Pagi itu, matahari bersinar terang di balik tirai tipis apartemen. Namun bagi Aruna, sinarnya terasa redup. Matanya sembab setelah semalaman menangis. Sapu tangan merah muda itu masih tergeletak di meja, seolah menjadi saksi bisu bahwa rumah tangganya sedang terancam. Ia menatap benda itu lama, sebelum akhirnya menggenggam erat. Aku harus tahu kebenarannya. Aku tidak bisa terus dibutakan. --- Hari itu, Rafka berangkat lebih awal dari biasanya. “Ada meeting penting,” katanya singkat, sebelum pergi terburu-buru. Aruna hanya mengangguk, menahan diri agar tidak bertanya lebih banyak. Namun ketika pintu tertutup, sebuah keberanian muncul dalam dirinya. Ia mengambil ponsel, menelusuri daftar kontak Rafka yang pernah ia lihat sekilas. Nama itu ada di sana: Melani. Dengan jantung berdegup kencang, Aruna menyimpan nomor itu. Ia tidak berniat menelepon. Tidak. Ia ingin melihat sendiri siapa wanita itu. --- Siang harinya, Aruna memberanikan diri mendatangi kantor tempat Rafka bekerja. Ged
Last Updated : 2025-09-18 Read more