Share

Bab 2

Author: Soesan
last update Last Updated: 2022-10-21 15:44:06

Aroma harum yang dihasilkan dari nasi goreng buatan Laras sungguh menggoda. Aromanya menyebar hampir ke seluruh ruangan hingga tercium oleh hidung pria yang sedang santai menikmati acara TV.

"Wangi banget bau masakannya membuat perutku lapar, keroncongan," ucap pria itu menghirup aroma masakan cukup dalam dan beberapa kali mengulanginya.

Sementara di meja makan, Laras dengan senyum mengembang di bibir sedang menikmati nasi goreng hasil olahan tangannya sendiri. Dengan senyum di bibir, gadis itu masih enggan menyuap karena ingin menikmati aroma harumnya.

"Akhirnya terisi juga nih perut. Hemm ... sedap sekali! Aku akan menikmatinya. Selamat makan cacing-cacing dalam perutku." Laras mencium nasi yang ada di piring.

"Apa kamu tidak mau membaginya untukku?"

Bram tiba-tiba muncul dan mengagetkan Laras dari arah belakang. Wajah dan tatapannya masih saja dingin, padahal dia bertanya dan berharap gadis yang ada di hadapannya itu membagi masakan yang membuat perutnya keroncongan.

"Kak Bram!" Laras menoleh ke arah Bram dengan wajah khas terkejut.

"Apa Kakak mau?" tanyanya lagi.

"Apa kamu mau membaginya untukku?" Bram menarik kursi di depan Laras, lalu duduk sembari menelan salivanya karena melihat menu dalam piring Laras sepertinya nikmat. terelebih karena aromanya membuat perutnya semakin terasa lapar.

"Tapi hanya ini. Kalau Kakak mau, kita bagi dua saja, ya?" Laras berdiri mengambil piring dan membaginya menjadi dua. Wajahnya tampak ceria seperti sudah mengenal Bram cukup lama. Bahkan dia melupakan rasa kesal atas sikap ketus dan dingin Bram.

"Ini, Kak! Semoga rasanya tidak mengecewakan." Senyum Laras tetap mengembang sangat manis dan tulus.

Bram mengambil piring yang disodorkan oleh Laras dan mulai memakannya, sesuap demi sesuap. Bram meresapi rasa nasi goreng itu dengan perlahan. 

"Enak juga," pujinya lirih. Jarang sekali Bram memuji masakan orang yang baru dia kenal.

Laras tersenyum mendengar pujian kakak iparnya.

'Seandainya Laras itu Rere, jago masak seperti ini pasti aku semakin betah di rumah,' kata hati Bram.

"Kak, kenapa kak Rere belum pulang, ya?" tanya Laras sembari menyuap nasi dalam mulutnya.

"Jangan pernah berharap! Dia nggak akan pulang malam ini, mungkin subuh." Wajah Bram terlihat kesal saat Laras menanyakan tentang Rere.

Laras melihat ada sebuah kekecewaan dalam ucapan Bram yang disembunyikan oleh pria itu. Laras menghabiskan makanannya tanpa bertanya lagi. Dia tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga mereka. Apa lagi dia baru mengenal Bram. Dia belum tau bagaimana sifat pria yang mengaku sebagai suami kakaknya itu.

Laras berdiri hendak mencuci piring.

"Kak, makannya sudah belum? Aku mau cuci piringnya," tanya Laras sedikit ragu saat melihat pria itu sedang memainkan nasi di piring menggunakan sendok.

"Kalau mau cuci, ya, cuci saja! Aku bisa mencucinya sendiri." ketus Bram dengan wajah semakin sinis dan jutek pada Laras.

"Maksudku, biar sekalian Laras cuciin piringnya, Kak."

"Tidak perlu! Aku bisa cuci sendiri," jawab Bram kembali ketus.

Laras menatap nanar wajah pria di hadapannya. Dia merasa jengkel dengan sikap pria itu. Laras memalingkan badannya berjalan untuk mencuci piringnya sendiri. Mulutnya komat-kamit mengutuki sikap kakak iparnya.

Belum selesai Laras mencuci piring, pria itu meletakkan begitu saja piring bekas makan di dalam wastafel, lalu pergi tanpa basa basi sama sekali.

"Bilangnya bisa cuci piring sendiri, mana? Aku juga yang cuci. Dasar kakak ipar aneh, sok jual mahal!" Laras ngomel sendiri.

"Kalau tidak mau mencucinya dan tidak ikhlas, nggak usah dicuci!" celetuk pria itu di belakang Laras.

Laras kaget mendengar suara Bram, ternyata dia belum pergi.

"He ... he ... he .... Nggak kok, Kak. Aku mau mencucinya, tadi aku hanya menyanyi saja," kelit Laras sambil nyengir.

"Kamu pikir telingaku tuli?" Kali ini Bram benar-benar berjalan pergi dari tempat itu.

"Ah ... akhirnya pergi juga tuh orang," ucap Laras mengelus dadanya.

Laras melanjutkan pekerjaannya dan membereskan alat masak yang dia gunakan tadi.

Setelah selesai Laras berjalan menuju halaman belakang rumah. Di sana ada sebuah kolam renang dan taman yang dihiasi lampu yang tidak begitu terang, tapi juga tidak begitu redup.

Laras sengaja duduk santai di pinggir kolam karena matanya belum mengantuk. Bagaimana mau mengantuk? Lha, dia baru bangun dari tidur.

Kakinya sebagian masuk ke dalam air kolam dan digerak-gerakan sehingga menimbulkan gerakan gelombang kecil dalam air.

"Ayah, bunda, kalian sedang apa sekarang? Laras janji, Laras akan kuliah dengan benar agar Laras bisa sukses seperti kak Rere, punya rumah besar, ada kolam renang dan taman. Nanti kalau Laras sudah sukses, pasti Laras bawa ayah dan bunda tinggal bersama Laras," ucap gadis itu menantap langit yang tak berbintang.

Sementara di dalam kamar, Bram menatap ke arah luar jendela memandang sosok gadis yang duduk sendirian di tepi kolam renang miliknya. Tangannya berlipat di depan dada, sedangkan tatapannya penuh dengan kebencian dan tanda tanya besar.

"Kamu hebat, Re! Sekarang kamu membawa adikmu yang kampungan itu ke rumah ini, sedangkan kamu sendiri jarang sekali berada di rumah bahkan rumah ini tidak lebih seperti tempat persinggahanmu saja," ucap pria itu.

Rere memang jarang sekali pulang ke rumah mengunjungi Bram, bahkan dia lebih sering pergi dengan teman-teman modelnya dibandingkan pergi dengan suaminya sendiri. Entah apa yang membuat Bram mau menikah dengan Rere dan menuruti permintaan wanita itu agar pernikahan mereka tidak dipublikasikan ke muka umum termasuk pada keluarganya sendiri.

Setiap kali Bram bertanya, jawaban Rere hanya satu, dia tidak ingin karir modelnya hancur hanya karena orang-orang mengetahui kalau sebenarnya dia sudah menikah, bahkan dia pernah mengancam akan meninggalkan Bram bila itu terjadi.

Bram sendiri tidak yakin dengan perasaannya pada Rere. Mungkin rasa cinta telah membuatnya buta sehingga dia selalu menuruti ucapan Rere walau itu tidak masuk akal sama sekali.

Selama ini Bram mencoba menghilangkan pikirannya tentang Rere dengan pekerjaan, makanya Bram sering pulang malam dan lembur. Meski di kantor sebenarnya tidak ada pekerjaan lagi, tapi dia lebih memilih diam di kantor dari pada harus pulang ke rumah.

Bram lebih suka menghabiskan waktu bersama asistennya di kantor meski terkadang asistennya sering mengeluh karena ulah Bosnya itu. Bram sering menahan asistennya untuk menemaninya di kantor sekedar nonton TV. Tidak penting banget, khan? Tapi itulah Bram, dia tidak peduli walau asistenya sering menggerutu padanya asal dia senang.

Bram kembali menatap arah kolam renang setelah beberapa saat dia mengalihkan pandangannya pada ponsel, namun gadis itu sudah tidak ada lagi di situ.

Laras telah masuk ke dalam kamarnya dan sudah tertidur dengan lelap terbuai dalam mimpi.

"Lho, ke mana gadis kampung itu?" Bola mata Bram bergerak cepat mencari keberadaan Laras. "Ish, kenapa juga aku mencarinya? Mungkin juga dia sudah tidur. Bodoh banget kalau aku mencari gadis itu! Sama saja aku tertipu oleh dua wanita yang sama."

Bram melampiaskan kekecewaan dan kemarahannya atas sikap Rere dengan membawa nama Laras. Gadis desa yang tidak berdosa dan pastinya tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Adik Ipar   Bab 57

    Laras terus merintih menahan sakit dan memanggil Bram. Suaminya itu langsung berjalan di sisi kepalanya memegang tangan dan memberikan dukungan pada Laras."Kak, sakit!" rintih Laras sudah tidak tahan lagi menahan rasa sakit dan mulas pada perutnya."Kamu kuat, Sayang," ucap Bram mengusap wajah Laras."Ya, aku pasti kuat, tapi jangan tinggalin aku, Kak!"Bram tersenyum. "Tidak, Sayang. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sedetik pun."Bram menemani Laras dalam proses persalinan. Dia selalu berada di samping istrinya dan selalu memberikan sentuhan dan kecupan yang membuat Laras lebih nyaman saat menghadapai rasa sakit dan mulas dalam perutnya. Grey dan Soya yang mendapatkan kabar dari Joy tentang persalinan Laras langsung menuju rumah sakit. Mereka menunggu dengan cemas, sedangkan di dalam ruang bersalin Laras sedang bertaruh nyawa melahirkan anak bagi Bram dan Bram selalu setia berada di sampingnya hingga terdengar suara tangis bayi yang menggema dan memu

  • Pesona Adik Ipar   Bab 56

    Kehamilan Laras merupakan berita membahagiakan bagi Bram dan keluarga Grey. Saat Bram mengatakan bila Laras telah hamil dan saat ini usia kehamilannya sudah memasuki usia 24 minggu, maka kabar suka cita ini langsung tersebar ke seluruh perusahaan Bram.Selama kehamilan Laras, Bram selalu menjadi suami SIAGA, siap, antar, jaga. Seluruh keinginan Laras selalu saja dituruti, bahkan bila istrinya tidak mau makan, Bram akan memaksa dan mencari cara agar istrinya mau makan.Bram tidak melarang Laras untuk tetap bekerja, hanya saja Bram menempatkan pekerjaan istrinya berdampingan dengannya. Bram ingin setiap saat bisa menemani Laras. Meski istrinya itu termasuk wanita yang mandiri, tapi tetap saja Laras membutuhkan dirinya. Laras sendiri tidak mau terlalu mandiri, dia tetap menghargai Bram sebagai suami dan bisa menempatkan diri di mana dia bisa bermanja dan di mana dia harus mandiri.“Sayang, sekarang kamu mau makan apa?” tanya Bram saat mereka dalam perjalanan pulang.“Ak

  • Pesona Adik Ipar   Bab 55

    Bram menjemput Laras sepulang kuliah. Sejak saat kejadian itu Bram tidak membiarkan istrinya pergi sendirian. Meski Rere telah mati dan tidak akan ada lagi yang mengganggunya, tapi Bram masih tidak mau membiarkan Laras pergi dan pulang kuliah sendirian."Kak, kita mau ke mana?"Laras heran saat Bram melajukan mobilnya bukan pada jalan arah ke rumah mereka. Bram tersenyum dengan menggenggam erat tangan istrinya. Bukan hanya menggenggam saja, Bram sekarang hobi memberi kecupan manis pada punggung tangan Laras."Ikut saja! Nanti juga kamu akan tau, Sayang.""Kak, kenapa ada rahasia? Bukankah suami istri tidak boleh ada rahasia?" Laras cemberut."Bukan rahasia, Sayang. Ini namanya sebuah kejutan." Bram mencium kembali tangan Laras."Kejutan? Kejutan apa, Kak?" Laras penasaran. Mendengar kata kejutan, bola mata Laras berbinar. Dia paling suka bila Bram memberinya kejutan karena kejutan yang Bram berikan selalu saja mampu membuatnya bahagia dan terharu."K

  • Pesona Adik Ipar   Bab 54

    Hampir dua minggu sejak kejadian itu. Dua minggu sejak kematian Rere. Kini Laras telah menjalani kehidupan normalnya. Istri kecil Bram sudah menjalani kuliah kembali. Dengan setia dan sabar Bram mendampingi Laras menghilangkan rasa traumanya."Kak, nanti aku pulang agak siang karena hari ini hanya ada satu mata kuliah saja," ucap Laras sebelum turun dari mobilnya."Nanti aku akan menjemputmu.""Ga usah, Kak. Biar aku naik taksi saja. Bukankah hari ini Kakak ada rapat?""Astaga! Aku lupa Sayang. Bagaimana kalau sopir kantor saja yang menjemputmu? Setelah itu kamu ke kantor dan kita bisa pulang bareng.""Apa tidak masalah aku ke kantor Kakak?" Laras ragu."Sayang, kamu itu istriku sekarang. Siapa yang akan melarangmu datang ke kantor suamimu ini?" Bram membelai rambut Laras lembut.Wajah Laras merona karena malu dengan perhatian suaminya. Senyum Bram terasa lebih menyentuh lubuk rasa yang terdalam. Entahlah, saat itu Laras merasakan kebahagiaan yang tak ter

  • Pesona Adik Ipar   Bab 53

    "Kak, ini rumah siapa?"Laras heran melihat rumah besar dan mewah di depan matanya.Laras bingung kenapa Bram tidak membawanya pulang ke rumah yang biasa mereka tempati sebelum mereka menikah. Rumah itu bukan rumah biasanya dan juga bukan rumah mertuanya. Rumah yang asing dan bisa dibilang lebih bagus dari rumah yang biasa mereka tempati."Kemarilah!" Bram menarik tangan Laras dan melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Laras. Senyumnya mengembang simpul, namun wajah Bram terlihat lebih tampan dan sejuk."Ish, kenapa pinggangmu menjadi sangat kecil?" Bram menggoda Laras. Dia memperhatikan istrinya dengan memeriksa pinggang ramping Laras. Tubuh Laras memang sedikit menyusut setelah dirawat di rumah sakit."Kakak, jangan mengejekku!" Laras tersenyum malu-malu. Pipinya semu memerah bak tomat buah ranum membuat Bram semakin gemas."Jangan tersenyum seperti itu! Aku jadi gemas ingin memakan wajahmu." Bram mencubit pipi Laras dengan cubitan kecil dan mesra.

  • Pesona Adik Ipar   Bab 52

    Bram menutup matanya sampai suara teriakan Laras menghilang. Pria itu terdiam terpaku tanpa bergerak sedikit pun. Hati dan hidupnya hancur. Dunia seakan berubah gelap gulita seketika itu juga.Suara isak tangis memaksa pria itu berlahan memberanikan diri membuka matanya."Laras!" Bram kembali berlari mendekati gadis yang tersungkur memeluk erat tubuh Rere.Dia pikir Laras yang tumbang karena ulah Rere, tapi nyatanya Rere yang tertembus timah panas dari anak buah Mico. Laras membawa kepala kakak tirinya ke atas pangkuannya. Gadis itu mendekap erat Rere."Laras," panggilnya tersungkur langsung memeluk erat tubuh gadis itu."Kak, bangunlah!" ucap Laras dalam isak tangisnya.Laras mencoba membangunkan kakak tirinya.Pria yang sedari tadi hanya berdiri terpaku menyaksikan putrinya tumbang perlahan berjalan mendekat dan terjatuh dengan lutut sebagai tumpuannya."Ayah," panggil Rere di sisa napasnya."Sayang." Perlahan pria itu mengusap lembut wajah putr

  • Pesona Adik Ipar   Bab 51

    "Jangan bergerak!" Teriakan Mico membuat dua pria yang sedang menggagahi Laras terkejut dan langsung memutar tubuhnya.Dua pria kekar itu menciut nyalinya. Dengan patuh mereka mengangkat tangan dan menyerah. Anak buah Mico langsung meringkus dia pria kekar itu. Berbeda dengan Rere, saat mengetahui ada polisi datang, wanita itu langsung beranjak dan menyahut tubuh Laras.Rere menjadikan Laras sebagai sandera untuk melindungi dirinya. Mata wanita itu sudah gelap dengan napsu pembunuh. Napasnya terdengar kasar dan panas mengenai kulit Laras."Jangan mendekat!" ancamnya pada Mico dan yang lainnya.Satu tangan wanita itu mencengkeram leher Laras dengan lengannya, sedangkan satu tangannya lagi menodongkan senjata tajam pada leher Laras dan siap menggores kulit mulus yang membalut leher jenjang adik tirinya."Rere, aku mohon jangan sakiti Laras!" ucap Bram saat tiba di tempat itu dengan napas tersengal.Bukannya melepaskan Laras saat Bram datang, Rere semakin t

  • Pesona Adik Ipar   Bab 50

    "Cepat bawa gadis itu masuk!" teriak seseorang dari arah berlawanan."Baik, Bos."Dua pria kekar yang membawa tubuh Laras masuk ke dalam sebuah gudang yang berantakan. Banyak tumpukan barang bekas dan kotak-kotak besar yang telah usang di sana. Udaranya sangat pengap dan bau debu menusuk hidung.Dengan sangat kasar pria itu membanting tubuh Laras yang terkulai lemah di atas sebuah tumpukan kardus. Tawa keras dan puas terdengar menggelegar dari ketiga orang yang berdiri di dekat Laras."Kalau aku tidak bisa memiliki Bram lagi, kamu juga tidak akan bisa memilikinya gadis kampung."Lagi-lagi tawa menakutkan terdengar dari bibir merah merekah wanita yang menyimpan dendam terhadap gadis itu. Dendam yang akan terbayarkan ketika melihat gadis itu sengsara dan memohon di kakinya."Ikat tangan dan kakinya, jangan sampai gadis ini terlepas!""Baik, Bos."Dengan sangat cepat dua pria kekar itu melaksanakan perintah dari bosnya. Dengan cepat pula mereka sudah mel

  • Pesona Adik Ipar   Bab 49

    Suasana tempat ruang pesta telah dipadati para tamu undangan baik dari rekan bisnis Bram maupun rekan bisnis orang tuanya. Meskipun ini pernikahan kedua bagi Bram, tapi ini merupakan resepsi pertama dan akan menjadi pernikahan yang terakhir baginya dan Laras.Malam ini Laras mengenakan gaun putih dengan jumbai tidak terlalu panjang. Gadis sederhana itu tidak memilih gaun yang terlalu ribet dan mewah. Laras lebih suka mengenakan gaun yang simpel tapi tidak terkesan murahan dan tetap terlihat elegan dan mengundang decak kagum.Kecantikannya mengalahkan kecantikan ratu sejagad, apalagi bagi Bram. Kecantikan wanita yang baru menjadi istrinya beberapa jam yang lalu merupakan kecantikan yang sempurna dan tiada tandingnya. Bukan hanya kecantikan luar saja, tapi Bram lebih terpesona dengan kecantikan hati istrinya.Bram menuntun Laras memasuki ruang pesta dengan langkah bak pangeran dan putri kerajaan. Semua mata tertuju pada mereka, semua bibir mengucapkan kekaguman akan kecant

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status