Share

Musibah

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-01 09:29:37

Senin pagi yang basah. Kayla masih meringkuk di tempat tidur. Derasnya hujan semalam menyisakan hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang, membuatnya malas untuk bergerak. Biasanya pada jam segini, dia tengah bergelut dengan kemacetan di perjalanan menuju kantor.

Sudah seminggu dia resmi menjadi pengangguran. Belum ada rencana apa pun, selain mencoba mengirim lamaran ke sana kemari. Sempat terpikir untuk membuka usaha, namun uang tabungannya belum mencukupi untuk dijadikan modal. Waktu masih bekerja dulu, dia sangat disiplin menyisihkan sepertiga dari penghasilannya untuk disimpan.

"Kayla, kamu sudah bangun, nak?" Suara Ayah di depan pintu diiringi dengan ketukan.

Kayla menggeliat, lalu bangkit dari pembaringan dan menyeret langkah malas.

"Sudah, Yah," jawabnya setelah membuka pintu.

"Ayo sarapan, Ayah sudah siapkan."

"Ayah duluan aja, nanti aku menyusul. Aku mau mandi dulu."

"Apa rencanamu hari ini?"

"Belum tahu, Yah, mungkin ke perpustakaan kota, tapi entahlah," ujar Kayla tidak yakin.

"Kalau kamu mau ikut Ayah, nanti sore ada acara syukuran rumah baru di rumah teman Ayah."

"Di rumah Pak Hadi lagi?" tanya Kayla tidak tertarik.

"Bukan, tapi di rumah Pak Heru, mantan anggota DPRD. Sekarang dia sudah pensiun dari dunia politik," jelas Ayah.

"Ooo.. mantan pejabat. Dia punya anak laki-laki juga, Yah?" Kayla mengangkat alisnya menggoda Ayah.

"Ah, kamu ini, masih saja bercanda." Ayah tertawa terkekeh meninggalkan Kayla.

Kayla kembali menghambur ke tempat tidur. Diraihnya handphone yang bersembunyi di bawah bantal. Dia mulai berselancar di dunia maya. Jari jemarinya menari diatas layar sentuh. Gadis manis itu mengetik nama "Danish Raditya" di menu pencarian media sosialnya. Tapi nihil, akun Radit tidak ditemukan.

Kayla segera beralih ke aplikasi perpesanan instan, lalu mencari nama Radit di daftar kontak, memulai percakapan. Beberapa menit menunggu hanya sebuah tanda ceklis yang muncul, menandakan pesan sedang dikirim namun tak kunjung sampai pada penerima. Sekali lagi Kayla harus menelan rasa kecewa. Radit telah menutup pintu komunikasi rapat-rapat.

Kenapa Radit susah sekali untuk dihubungi? Apakah lelaki itu benar-benar telah melupakannya? Kayla mengutuk dirinya sendiri, yang mencintai Radit secara berlebihan.

"Nad, aku kangen Radit," Kayla mengirim pesan untuk Nadin.

Hampir setengah jam baru ada jawaban.

"Maaf Kay, aku tadi lagi briefing. Ada proyek baru."

"Congrat ya, Nad," balas Kayla tulus. Dia ikut senang atas keberhasilan Nadin.

"Makasih, Kayla sayang," jawaban dari Nadin disertai emoji pelukan. "Ngomong-ngomong kamu yakin Radit masih sendiri di sana?"

Kata-kata Nadin sukses mematahkan hati Kayla.

Kenapa dia tak pernah berpikir ke arah itu?

Radit begitu jauh untuk digapai. Mereka terpisah ruang dan waktu. Kehidupan luar negeri begitu bebas, bukan tidak mungkin Radit menemukan seseorang yang bisa mengisi hatinya disana.

Ah, betapa bodohnya. Kayla melempar handphone, lalu membenamkan diri ke bantal, menangis sejadinya, menumpahkan air mata dan juga sesak di dada.

***

Suasana di rumah Pak Heru begitu ramai. Ini untuk kedua kalinya Kayla ikut Ayah ke acara semacam pengajian atau syukuran. Sesuatu yang sebenarnya tidak disukainya. Dia bukan orang yang agamais seperti Ayahnya.

"Nak Kayla ikut juga?"

Suara seseorang mengusik pendengaran Kayla saat ia tengah asyik mengambil makanan di prasmanan yang dihidangkan.

Kayla menoleh. Ternyata Pak Hadi. "Eh, Bapak, apa kabar?" tanya Kayla berbasa-basi.

"Baik. Wah, sayang sekali Nabil tidak ikut," ujar Pak Hadi.

Kayla tersenyum seadanya.

“Dengar-dengar, kamu sudah berhenti kerja, ya?

Kayla sedikit kaget mendengar perkataan Pak Hadi. Darimana lelaki itu bisa tahu? Pasti Ayah yang membocorkannya, pikir Kayla.

"Kalau kamu tidak ada kegiatan, coba melamar jadi honorer di kantor Nabil."

Ide yang bagus sebenarnya, tapi maraknya para honorer yang demo pada pemerintah karena tidak ada kejelasan status serta gaji yang sangat minim membuat Kayla membuang jauh-jauh pikiran itu.

"Terima kasih, Pak, nanti akan saya pikirkan."

"Nanti akan saya katakan pada Nabil, mungkin dia bisa membantu," cetus Pak Hadi lagi.

"Eh, tidak usah, Pak." Kayla jadi salah tingkah. Dia akan sangat malu jika diterima bekerja hanya karena ada orang dalam dan tanpa melalui tes. "Pak, saya permisi dulu ya, mau gabung di sana," Kayla menunjuk sekelompok ibu-ibu yang tengah makan.

Pak Hadi membalas dengan anggukan.

Sebenarnya Kayla jadi tidak enak pada Pak Hadi. Mungkinkah teman Ayah itu merasa jika dia ingin cepat-cepat mengakhiri obrolan? Kayla hanya malas bicara. Apalagi jika mengarah pada Nabil. Lelaki yang ingin dijodohkan Ayah untuknya. Dia tak ingin memberi ruang di hatinya kepada lelaki lain. Biarlah hanya Radit seorang yang mengisinya.

Cukup lama Kayla menunggu Ayah yang tengah berbicara dengan Pak Hadi. Mereka terlihat sangat serius. Kira-kira apa yang mereka bicarakan? Apakah Ayah sungguh-sungguh ingin menjodohkannya dengan Nabil? Ayah bukan tipe kepala keluarga yang otoriter. Tidak mungkin dia memaksakan kehendaknya pada Kayla.

Kayla masih sibuk bergumul dengan pikirannya ketika menyadari seseorang berdiri di hadapannya. Dia terperanjat tatkala melihat sosok itu.

"Radit!" Kayla berseru kaget.

Lelaki di hadapannya mengernyit. "Kamu sedang apa di sini?" dia bertanya.

Kayla mengucek mata, meyakinkan penglihatannya. Dan kini sosok itu terlihat jelas. Lelaki itu ternyata Nabil. Ah, Kayla terhempas ke bumi setelah sepersekian detik sempat melayang.

"Aku sedang menunggu Ayah," jawab Kayla sembari berharap tadi Nabil tidak mendengar dia menyebut nama Radit.

"Oh iya, tadi kamu panggil aku apa?"

Ternyata Nabil mendengar kata-katanya tadi.

"Maaf, tadi aku lupa namamu," jawab Kayla berbohong.

"Ooo... " Nabil tersenyum tipis. Dia mendengar dengan sangat jelas Kayla mengucapkan nama seseorang, tapi lelaki itu pura-pura tidak tahu.

"Kenapa kamu menyusul kesini, Bil? Katanya lembur." Pak Hadi muncul bersama Ayah.

"Tidak jadi, Pa, ada teman satu tim yang sakit," jelas Nabil.

"Ooo... Kalau begitu kita pulang sama-sama saja, kebetulan Nabil bawa mobil," ujar Pak Hadi pada Ayah.

"Boleh, gimana Kay?" Ayah meminta persetujuan Kayla

"Terserah Ayah saja," jawab Kayla pasrah.

Lumayan, pikir Kayla. Daripada naik taksi. Dia benar-benar harus memperhitungkan sekecil apa pun pengeluaran karena saat ini dirinya adalah seorang pengangguran.

Sepanjang perjalanan Kayla hanya diam dan sibuk dengan pikirannya.  Sedangkan Ayah tak berhenti terserang batuk yang saling susul menyusul. Nafas Ayah terlihat sedikit sesak. Sesekali laki-laki tua itu memegang dadanya.

Ayah memang perokok berat, bahkan di usianya yang sudah senja.

"Habis berapa batang tadi?" tegur Pak Hadi sambil tertawa terkekeh.

Ayah melirik Kayla, khawatir anak gadisnya akan murka jika tahu dia mengisap hampir setengah bungkus rokok.

"Tidak banyak, cuma sedikit buat ngilangin asam habis makan," Ayah beralasan. Lalu keduanya tertawa bersamaan.

Nabil ikut tersenyum. Sedangkan Kayla memasang muka masam.

Mereka kemudian terdiam saat mendengar alunan merdu suara Lara Fabian dari handphone Kayla yang berbunyi nyaring.

'Tell me her name, i want to know, the ways she looks and where you go.'

Kayla segera mengambil benda mungil itu dari dalam tas. Sebuah panggilan suara dari Nadin. Kayla ingin menjawabnya, tapi dia urungkan niat itu dan menyimpan kembali handphonenya ke dalam tas setelah terlebih dahulu menekan tombol reject.

"Siapa? "tanya Ayah penasaran.

“Nadin, Yah.

"Terus, kenapa kamu nggak dijawab?" tanya Ayah lagi.

"Nanti aja di rumah," jawab Kayla dengan suara pelan.

Hampir tiga puluh menit di perjalanan. Rasanya mereka tak kunjung sampai ke rumah. Nabil menyetir dengan sangat pelan. Kayla menjadi bosan. Dia paling tidak suka berkendara seperti ini, mengundang mual di perutnya. Perasaannya juga mendadak tidak enak. Entah kenapa.

"Maaf, Bil, bisa lebih kencang lagi?" ujarnya pada Nabil yang tengah konsentrasi menyetir.

Nabil tidak menjawab, tapi dia menambah laju kendaraan.

"Sudah cukup?" tanyanya kemudian sambil melirik Kayla melalui kaca spion.

Kayla mengangguk.

Akhirnya mereka masuk ke dalam gang menuju rumah. Jalan yang mereka lalui tampak ramai. Entah kenapa jalanan yang biasanya sepi itu mendadak dilewati banyak kendaraan. Beberapa meter lagi mereka akan sampai. Sudah terbayang empuknya kasur di otak Kayla. Hari ini dia benar-benar lelah. Dirinya tak ingin apa-apa selain beristirahat dan tidur dengan nyenyak.

Kerumunan orang-orang yang berkumpul membuat mereka tidak bisa lewat.

"Ada apa sih, kok ramai banget?" gumamnya. Kepalanya celingukan.

"Biar aku turun dulu," cetus Nabil.

"Aku ikut!" Kayla mengikuti Nabil keluar dari mobil.

Mereka berjalan menerobos kerumunan orang-orang.

Hawa panas mulai menyeruak. Kayla hampir terpekik menyaksikan kobaran api di hadapannya. Si jago merah itu mengamuk, melalap sadis bangunan permanen yang kini telah kehilangan bentuk.

"Bil, itu kan rumahku!!!" Kayla menjerit histeris.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Perselingkuhan Yang Manis   Extra Part (Bidadari Surga)

    -Terkadang, kita harus terluka dulu untuk bahagia-***Dea berdiri di depan cermin, lalu menatap refleksi dirinya disana. Pemilik tinggi badan seratus tujuh puluh tujuh senti itu terlihat jauh lebih anggun dengan pakaian tertutup yang membungkus tubuhnya dari ujung kaki sampai puncak kepala. Rambutnya yang panjang yang dulu selalu tergerai bebas sekarang terbungkus rapi dan tersembunyi di balik hijab yang ia kenakan. Tidak ada lagi Dea yang dulu suka menggunakan dress selutut atau pun blouse berbelahan dada rendah. Ia benar-benar sudah berubah dan bertransformasi total. Penampilannya jauh lebih tertutup dan rapi, namun tidak sedikit pun mengurangi kesan anggun yang memang sudah melekat dalam dirinya.“Lan…!!! Sudah siap belum?” Terdengar suara seorang perempuan memanggil namanya diiringi dengan ketukan di pintu.Dea menatap sekali lagi pantulan dirinya di cermin, lalu meninggalkan senyum sebelum berlalu pergi.“Wulan…!!!” panggilan itu terdengar lagi.“Iya, sebentar,” Dea menyahut, ke

  • Perselingkuhan Yang Manis   Epilog (Stuck on You/ N for Nabil)

    -Kadang, kita mencintai seseorang sebegitu rupa sampai tidak menyisakan tempat bagi yang lain. Membuat kita lupa untuk sekadar bertanya, inikah cinta sebenarnya-*Puluhan detik lamanya Nabil berdiri di depan pintu setelah menekan bel. Namun, hingga detik ini masih belum ada tanda-tanda pintu akan terbuka. Mungkin dia sedang berada dan sibuk di belakang, pikir Nabil. Nabil memutuskan untuk menekan bel sekali lagi. Tapi, baru saja tangannya terulur untuk menyentuh bel, daun pintu terbuka, diiringi dengan seraut wajah manis yang mengembangkan senyum padanya.“Maaf, Yah, tadi bunda lagi di belakang,” ujar perempuan berkerudung itu seraya menyalami tangan Nabil dan menciunm punggung tangannya.“Tidak apa-apa, Nda,” jawab Nabil penuh pengertian. “Rasya mana, Nda?” lanjutnya kemudian.“Lagi tidur di kamar, Yah.”Nabil segera masuk ke kamarnya. Disana, tepatnya di atas sebuah tempat tidur, sedang terbaring seorang anak laki-laki dengan mata terpejam. Ya, dia sedang tidur. Hal pertama yang di

  • Perselingkuhan Yang Manis   Epilog (What a Perfect Life)

    “Kayraaa!!! Ayo sarapan dulu!” seru Kayla dari ruang makan.“Iya, Bun…” Kayra menyahut lalu keluar dari kamar menuju ruang makan.“Ya ampun… rambut kamu belum disisir ya,” ujar Kayla melihat rambut Kayra yang masih berantakan, sementara tubuhnya sudah terbalut seragam sekolah. Kayla mengabaikan sejenak urusan meja makan dan melangkah tergesa ke kamar Kayra untuk mengambil sisir.“Bunda…!!! Crayon aku patah…”Baru saja Kayla akan menyisir rambut Kayra, terdengar teriakan Kiran dari ruang tengah.“Iya, sayang, sebentar ya, Bunda sisirin rambut kakak dulu.”Dengan telaten Kayla membagi rambut Kayra menjadi dua bagian sama banyak, lalu mengepangnya dengan rapi.“Bunda… gimana nih, crayon aku patah…” Kiran yang sudah tidak sabar kembali berseru memanggil Kayla.Menyeret langkah panjang, Kayla bergegas ke ruang tengah. Disana, putri keduanya itu tampak sedang merengut. Di hadapannya terbuka lebar sebuah buku mewarnai dengan sekotak crayon beraneka warna.“Mana yang patah, nak?” tanya Kayla

  • Perselingkuhan Yang Manis   Aurora Borealis

    Hari itu sudah semakin dekat. Hari dimana Kayla akan menyerahkan hidupnya pada garis takdir. Kayla sudah ikhlas jika memang seperti itu nasib yang harus diterimanya. Dan, hari ini Kayla kembali mengunjungi pusara Radit. Ia tidak sendiri, tapi bersama Kayra, sang putri tersayang.Dulu ia sangat rajin berkunjung kesini. Mengadukan luka batinnya dan kesendirian yang membuatnya semakin tersiksa. Tapi seiring waktu, frekuensi kunjungannya juga berkurang. Bukan Kayla tidak ingat Radit lagi, tapi Kayla hanya sedang berusaha menyembuhkan lukanya secara pelan-pelan.Lama Kayla termangu di pusara Radit. Kayla merasa keputusannya untuk menikah dengan Nabil adalah sebuah bentuk pengkhianatan pada Radit. Tapi ia tidak punya pilihan lain yang lebih baik.“Maafin aku, Dit, tapi aku melakukan semua ini demi anak kita,” gumamnya di sela isak.“Bunda kenapa minta maaf sama papa? Bunda salah apa?” Kayra yang keheranan melihat Kayla berurai air mata bertanya polos. Berbagai pertanyaan bertumpuk di hatiny

  • Perselingkuhan Yang Manis   Akhir Cerita

    Kayla masih merenungi semua yang sudah dilakukan dan dikatakannya pada Nabil. Rasanya semua seperti di luar kontrol dan berasal dari alam bawah sadarnya. Menikah dengan Nabil untuk ke dua kalinya sama sekali tidak pernah ada dalam opsi hidupnya. Bagaimana mungkin ia menikah dengan orang yang tidak ia cintai? Namun, di dalam hidup terlalu banyak pilihan-pilihan sulit, dan kita harus memilih salah satu di antaranya. Kayla mengalihkan pandangan pada Kayra yang sedang tidur. Wajahnya tenang dan begitu damai. Sungguh, Kayla tidak sanggup melukai dan menyakiti hatinya. Dia masih terlalu kecil. Sudah terlalu banyak hal-hal mengiris batin yang dialaminya dalam usia sedini itu. Kayla berjanji, ia tidak akan lagi menambah luka pada anaknya itu.Mata Kayla berpindah pada kantong plastik putih dengan label rumah sakit yang dikunjunginya tadi. Perlahan, dibukanya kantong itu dan mengamati satu demi satu butiran pil berbentuk bulat yang kini memenuhi ruang matanya.Pandangan Kayla berpindah pada

  • Perselingkuhan Yang Manis   Yes, I Do

    Seperti permintaan Kayla, Nabil pun menjemput Kayra ke sekolahnya. Ternyata Nabil datang lebih cepat. Dengan sabar ia pun menunggu sampai Kayra pulang. Ia duduk di bangku berwarna-warni yang tersedia disana dan memandang lepas pada kerumunan anak-anak yang menampilkan beragam ekspresi.Dari jauh Nabil memperhatikan Kayra yang sedang bermain bersama teman-temannya. Nabil rasa usulnya pada Kayla agar menyekolahkan Kayra tidak sia-sia. Buktinya, sekarang Kayra jauh berubah, malahan amat sangat jauh. Wajahnya yang biasa tersaput mendung, sekarang diselimuti awan-awan ceria. Tidak pernah lagi Nabil melihat rona kesedihan di mukanya. Memandang muka Kayra, Nabil seperti sedang menatap Radit. Mereka memang mirip. Siapa pun tidak ada yang akan membantah kalau Kayra adalah anak Radit. Ingat Radit, pikiran kembali membawanya pada hari terakhir Radit bersamanya.Saat itu mereka duduk berdua di kursi teras rumah sambil memperhatikan Kayra yang sedang bermain di pekarangan. Dari yang awalnya mere

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status