Hari ini sepulang kerja, Rai menjemput ku untuk mau pergi ke kantornya dan melihat cctv di kantor masalah itu. Aku juga penasaran, apa yang sebenarnya terjadi?
Saat aku sudah ada di kantor, tidak lama kemudian datang Kania dan Brian. Kania berlari ke arahku dan menunjukkan bukti yang membuatku dan Rai terkejut.
"Rin.. Aku ada info tentang siapa yang sudah menjebak Rai kemarin." ucap Kania sambil terengah-engah mengatur nafasnya.
"Kau tahu Kania?" Tanyaku.
"Ya, tadi Brian memberitahuku tentang masalahmu dan sekarang aku punya buktinya bahwa Rai tidak bersalah." Ucap Kania sambil melirik ke arah Rai.
Kania menyerahkan ponselnya kepadaku, dan ku lihat di video itu Kimi dan Vita sedang membicarakan masalah video.
Flashback Kania.
Saat aku pergi dari apartemen Kak Kimi, aku terus saja kepikiran masalah video apa yang mereka bicarakan. Jadilah aku kembali ke apartemennya dan menguping di balik pintu.
Aku mendengar kalau Vita sudah be
Rio terlukaPOV RaiSetelah aku mengantar Rin pulang, aku segera pulang ke rumah untuk memberitahu masalah ini kepada Kak Rio. Aku benar-benar sangat geram dengan kelakuan Kimi kali ini.Dia sudah mengibarkan bendera perang denganku. Lihat saja, aku akan menemukan bukti bahwa dia telah menyelingkuhi Kak Rio.Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan bagaimana caranya untuk membalaskan dendam kepada Kimi.Aku harus bagaimana agar dia sadar dan tidak berbuat jahat lagi?Sampai di depan rumah, aku segera memarkirkan mobil dan langsung menuju kamar Kak Rio. Tapi ketika aku buka pintu, Kak Rio tidak ada di sana.Kemana dia?Aku mencoba menghubungi ponselnya tapi tidak aktif. Aku semakin bingung Kak Rio tidak datang ke kantor tapi tidak ada juga di rumah.Aku pun bertanya kepada pelayan di rumahnya, "Bi, kemana Kak Rio pergi?""Tadi tuan muda Rio pergi bersama nona Kimi, tuan Rai." Jawab bibi pelayan."Sejak kapan
"Aku minta kita sudahi semua ini, aku sudah tidak mencintaimu lagi Rin." Rin terpaku mendengar kata itu dari mulut Rai. Seketika senyum yang mengembang hilang berganti raut kecewa dan sedih di wajahnya. Hatinya menjadi beku, dingin, sedingin udara di kutub selatan. Aliran darahnya mendadak terhenti, hatinya perih bak luka yang di siram air garam. Rintik salju menjadi saksi mereka mengakhiri hubungan yang sudah 4 tahun mereka jalani. "Apa salahku Rai? Kamu minta kita sudahi ini? Apa kamu sudah lupa janji yang selalu kamu ucapkan padaku?" Rin menjawab dengan deraian air mata di pipinya. Betapa hancur hatinya saat ini. Pria yang benar-benar dia cintai harus pergi meninggalkan dirinya seperti ini. "Suatu saat kamu akan mengerti, aku tidak bisa lagi bersamamu. Maafkan aku, maaf karena telah menyakiti hatimu, maaf karena aku telah mengingkari janjiku, dan maaf untuk semua cinta yang sudah kamu berikan untukku, aku harus pergi." Mata Rai berkaca-kaca saat meng
4 Tahun yang lalu.. Pagi itu di bulan Desember yang dingin seorang gadis cantik sedang berdiri di halte menunggu bus yang lewat. Dia seperti kedinginan, badannya gemetaran dan pandangan nya terus melihat ke depan. Pria yang memperhatikannya dari tadi merasa kasihan melihat gadis itu sendirian di halte. Kemudian dia menghentikan mobilnya tepat di depan gadis itu. Saat dia hendak keluar, gadis itu pingsan. Sontak dia panik dan membawanya ke dalam mobil. Dia membawa gadis itu ke rumahnya. Di sana dia tinggal bersama kakak laki-laki satu-satunya. Orang tua mereka sudah meninggal dan mewariskan semua harta kekayaannya kepada mereka berdua. Gadis itu di urus oleh pelayan wanita yang bekerja di rumah itu. Mereka memperlakukannya dengan sangat hati-hati. Selesai mengganti baju gadis itu dan menghangatkan tubuhnya, gadis ini siuman. "Dimana aku? Hah, ini baju siapa yang aku pakai, dimana bajuku?" Matanya menyisir seluruh ruangan tapi tidak ada siapapun yang bi
Pagi ini seperti biasa Rin sudah berdiri di depan halte bus yang akan dia tumpangi untuk sampai ke kampus. Lama dia menunggu dan terus melirik jam tangannya persatu detik sekali. Dia sudah kesal karena terlalu lama berdiri. Dia pun duduk di bangku halte yang tersedia dan menyandarkan kepalanya ke tiang penyangga halte sambil melamun. Tin.. Tin.. Suara klakson mobil membuyarkan lamunan nya. Dia tercekat melihat mobil di depannya dengan suara klakson yang mengejutkan. "Rin, ayo masuk, aku antar ke kampus kita satu arah." "Tidak usah aku naik bus aja." Rai pun keluar dari mobil dan menarik Rin agar mau naik ke mobilnya. Karena hari semakin siang terpaksa Rin ikut dengannya. Di dalam mobil Rai meminta nomor ponsel Rin. "Apa aku boleh meminta nomor ponselmu Rin?" "Oh, maaf Rai tapi aku tidak punya ponsel." "Apa? Kamu tidak punya ponsel?" Rai terkejut dengan pengakuan Rin. Bagaimana mungkin zaman sekarang tidak
Rin berlari meninggalkan Rai sendiri di sana. Dia tidak menyangka pria yang baru saja dia kenal berani sekali mencium bibirnya. Apa harga dirinya serendah itu hanya untuk memiliki sebuah ponsel? Rin berlari ke area taman yang lumayan dekat dengan toko ponsel tadi. Dia duduk di sana sendiri dan menundukkan kepalanya di atas lutut sambil menangisi nasibnya yang malang ini. Kenapa semua orang selalu merendahkannya? Apa aku memang terlihat seperti tidak punya harga diri? Begitu pikirnya. Walaupun hanya bibir tapi bukan tidak mungkin Rai akan meminta kehormatannya jika dia terus menerima bantuannya itu. Bukankah selalu ada timbal balik di setiap kebaikan yang tersembunyi? Apa dia ikhlas membelikan aku ponsel itu? Atau hanya ingin menukarnya dengan tubuhku? Rin terus berkicau di dalam hatinya. Kalau begitu mungkin lebih baik aku menjaga jarak dengannya. 'Aku takut kalau nanti pada akhirnya aku dan Rai khilaf dan dia meninggalkan aku. Aku tidak ingin i
Malam ini Rai tidak bisa memejamkan matanya. Dia terus kepikiran Rin yang sedang marah kepadanya. Hatinya resah melihat bagaimana tatapan Rin yang kecewa kepadanya. Ingin sekali malam ini cepat berganti, agar esok dia bisa melihat Rin lagi. Di tempat lain Ken juga tidak bisa tidur membayangkan saat dia di peluk langsung oleh Rin. Bibirnya tidak berhenti menebarkan senyuman, matanya berbinar-binar bahagia. Baru kali ini dia merasa sangat bahagia sampai-sampai ayah dan ibunya terheran-heran melihat sikap Ken yang tiba-tiba menjadi hangat saat pulang tadi. Sedangkan Rin, dia tidak bisa memejamkan mata memikirkan Rai dan Ken. Rai dengan sikap lembutnya tapi kurang ajar, sedangkan Ken dengan sikap dinginnya yang selalu melindungi Rin dari siapa pun. Jujur Rin lebih nyaman berada di samping Ken, walaupun dingin tapi dia tidak kurang ajar. Tapi sepertinya Ken tidak mempunyai perasaan kepadanya. Berbeda dengan Rai yang secara terang-terangan menyukainya. Rin
Saat mereka sedang curhat sesama perempuan, Ken datang ke kamar Kania mengejutkan mereka. "Heii.. kalian sedang apa?" Ucap Ken yang membuat mereka berdua terkejut. "Ken.... Bisa tidak kamu ketuk pintu dulu saat masuk kamarku?" Bentak Kania. "Maaf Kania, aku lupa." Jawab Ken sambil tersenyum manis, membuat Rin merasakan getaran berbeda di hatinya. 'Uhh, kenapa aku jadi berdebar-debar gini melihat senyum manis Ken?' batin Rin. Rin hanya menundukkan kepalanya, dia tidak menatap Ken lebih lama lagi karena saat ini hatinya sedang tidak karuan. "Rin, kita ke taman yuk.." Ajak Ken. "Aku ikut,, kalian jangan berduaan.. Nanti yang ketiganya SETAN." Ucap Kania sambil melihat ke arah Ken. "Ya kamu setan nya Kania." Ledek Ken. "Sialan kamu Ken!!" Kania memukul lengan Ken. "Ya sudah kita ke taman bersama-sama." Ucap Rin melerai mereka berdua. Mereka pun pergi ke taman dan mengobrol di sana. Kania memperhatika
Entah mengapa malam itu hati Rai sangat gelisah. Rai sudah tak tahan lagi ingin menyatakan cintanya kepada Rin. Tapi dia bingung bagaimana caranya meyakinkan Rin yang sudah terlanjur kecewa kepadanya. Lagi pula Rai tidak bisa menghubunginya karena ponselnya saja belum di berikan. Malam itu juga Rai pergi ke rumah Rin. Rai pergi dengan tergesa-gesa, dia bahkan tidak melihat jika di rumahnya ada Kania yang menunggunya untuk mengajak Rai berkencan. Ya walaupun Kania sudah di tolak mentah-mentah tapi dia tidak menyerah. "Rai.. Kamu mau kemana? Aku mau mengajakmu jalan." Ucap Kania. "Maaf Kania, aku ada urusan penting. Aku harus segera pergi." Jawab Rai dengan tergesa-gesa. "Aku mau ikut boleh?" Tanya Kania. "Jangan, kamu pulang saja. Aku antar ya." Rai sangat terganggu dengan kehadiran Kania. "Baiklah kalau begitu." Rai mengantar Kania pulang ke apartemen Kimi karena Rai hanya tau Kania tinggal di apartemen bersama