”Aruna menoleh cepat. “Lalu apa yang harus kita lakukan?”Surya menarik napas dalam. “Kita harus keluar lewat jalur perahu nelayan di sisi timur. Itu satu-satunya jalan.”Aruna terdiam. Jalur timur berarti mereka harus melewati

  • Pernikahan tanpa Bahagia   Api dan Bayangan

    Hujan sudah mereda, meninggalkan aroma tanah basah yang menusuk indera. Aruna masih berdiri di tepi sungai, tubuhnya gemetar. Jantungnya berdetak kencang ketika suara ledakan kedua menggema dari arah pelabuhan. Langit malam seakan memantulkan api merah yang menyala di kejauhan.“Rafka…” bisiknya dengan suara nyaris tak terdengar.Ia ingin berlari, tapi kakinya terasa kaku. Ketakutan menahan langkahnya, sekaligus rasa bersalah yang semakin menyesakkan dada.---Di gudang pelabuhan, api mulai merambat ke tiang-tiang kayu. Asap hitam pekat membuat pandangan kabur. Rafka tersungkur, darah menetes dari pelipisnya. Anak buah Adrian mengelilinginya, siap memberi pukulan terakhir.Namun sebelum tangan mereka terayun, sebuah suara berat menggema:“Berhenti.”Semua kepala menoleh. Dari balik pintu yang hangus, Surya muncul dengan langkah mantap. Parut di wajahnya semakin jelas diterangi cahaya api. Tangannya menggenggam senjata api tua, tapi sorot matanya jauh lebih berbahaya dari pelurunya.“L

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status