Share

Pernikahan yang Membingungkan
Pernikahan yang Membingungkan
Penulis: January yeoja

1. Will you marry me?

Penulis: January yeoja
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-03 22:26:40

“Will you marry me?”

Ajakan pernikahan dari Alvian mampu membuat mata Chava melebar, terkejut bukan main, apalagi mengingat status hubungan Alvian dan Chava yang bukan sepasang kekasih.

Namun di malam ini, bertepatan dengan tahun yang akan berganti, dengan pemandangan City light di depan sana, Alvian mengajak Chava untuk hidup bersama sebagai pasangan suami-istri.

“Tunggu deh, Bang! Kamu pasti bercanda kan?! Masa seorang Aim tiba – tiba aja lamar aku?” Chava tertawa canggung.

”Abang, hubungan kita kan cuman adek – kakak an, kan abang sendiri yang bilang itu dari lama. Waktu aku bilang, ‘aku suka Abang’ juga, Abang tetap teguh sama pendirian Abang, bahwa Abang hanya sayang sama aku cuman sebatas adik.”

Chava lagi – lagi tertawa hingga tidak memperhatikan pria yang ada di sampingnya kini.

Memang akhir - akhir ini sifat Alvian mulai berubah menjadi lebih baik kepada Chava, Chava pikir malam ini Alvian akan mengajaknya berpacaran, sesuai dengan harapan Chava, karena tadi pagi Alvian mengajaknya untuk merayakan tahun baruan berdua, akan tetapi ini sangat jauh dari harapan Chava.

“Aku serius. Aku ajak Kamu nikah, Ca.” ujar Alvian dengan wajah yang menunjukan keseriusan dan nada bicara yang tegas.

Seketika tawa Chava berhenti, Chava membalikan badannya untuk berhadapan dengan Alvian.

Chava mengenal Alvian, biasanya jika Alvian bercanda, beberapa menit saja Alvian juga akan ikut tertawa, apalagi Alvian selalu menjahili Chava.

Tapi kali ini dari nada bicara Alvian yang tegas, mampu membuat Chava percaya bahwa Alvian benar – benar sedang berbicara serius.

“W-hat? Tapi kenapa, Bang? Kamu beneran enggak bercanda kan?” tanya Chava memastikan lagi kepada Alvian agar Chava bisa merespon dengan benar perkataan Alvian.

Chava hanya tidak mau pria yang ada di hadapannya kini, menjahili Chava seperti biasanya, apalagi yang Alvian katakan mengenai pernikahan.

“Enggak.” Jawab Alvian dengan suara yang lantang serta singkat, seperti biasanya.

Memang Alvian tidak suka banyak bicara, tetapi bukan berarti dia termasuk cowok yang dijuluki cowok sedingin es.

Angin mulai berhembus kencang, menerbangkan rambut Chava yang ia biarkan tergerai indah.

Meski Alvian menjawab dengan tegas dan jelas, disertai wajahnya yang menunjukan keseriusan, masih ada keraguan di hati Chava, itu di karenakan Alvian mengajaknya menikah namun mata Alvian masih sibuk melihat pemandangan City Light di depan sana.

“Mana ada orang yang mengajak menikah tapi malah ngomong sama pemandangan, bukan ngomong secara berhadapan? Ajak anak orang menikah itu, harus romantis, kalau seperti ini sih, kayak bercanda. Kamu kalau mau bercanda, gak usah bercanda soal pernikahan deh, Bang.” Ucap Chava secara gamblang. Bukan Chava namanya jika tidak bicara ceplas – ceplos.

Mendengar ucapan Chava, Alvian menganti posisinya dengan menghadap ke arah Chava. Kedua tangan Alvian meraih tangan Chava lalu mengenggamnya.

Kali ini Chava dan Alvian saling berhadapan. Sepasang mata Alvian kini menatap mata hitam milik Chava. Pipi Chava berubah merah muda, tatapan mata Alvian seakan menembus jantung Chava hingga jantungnya berdetak kencang seperti ingin meloncat keluar.

Tak hanya itu, hari ini Alvian memakai kemeja berwarna hitam yang lengannya di lipat hingga menampilkan tato – tato miliknya. Alvian yang memiliki paras tampan, semakin tampan bak dewa Yunani. Rasanya Chava ingin terjatuh ke dalam pelukan Alvian.

“Chava lyra pradikta, will you be my wife?” tanya Alvian pada Chava dengan nada yang sangat lembut.

Chava yakin jika ada perempuan lain disini, perempuan tersebut akan lemas tidak berdaya mendengar suara Alvian yang lembut, seperti Chava sekarang, jiwa Chava seakan terbang ikut bersama angin yang berhembus.

“Kenapa kamu mau aku jadi istri kamu, Bang?” meski kakinya selemah jelly, Chava masih sadar untuk menanyakan alasan Alvian melamarnya.

Alvian tidak berhenti memutuskan kontak matanya pada Chava, ia tetap menatap Chava dengan sendu tidak terkoceh oleh pertanyaan Chava.

Alvian melepaskan satu tangannya pada tangan Chava, kemudian ia membawa dan meletakannya pada pipi Chava. Jari jemarinya mengelus pipi Chava yang kini memerah. Alvian menghirup udara dalam – dalam dan mengeluarkannya secara perlahan sebelum menjawab pertanyaan dari Chava.

“Karena aku pengen kamu ada di masa lalu, masa sekarang dan di masa depan aku. Aku ingin yang menemani aku di masa tua aku itu adalah kamu. Aku ingin di setiap aku membuka mata, yang aku lihat pertama kali itu kamu. Aku pengen kamu selalu terlibat dan ada dalam hidup aku."

"Aku pengen yang dipanggil ibu oleh anak – anak aku nanti adalah kamu. Hanya kamu yang pantas menjadi istri aku dan pantas menjadi ibu untuk anak – anak aku kelak. Aku juga akan berusaha menjadi suami yang pantas untuk kamu dan kamu gak usah khawatir, aku juga akan menjadi ayah yang baik untuk anak – anak kita kelak."

"Aku janji, hanya akan ada satu Wanita di hidup aku sampai aku mati, dan Wanita itu adalah kamu, Ca. So please, be my wife … ”

Tetesan air mata mulai mengalir di pipi Chava, kata – kata yang baru saja Alvian katakan terdengar seperti melodi yang sangat indah di telinga Chava.

Saking indahnya mampu membuat hati Chava menghangat dan membuat matanya dibanjiri oleh air mata haru. Apalagi yang mengatakan adalah orang yang paling Chava cintai yaitu Alvian mahesa.

Mata Chava menatap Alvian penuh dengan rasa haru dan cinta. Chava benar – benar ingin menunjukan pada Alvian bahwa Chava sangat mencintai Alvian, Alvian harus tahu akan hal itu.

“Aku mau, Aku mau jadi istri kamu. Aku mau jadi orang yang menemani kamu saat di masa tua nanti. Aku juga mau saat aku membuka mata untuk pertama kali di setiap harinya itu melihat wajah kamu. Aku siap di panggil ibu oleh anak – anak kita kelak. Aku ingin jadi satu – satunya Wanita yang ada di hidup kamu sampai aku mati.” Jawab Chava dengan suara yang bergetar.

Mendengar jawaban Chava, Alvian tersenyum cerah dan matanya kini mulai di penuhi oleh air mata yang di yakini jika satu kali saja Alvian mengedipkan mata, pipinya pasti akan basah.

“Makasih, makasih banyak Ca.”

Chava merapatkan bibirnya, ia mengangguk sebagai tanda menjawab ucapan Alvian. Chava terlebih dahulu berhambur memeluk Alvian, ia sudah tidak tahan untuk merasakan kehangatan dari tubuh orang yang ia cintai selama ini.

Kemudian isakan tangis Chava semakin meraung – raung di pelukan Alvian. Chava benar – benar tidak bisa menyembunyikan kupu – kupu yang berterbangan di perutnya. Chava bahkan berpikir jika hal ini adalah mimpi, Chava tidak ingin bangun lagi.

Alvian membalas pelukan Chava, di dekapnya erat tubuh Chava, bibirnya tak henti – henti tersenyum indah dan air mata yang sedari tadi menumpuk di bola matanya, mulai berjatuhan.

Suara kembang api yang mulai terdengar riuh seakan ikut merayakan kebahagiaan Chava dan Alvian.

***

Bersambung …

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan yang Membingungkan   57. Kehidupan baru

    Alvian menghela napas panjang sambil berbaring di sofa di ruang TV, menatap langit-langit dengan pikiran yang melayang-layang. Apa sebenarnya kesalahan yang telah ia lakukan pada Chava? Seharian ini, Chava menghindarinya, tak mau bicara sedikit pun. Ia bahkan melarang Alvian masuk ke kamar, membuatnya terpaksa tidur di ruang TV.Alvian sudah mencoba berbagai cara untuk meluluhkan hati Chava. Berkali-kali ia meminta maaf, meski ia sendiri tak merasa telah melakukan kesalahan yang cukup serius untuk membuat Chava marah. Namun, tetap saja Chava tak memberi respons.“Ting!”Ponselnya tiba-tiba berbunyi, memecah keheningan. Ia meraih ponsel yang terletak di sampingnya dan membaca pesan yang baru saja masuk. Mata Alvian terbelalak. Pesan dari Chava itu langsung membuatnya bergegas.[ Cepat masuk ke kamar, kalau lima menit kamu enggak masuk, aku akan kunci lagi! ]Tanpa pikir panjang, Alvian segera melompat dari sofa dan berlari menuju kamar. Benar saja, pintu kamar yang tadinya terkunci kin

  • Pernikahan yang Membingungkan   56. Perpisahan sang mantan

    “Geli banget deh aku!” jerit Joya, begitu masuk ke dalam ruangan. Suaranya melengking, membuat Chava dan Binar langsung mengerutkan dahi. Joya baru tiba, tapi sudah menghebohkan suasana. Wajahnya menahan geli sekaligus ngeri, bahkan bahunya ikut bergidik.“Kenapa?” Binar bertanya, penasaran.Joya duduk di depan mereka, menarik napas sebelum mengeluarkan ponselnya. “Nih, lihat,” katanya sambil menunjuk layar ponselnya yang menampilkan foto Gavin, mantan pacar Chava, bersama seorang pria.Sekilas, foto itu terlihat biasa saja, hanya dua orang yang duduk bersama. Namun, ketika Chava dan Binar melihat caption foto itu, mereka langsung mengerti mengapa Joya sampai merinding. Tertulis dengan jelas: "My beloved, Gavin."Joya menarik kembali ponselnya, lalu menggeleng pelan sambil menghela napas. “Si Gavin, setelah putus dari kamu, jadi aneh banget kelakuannya. Masa pacaran sama sejenisnya, sih?”Faktanya, Chava memang sudah tahu soal ini sejak lama, bahkan kabar ini sempat membantunya untuk

  • Pernikahan yang Membingungkan   55. Perasaan yang masih sama

    Gavin melangkah keluar dari ruangan Alvian, berusaha tetap tenang meski hatinya bergolak. Situasi semakin tidak nyaman, dan yang lebih menghantam perasaannya adalah pengakuan mantan kekasihnya, Chava, bahwa ia telah menikah dengan Alvian. Meskipun Gavin sudah tahu hal ini lewat unggahan media sosial teman Chava, mendengarnya langsung dari mulut Chava menimbulkan rasa sakit yang mendalam.Sejenak, Gavin menyesali keputusannya di masa lalu. Seandainya saja ia bisa memperlakukan Chava dengan lebih baik, mungkin cincin yang melingkar di jari manis Chava adalah cincin dari dirinya, bukan dari Alvian. Ia tak menyangka akan bertemu kembali dengan Chava dalam kondisi seperti ini.Saat Gavin mengetahui kerja sama yang datang dari perusahaan milik Alvian, Gavin langsung menyetujuinya. Gavin bahkan berani menunjukan wajahnya pada Alvian, padahal orang – orang yang pernah bekerja sama dengan dia tidak pernah ada yang tahu wajah Gavin. Gavin juga sengaja menyamarkan namanya.Hal tersebut dia lakuk

  • Pernikahan yang Membingungkan   54. Bertemu mantan kembali

    Hari ini hari pertama Alvian bekerja sama dengan Gavin, mereka akan bertemu. Pertemuan ini adalah awal dari rencana pembangunan kantor baru Alvian, namun rasa gelisah menguasai hatinya. Alvian merasa enggan, bahkan sedikit malas, untuk bertatap muka apalagi berbicara dengan Gavin.Namun, demi Chava, Alvian tahu ia harus melakukannya. Ia bertekad menyingkirkan perasaannya demi keprofesionalan dia.Saat pintu ruangannya terbuka, Alvian melihat Mario masuk lebih dulu, diikuti oleh Gavin di belakangnya. "Pak Alvian, ini Pak Gavin," kata Mario, mencoba mencairkan suasana dengan sapaan formal yang terdengar datar.Alvian bangkit dari kursinya, mengulurkan tangan dengan sikap profesional meskipun hatinya terasa berat. Ia sadar, bagaimanapun, Gavin adalah tamunya, dan sebagai tuan rumah, ia harus menunjukkan sikap yang baik. Dalam hatinya, ada perasaan campur aduk—rasa tidak nyaman yang tak bisa ia abaikan.Gavin menyambut uluran tangan Alvian dengan senyuman lebar, membuat suasana seakan-ak

  • Pernikahan yang Membingungkan   53. Kepercayaan

    Sepulang dari kantor, Alvian sama sekali tidak membuka mulut, suaranya pun tidak Chava dengar. Wajah Alvian memang terlihat sudah biasa saja, tidak menunjukan ekspresi marah seperti saat di Kantor tadi. Maka dari itu Chava simpulkan, suaminya masih kesal padanya.Chava melingkarkan kedua tangannya dari arah belakang pada dada Alvian yang sedang menyesap rokok elektronik di Rooftop rumahnya. Dia juga menempelkan kepalanya pada punggung Alvian. Alvian yang tiba – tiba saja dipeluk, membuat Alvian terkejut, namun tidak membuat dia berbalik untuk melihat Chava.“Masuk, Ca. Aku lagi ngerokok.” Akhirnya Alvian mengeluarkan suara hanya untuk memperingatkan Chava.Alvian jika ingin merokok, dia akan merokok di Rooftop ataupun ditempat lain yang tidak ada Chava. Karena Alvian tidak ingin membuat Chava terbatuk – batuk menghirup asap rokok.“Enggak mau,” tolak Chava, dia memang sengaja menyusul Alvian ke Rooftop untuk membujuk Alvian. Dia bahkan menahan agar dia tidak batuk saat asap rokok itu

  • Pernikahan yang Membingungkan   52. Hal tak terduga

    Alvian sudah menjalankan rutinitas harian seperti biasanya, setelah mengetahui kondisi Chava mulai membaik. Bahkan istrinya itu sudah pulang ke rumah dua hari lalu. Hanya saja Dokter memberikan pesan pada Alvian, agar tetap mengawasi Chava.Tadinya Alvian menolak untuk pergi bekerja, dia berencana akan mengambil cuti kembali karena kondisi Chava. Namun Chava menolak, dia menyuruh Alvian untuk pergi bekerja, karena Chava tahu Alvian sudah banyak sekali tidak hadir. Meski perusahaan itu milik Alvian, tapi Chava ingin Alvian pula menepati peraturan yang dia buat.“Bos, apa kamu tahu siapa arsitek yang akan mendesain pembangunan kantor baru, kamu?” Tanya Mario yang kini sedang duduk diseberang Alvian.“Tidak, saya hanya tahu bahwa nama dia Alend.” Ucap Alvian yang tidak mengalihkan perhatian matanya saat Mario bertanya.Memang Alvian berencana untuk membangun kantor baru yang lebih luas dari kantornya sekarang. Alvian akan lebih banyak merekrut karyawan, apalagi penjualan dari usaha pakai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status