Udara di dalam mobil jatuh ke dalam kesunyian yang datang tiba-tiba. Madeline tertawa pahit dalam kelelahan.“Jeremy, meskipun kau tidak percaya padaku, bagaimana dengan Grandpa? Beliau adalah pria bijaksana dengan banyak pengalaman hidup. Kalau aku adalah barang rusak, lalu mengapa beliau setuju untuk membiarkan aku menikahimu? Kenapa beliau peduli padaku dan tidak acuh pada Meredith?”Ia pikir Jeremy akan merenungkan kata-katanya, namun di saat ia selesai berbicara, pria itu tertawa.“Kau tahu pasti kenapa kau harus menikahiku dan kenapa Meredith tidak dipedulikan Grandpa.”Jelas sekali Jeremy ingin mengatakan kalau Madeline diam-diam menghasut Old Master Whitman untuk memusuhi Meredith.Akan tetapi, pria itu tidak pernah berpikir bagaimana seorang wanita seperti Meredith yang rela menjadi wanita simpanan sebelumnya pasti sudah bermasalah.“Madeline, berhenti berpura-pura. Aku akan membawamu menemui Grandpa sekarang. Aku akan membiarkan beliau melihat dirimu yang sebenarnya.”Madeline
Meredith menghentikan aksi mengenaskannya dan menatap Old Master Whitman dengan ekspresi canggung di wajahnya.Masih dengan wajah serius dan sikap mengesankan, Old Master melanjutkan. “Kau adalah seorang wanita yang ikut campur dalam pernikahan orang lain dan kau bahkan melahirkan seorang anak di luar nikah yang memalukan dengan keyakinan yang begitu berani. Tidak hanya tidak malu dengan apa yang sudah kau perbuat, namun sebaliknya, kau malah merasa bangga dengan dirimu sendiri. Keluarga Whitman tidak punya cucu menantu yang tidak punya rasa hormat dan cinta pada dirinya sendiri.”“...” Sudut-sudut bibir Meredith mengerut di saat topeng sok lembut palsunya hampir retak.Mungkin dia tidak pernah menyangka dirinya digambarkan seperti itu di hati Old Master.Tidak heran kalau Old Master tidak menyukainya.Madeline melihat Meredith mengepalkan tinjunya. Gadis itu terlihat kesulitan mempertahankan aksinya, namun, dia masih bisa untuk tidak menanggalkan wajah baik dan lembutnya.“Dad, kau ti
Semua orang di ruangan itu sama sekali tidak menyangka Old Master akan menanyakan sebuah pertanyaan seperti itu, apalagi Madeline.Detak jantung Madeline yang tadinya sudah kembali normal seketika menjadi di luar kendali. Ia tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu.Old Master Whitman melihat wajah tersipu Madeline dan beliau mengerti.Beliau tersenyum lembut dan mengangkat kepalanya untuk menatap Jeremy. Kemudian, dengan serius menatap Meredith dan ibu Jeremy yang masih diam dengan ekspresi canggung.“Tak seorang pun boleh menghancurkan pernikahan ini selama aku masih di sini!” Old Master mengumumkan dengan wajah serius.Madeline melihat ke wajah Meredith yang sangat gelap bagaikan arang dan benar-benar muram. Ia yakin gadis itu sedang menyumpahi Old Master dengan semua kata makian yang bisa dia pikirkan. “Miss Montgomery.”Old Master memanggil Meredith seperti itu karena dia sekarang adalah nyonya muda Keluarga Montgomery.Meredith memaksakan seulas senyum di wajahnya. “Ya, Old
Karena inersia, tubuh Madeline terlempar ke depan. Rasa sakit yang sangat tajam datang dari perutnya. Madeline melengkungkan tubuhnya dalam usahanya mengurangi rasa sakit, namun sebelum ia bisa melakukannya, Jeremy menarik tubuhnya dengan kerasWajah tampan pria itu tidak terpengaruh oleh kemarahannya, dan wajah itu sekarang dekat sekali dengannya.Jeremy menatap Madeline dengan pandangan dingin. “Jadi kau mengakui telah membiusku dan naik ke tempat tidurku saat itu?”Madeline menatap wajah yang telah ia cintai selama bertahun-tahun dan menyeringai.“Kalau kau pikir aku melakukan itu, maka ya, aku melakukannya, Mr. Whitman.” Ia tidak ingin memberikan banyak penjelasan yang tidak perlu.Namun, Jeremy diam sejenak dan menatap wajah menyeringai di hadapannya. Seringai yang serupa muncul di wajah pria itu, dan tangan yang tadi mencengkram kerah Madeline melonggar. Lalu, setelah beberapa saat, matanya menatap dengan penuh rasa jijik.“Murahan sekali.” Pria itu meludahkan kata-kata penghinaa
Madeline melihat sepasang sepatu kulit hitam mahal dan sepasang kaki panjang dan ramping. Ia mengangkat kepalanya, dan dalam keadaan linglungnya, samar-samar ia melihat seraut wajah yang familier sebelum akhirnya jatuh pingsan.Ketika Madeline tersadar kembali, ia menyadari kalau ia berada di rumah sakit. Di sebelahnya, Ava duduk menunggu nya.Ava melihat sahabatnya sudah terbangun namun dia belum bisa bernafas lega. “Maddie, tahukah kau bagaimana kondisi tubuhmu? Kenapa kau ada di luar di bawah hujan deras hingga membuatmu berada dalam situasi sekarang ini?”Madeline melihat Ava sudah hampir menangis. Kedua mata gadis itu memerah dan kedua sudut bibirnya mengerut.“Aku sudah bangun sekarang, bukan?” Madeline tersenyum. Namun, secara tidak sadar ia merasa kalau kondisi tubuhnya mungkin sudah memburuk. Ia tidak mau lagi memikirkan hal itu.Ia mengingat kembali bagaimana ia memakai nyawanya untuk bersumpah pada Jeremy sebelum ini. Mungkin hidupnya akan segera berakhir, jadi sumpah mati s
Ketika Madeline mengira ia tidak akan dapat menghindar, sosok tinggi dan ramping muncul di hadapannya.Kopi Meredith menciprati jas dan kemeja pria itu yang tersetrika dengan rapi.Kejadian itu berlangsung sangat cepat, membuat Madeline dan Meredith terkejut.“Miss, aku bisa menuntutmu dengan pasal penganiayaan hanya dengan aksimu menyiram kopi panas ke orang lain,” pria itu berkata. Suaranya dalam dan empuk, bagaikan anggur merah terdengar di telinga. Sikapnya tidak seperti orang sembarangan.Meredith menatap wajah pria itu sebelum akhirnya berkata dengan arogan setelah dia kembali ke alam sadarnya, “Cih! Kau mencoba menakut-nakutiku? Memang kenapa kalau aku menyerang perempuan ini? Aku memang mau menyerang pelacur ini. Kenapa kau tiba-tiba muncul?”“Miss Crawford adalah karyawan resmi perusahaanku. Sebagai atasannya, aku punya kewajiban untuk melindungi karyawanku.”Saat Madeline mendengar ini, ia lebih dari terkejut.Saat ia hendak mengatakan sesuatu, matanya bertemu dengan mata tak
APA?Madeline tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.Jeremy memanggilnya ‘istriku’ itu saja sudah merupakan sebuah fantasi, namun yang membuatnya benar-benar tercengang adalah bagaimana Jeremy memanggil atasannya.Uncle?Ia tidak mengetahui nama lengkap pria yang sudah dua kali menyelamatkannya. Ia hanya tahu kalau semua karyawan memanggilnya Mr. Whitman.Akan tetapi, saat itu Madeline tidak berpikir terlalu jauh. Lagi pula, di dunia ini banyak sekali orang dengan nama belakang sama. Maka dari itu, ia sama sekali tidak menyangka atasannya adalah paman Jeremy.Felipe Whitman perlahan keluar dari mobil, menatap Madeline dengan penuh tanda tanya. “Jadi, kau adalah istri Jeremy?”Madeline membuka mulutnya setelah beberapa saat terjebak dalam kebingungan. “Untuk sekarang.”Wajah Jeremy menjadi muram mendengar jawaban Madeline.“Untuk sekarang?” rasa ingin tahu Felipe yang terusik tergambar dari jawabannya. Pria itu menatap Jeremy dengan senyum kecil di wajahnya. “Kalau benar beg
Hari sudah sangat gelap, dan Madeline membantu Ava yang mabuk masuk ke dalam taksi.Saat mereka sampai, ia terkejut mendapati Jeremy sedang berdiri di depan.Dengan santai pria itu bersandar di mobilnya. Dia memasukkan salah satu tangannya ke saku celana sementara tangan yang lain memegang rokok. Ujung rokok itu menyala sebentar sebelum sedikit demi sedikit meredup dalam dingin malam. Dia terlihat kesepian.Jantung Madeline melewatkan satu detakan. Ia tidak tahu apakah dirinya gelisah. Ia ingin berada jauh-jauh dari pria itu, namun Jeremy sudah terlanjur melihatnya.Tatapan dinginnya mendarat di wajah Madeline. “Masuk.”Jeremy selalu memerintahnya, tidak pernah memberi Madeline kesempatan untuk memilih.Dengan tenang Madeline mengalihkan pandangannya dari pria itu. “Maafkan aku, Mr. Whitman. Sebaiknya besok saja kita bicara. Sekarang sudah terlalu malam.”Jeremy mengerutkan kening. Dia berdiri di depan Madeline dengan tatapan frustasi. “Aku menyuruhmu untuk masuk.”“Siapa itu? Kenapa b