Home / Romansa / Pernikahanku Dengan CEO tampan. / Bab 7 : Menemukan Rumah Baru

Share

Bab 7 : Menemukan Rumah Baru

last update Last Updated: 2024-06-21 15:22:34

“Celia, jangan menganggapku seperti orang asing. Tentu saja kamu boleh tinggal disini.”

Celia mencoba tersenyum, meskipun hatinya merasa tidak bersemangat. "Terima kasih, Kak. Maaf sudah merepotkan."

"Tidak merepotkan sama sekali. Masuklah, buat dirimu nyaman," jawab Erika sambil membuka pintu lebih lebar, mengisyaratkan Celia untuk masuk.

Saat mereka melangkah masuk, Celia merasakan suasana hangat yang mengisi rumah itu. Dinding-dindingnya dihiasi dengan foto-foto keluarga dan karya seni sederhana. Aroma kue yang baru dipanggang menguar dari dapur.

Erika melihat Celia dengan penuh perhatian. "Kamu pasti lelah setelah perjalanan panjang. Duduklah, aku akan membuatkan teh untukmu."

Erika kembali dengan nampan berisi tiga cangkir teh dan sepiring kue. "Kebetulan aku baru saja membuat kue, ayo dicoba dulu, dan secangkir teh hangat ini akan membantumu merasa lebih baik."

Celia mengambil cangkir teh dan menghirup aroma jasmine yang membuat rileks. "Terima kasih, Kak. Teh ini sangat enak."

Erika duduk di seberang Celia, setelah menyesap teh dia bertanya, "Celia, lalu bagaimana dengan pekerjaanmu?"

"Tidak tahu, aku belum memutuskan, tapi mungkin aku akan mengundurkan diri. Tidak mungkin aku bekerja di sana, karena ada Eliza."

"Aku tidak menyangka jika Arnold akan bertindak sejauh itu."

"Jangan khawatir tentang apapun. Kami akan selalu ada untuk membantumu." Ucap Eric dengan bijaksana.

Kemudian mereka mulai berbicara tentang hal-hal ringan, mencoba membuat Celia merasa lebih nyaman dan rileks. Celia menceritakan sedikit tentang kehidupannya di kota, tentang pekerjaannya, dan tentang bagaimana dia merasa kehilangan arah setelah semua hal yang terjadi.

Erika mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan nasihat dan dukungan. "Celia, kamu punya semangat dan kekuatan yang luar biasa. Kamu sudah melalui banyak hal, dan kamu masih bisa berdiri tegak. Ashford mungkin bisa menjadi tempat yang kamu butuhkan untuk menenangkan diri dan menemukan kembali dirimu sendiri."

Celia mengangguk, merasakan sedikit harapan. "Aku harap begitu, Kak. Aku hanya ingin menemukan kedamaian dan memulai lagi semua dari awal."

Eric menepuk bahu Celia. "Dan kami adalah keluargamu sekarang. Kamu harus ingat kalau kamu tidak sendirian."

Hari itu, Celia merasa jauh lebih baik. Meskipun masih ada banyak hal yang harus dihadapi, dia merasa diberkati dengan kehadiran teman-teman yang peduli. Di rumah kecil di Ashford ini, dia berharap bisa menemukan kedamaian yang dia cari dan membangun kehidupan baru yang penuh harapan.

Setelah bicara banyak hal dengan kedua bersaudara itu, tidak terasa waktu sudah menjelang siang. Celia sudah tidak merasa canggung lagi, benar-benar seperti berada di tengah kehangatan keluarga.

Erika mengantar Celia ke kamar tidur yang sudah dirapikan di lantai dua. Kamar itu terlihat nyaman, ada tempat tidur, lemari, kursi dan meja, juga kamar mandi. Jendela yang terbuka dengan pemandangan hijau pedesaan. 

Sinar matahari yang cerah dan hangat, angin dingin tanpa polusi khas daerah pegunungan bertiup pelan masuk memenuhi ruangan, sprei terlihat rapi dan bersih, harum dari pengharum pakaian membuat Celia tidak sabar untuk segera membaringkan tubuh diatasnya.

“Mulai sekarang ini adalah kamarmu, semoga kau kerasan tinggal disini.” 

Celia tersenyum.

Setelah menaruh tasnya di kamar, Celia membantu Erika membuat makan siang. 

Sementara itu di kediaman Arnold, ayah Eliza.

Arnold sedang duduk di ruang kerjanya, mengamati laporan keuangan keluarga dengan tatapan serius dan tajam. Suasana berubah drastis ketika salah satu anak buahnya masuk dengan tergesa-gesa, dia tampak sangat cemas.

"Tuan Arnold," kata anak buahnya dengan suara gemetar. "Kami... kami punya masalah besar."

Arnold mendongak dengan alis terangkat. "Apa maksudmu? Masalah besar apa? Cepat katakan!"

"Celia, gadis itu dia berhasil melarikan diri," jawab anak buahnya, suaranya hampir tersendat. "Kami tidak tahu bagaimana dia bisa lolos, tapi dia tidak ada di kamarnya dan tas yang selalu dia bawa juga tidak ada."

Mata Arnold membelalak marah. "Apa? Dasar bodoh! Apa saja yang kalian lakukan? Menjaga seorang gadis saja tidak becus!" Dia berdiri dengan cepat, hampir menjatuhkan kursinya. "Kalian semua tidak berguna!"

Arnold diikuti Eliza bergegas naik ke dalam mobilnya dan segera menuju rumah Celia.

Suasana di rumah itu langsung berubah kacau balau. Anak buah Arnold berlarian kesana kemari, mencoba menemukan petunjuk tentang kepergian Celia. Arnold, yang biasanya tampak tenang dan dingin, sekarang tampak sangat marah dan gelisah.

Jika Celia hilang, dia akan kehilangan aset berharga yang di tinggalkan mendiang ibu Celia.

Eliza terdiam dan tubuhnya menggigil. Dia marah sekaligus takut. Dia mempunyai tugas yang diberikan oleh Bosnya, Jackson, untuk ‘menyerahkan’ Celia kepada Tuan Simon. Sebagai teman tidurnya. Tapi sekarang Celia hilang seperti di telan bumi, lalu apa yang harus dia katakan pada Tuan Simon nanti malam?

Eliza panik dan dia tanpa ragu melampiaskannya pada ayahnya. “Ini semua salah ayah! Jika ayah tidak terburu-buru mengatakan semuanya pada anak haram itu, dia tidak akan ketakutan dan melarikan diri!”

Arnold menatap putrinya dengan mata menyala-nyala. "Celia melarikan diri! Semua ini adalah akibat kelalaian mereka, kenapa kau menyalahkan ayah? Katanya sambil menunjuk ke arah anak buahnya yang tampak ketakutan.

"Rumah ini penuh dengan pria berbadan besar, tapi hanya menjaga seorang gadis lemah saja tapi mereka tidak mampu? Memalukan," kata Eliza menyindir.

Arnold mendengus. "Ternyata kita terlalu meremehkan anak itu. Celia, aku pasti akan menemukanmu. Aku tidak akan membiarkan kau lolos begitu saja."

Di lantai bawah, salah satu anak buah yang lebih muda tampak bingung dan ketakutan. Dia mendekati rekan yang lebih senior dan bertanya, "Apa yang harus kita lakukan? Tuan Arnold tampak sangat marah."

Rekan seniornya menggelengkan kepala. "Kita harus menemukan gadis itu secepat mungkin. Jika tidak, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan Tuan Arnold lakukan pada kita."

Sementara itu, Arnold dengan cepat merencanakan langkah pengejaran. Dia berkata dengan nada memerintah, "Kumpulkan semua orang! Kita akan menyebar dan mencari gadis itu di seluruh kota. Jangan biarkan dia keluar dari wilayah Summer Field!"

"Baik Tuan!"

Eliza mendekat. "Ayah. Celia tidak punya banyak tempat untuk sembunyi, aku tahu semua teman-temannya. Dia tidak akan bisa pergi jauh."

Arnold mengangguk, mencoba menenangkan diri. "Kau benar, sayang. Saat anak sial itu berhasil tertangkap, ayah tidak akan membiarkan kesalahan ini terjadi lagi." Arnold menunjuk seorang pria bertubuh besar, "Hei kau, pastikan semua orang tahu apa yang harus mereka lakukan. Kalian harus bisa menemukan Celia."

Eliza tersenyum penuh keyakinan. "Tentu, Ayah. Kita pasti akan membawa dia kembali ke sini."

Ponsel Eliza berdering, terlihat nama Jackson di layar, namun karena takut, dia memutuskan untuk tidak menjawabnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahanku Dengan CEO tampan.   Bab 135 : Peristirahatan Terakhir Gelang Safir Biru, Di Dasar Laut

    Jantung Celia berdegup semakin kencang, perasaannya tidak menentu.Mereka sampai di sudut jalan yang lebih sepi, tapi pria itu sudah tidak terlihat lagi. Celia berhenti dan menatap sekeliling dengan nafas yang tidak beraturan. "Dia... dia ada di sini tadi," ucapnya.Luxian mendekat, meletakkan tangan lembut di bahu Celia. "Celia, mungkin ini hanya perasaanmu. Kau mungkin melihat seseorang yang mirip, tapi Sergio... dia sudah tidak ada." Suaranya lembut, mencoba menenangkan.“Kau benar, itu mungkin hanya imajinasiku saja, Luxian maaf,” jawab Celia.***Celia melihat berita mengejutkan di ponselnya. Sebuah laporan menayangkan rekaman yang diambil oleh warga di jalan.Di layar, terlihat seorang wanita dengan pakaian lusuh dan rambut acak-acakan, tampak berusaha dipegang oleh beberapa petugas medis dan polisi. Wajah wanita itu tampak penuh dengan kebingungan dan ketakutan, sementara di pelukannya, dia memeluk bantal kecil. Wanita itu berteriak dan meronta, menolak dimasukkan ke dalam mob

  • Pernikahanku Dengan CEO tampan.   Bab 134 : Pernikahan & Bulan Madu Kedua

    Setelah berhari-hari menunggu dengan penuh harapan, keluarga Lannister akhirnya harus menerima kenyataan yang pahit. Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa tidak ada korban selamat dari kecelakaan pesawat yang menewaskan banyak penumpang. Jenazah sebagian besar penumpang tidak ditemukan karena pesawat jatuh di laut lepas, membuat pencarian semakin sulit dan perlahan dihentikan. Keluarga Lannister, yang awalnya begitu berharap akan keajaiban, kini tak punya pilihan selain menyerah.Di tengah duka yang mendalam, orang tua Sergio, duduk bersama Celia di rumah mereka. Mereka tahu bahwa hidup harus terus berjalan. Dalam percakapan yang penuh dengan emosi, mereka akhirnya memutuskan untuk memberikan Celia kebebasan."Celia, sayang," ujar Mrs. Lannister dengan suara lembut. "Kami tahu ini tidak mudah, dan Sergio akan selalu ada di hati kita semua. Tapi... kamu masih muda, dan kami ingin kamu bahagia. Kamu bebas untuk menikah lagi, jika kamu menemukan seseorang yang membuatmu bahagia."Celia me

  • Pernikahanku Dengan CEO tampan.   Bab 133 : "Papa!" Seru Axel.

    Dan kemudian, tanpa peringatan, Celia mulai menangis terisak. Tangisnya begitu dalam dan penuh dengan kesedihan yang dia tahan selama bertahun-tahun. Bahunya bergetar, nafasnya tersengal-sengal, dan dia merasa seluruh dunia runtuh di sekitarnya. Tanpa berpikir panjang, Celia meraih tubuh Luxian, memeluknya erat seolah-olah dia takut kehilangan lagi. Tangannya yang gemetar melingkari pinggang Luxian, memegang erat seolah-olah dia menemukan satu-satunya pijakan di tengah badai yang menerjang hidupnya."Aku nggak tahu harus bertanya kemana lagi tentang Abigail dan semua yang terjadi." Celia terisak di dadanya, suaranya hampir tak terdengar. "Aku nggak tahu apa yang terjadi padamu. Kau menghilang. Dan sekarang aku pikir kamu sudah pergi selamanya."Luxian, yang merasakan tubuh Celia gemetar dalam pelukannya, dengan lembut membalas pelukan itu. Tangannya yang kuat namun lembut melingkari bahu Celia, menariknya lebih dekat. Dia membelai rambut Celia dengan lembut, memberikan rasa tenang d

  • Pernikahanku Dengan CEO tampan.   Bab 132 : Permainan Takdir

    Luxius menceritakan apa yang terjadi dan Luxian sangat terkejut. Karena saat kejadian dan berita kecelakaan di umumkan, dia sudah berada di dalam pesawat.“Sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Luxius.Hari itu, Luxian sedang bersiap-siap untuk kembali pulang setelah menjalani perawatan panjang di luar negeri. Kesehatannya berangsur membaik, dan akhirnya dia merasa cukup kuat untuk kembali ke keluarganya di Summerfield. Semua barangnya sudah dikemas, dan tiket penerbangan di tangannya menunjukkan bahwa dia akan pulang pada malam hari itu. Ada perasaan lega yang perlahan mengisi dadanya, karena setelah berbulan-bulan jauh dari rumah, dia akhirnya bisa bertemu dengan orang-orang yang dia cintai. Tapi di tengah persiapannya, sebuah peristiwa kecil mengubah segalanya.Di rumah sakit tempat dia terakhir kali melakukan pemeriksaan, Luxian bertemu dengan seorang pria yang tampak sangat panik. Pria itu duduk di bangku ruang tunggu, tampak gelisah dengan ponsel di tangannya, mengusap wajahnya b

  • Pernikahanku Dengan CEO tampan.   Bab 131 : Celia Berteriak Memanggil Luxian

    Di ruang tunggu bandara yang penuh dengan keheningan dan kesedihan, Celia hampir tenggelam dalam kelelahan. Tubuhnya terasa begitu berat setelah berjam-jam menunggu kabar yang belum pasti. Matanya yang sembab oleh air mata hampir tertutup, dan dia mulai terjebak di antara keadaan sadar dan tidak. Kepalanya yang bersandar di pundak ibunya perlahan mulai terjatuh, seolah-olah rasa kantuk dan kelelahan telah menguasai dirinya.Namun, di tengah kondisi antara tidur dan terjaga itu, matanya yang setengah terbuka tiba-tiba menangkap sesuatu yang tak terduga. Di pintu kedatangan yang berada agak jauh dari tempat dia duduk, dia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Pria itu berjalan dengan tenang, mengenakan pakaian kasual, rambutnya yang hitam agak kusut. Di sebelahnya, ada Bryan, yang juga terlihat familiar untuk Celia.“Luxian...?” Bisik Celia pelan, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Matanya tiba-tiba melebar, dan kesadarannya mulai kembali. Dia mengerjapkan mata beberapa k

  • Pernikahanku Dengan CEO tampan.   Bab 130 : Berita Kecelakaan Pesawat

    "Celia, semuanya sudah siap. Kita akan merayakan kepulangan Sergio dengan penuh suka cita," kata Eleanor, sambil tersenyum hangat di ruang tamu kediaman Montague. Meja makan sudah dihiasi dengan bunga-bunga segar dan hidangan terbaik, sementara semua orang bersemangat menunggu kedatangan Sergio.Di tempat lain, suasana serupa juga menyelimuti kediaman Davies. Mereka menerima kabar dari Luxian bahwa dia juga sedang dalam perjalanan pulang setelah menjalani perawatan di luar negeri selama berbulan-bulan. Keluarga Davies yang telah lama menanti kabar baik ini merasa lega. "Akhirnya, Luxian pulang. Aku tak sabar melihatnya," ujar Paula dengan mata berbinar. Di rumah itu, suasana dipenuhi harapan, dan Luxius tampak tersenyum lega mendengar kabar baik dari kakaknya. Setelah semua drama dan ketegangan, keluarga Davies merasa hari itu akan menjadi awal yang baru bagi mereka.Namun, ketika waktu mendekati siang, suasana yang penuh kebahagiaan itu berubah dalam sekejap.Tiba-tiba, televisi m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status