Share

Pesona Bodyguard CEO Cacat
Pesona Bodyguard CEO Cacat
Author: Rosenorchid

Ketahuan

Langkah kaki jenjang ber-sepatu hak tinggi itu begitu yakin menuju ke lobi sebuah hotel bintang lima, disana dia berhenti, berbicara dengan seorang pria dengan gaya menawan. Pria yang menjadi teman cerita ketika prianya sedang sibuk bekerja.

Ya, Amanda sedang bertemu dengan Adrian, ini pertemuan yang kesekian kalinya, dalam diam dan rahasia, karena hubungan mereka memang rahasia.

“Sorry, aku datang lambat. Ini karena putriku agak rewel tadi.” Amanda berbicara pada Adrian dengan lenggok manja dan menggoda.

Adrian tersenyum dan menatap wajah kekasihnya dengan segenap rasa cinta.

“Tidak mengapa, bisa bertemu saja, sudah membuatku bahagia.”

“Tapi, Ad. Kamu yakin di sini aman?”

“Tentu, tidak akan ada yang tahu kalau kamu kesini. Jangan khawatir.” anak rambut yang menutupi wajah Amanda diselipkan ke belakang telinga. Wanita beranak satu itu tetap menawan seperti dulu, saat mereka

masih duduk di bangku kuliah.

“Kalau aman, aku bisa tenang, Ad.” jawab Amanda.

“Ayo masuk, aku rindu kamu, Sayang.” tangan wanita itu ditarik menuju ke kamar yang sudah di booking.

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata tertutup dengan kaca mata hitam sedang memperhatikan keduanya, seorang pria yang dibayar oleh seseorang untuk menjadi mata-mata, mengintip gerak gerik wanita cantik

bernama Amanda. Pria itu terus mengikuti langkah sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara.

Ponsel di dalam blazer segera diambil, sudah waktunya ia membuat sebuah laporan. Pintu dan nomor kamar hotel di foto, dan dikirimkan pada seseorang. Setelah mendapat balasan pria itu pergi dari sana.

Dua jam berlalu, Amanda dan Adrian sedang mengatur napasnya.

Mereka telah selesai berpacu dalam gairah, melepaskan rindu sejak menit pertama mereka masuk ke dalam kamar hotel. Rasa lelah tiada maknanya dibanding rasa rindu yang mereka simpan selama ini. Selesai saja menuntaskan gairah mereka selama hampir 2 jam, Amanda masih meringkuk di atas tempat tidur.

Makan siang yang dipesan oleh Adrian dari room servis sekarang dilihatnya dengan penuh selera, tentu saja ia sangat lapar sekarang, tenaganya terkuras habis setelah pertempuran panjang keduanya. Amanda bangkit dan duduk setelah mengambil bathrobe di atas sofa.

“Eat Baby, i know you hungry.” Adrian berbisik dekat dengan telinga wanita cantik itu.

“Tentu saja aku sangat lapar, kau hebat sudah berkali-kali pelepasan terus saja kau masih kerjakan aku,” Amanda mengambil sendok. Sup mulai ia hirup perlahan.

“Karena aku sangat rindu, Baby. Kita bertemu hanya seminggu sekali, itupun kalau, Zach lagi outstation.”

“Sabarlah, aku ada putri yang harus dijaga juga, jangan lupa itu.” alasan dari Amanda memang masuk akal.

“Bawa putrimu dan hiduplah bersamaku, nanti.”

“Not now! Zach tidak akan membiarkan aku membawa putrinya pergi. Dia sangat menyayangi Grace.”

Amanda mengenakan bathrobe begitu juga dengan Adrian, dia memakai shortpants tanpa memakai baju atasan, mereka duduk dan menyantap makanan yang lezat itu bersama. Penuh selera.

Selesai saja makan mereka kembali berbaring di atas tempat tidur, saling pandang dan tersenyum bahagia. Menikmati kebersamaan yang tidak mudah untuk diwujudkan.

“Baby, sampai kapan kita akan terus bertemu dengan cara sembunyi seperti ini? Aku merasa seperti pencuri.” Adrian membelai rambut pirang Amanda.

“Sabar sedikit lagi, aku akan mencari celah untuk meninggalkan rumah itu,”

“Kau yakin? Bagaimana dengan Zachary dan putrimu?”

“Pria itu lebih memilih kerjanya dari pada aku, aku ini umpama hiasan di rumah mewah itu. Putriku akan tetap tahu aku sayang sama dia,” keluhan kecil terdengar di akhir kalimat wanita cantik beranak 1 itu. Satu ciuman hinggap di keningnya,

Adrian mengelus lembut lengan wanitanya. Bathrobe yang dipakai Amanda kembali diturunkan, membuat wanita itu tanpa penutup di tubuh bagian atasnya.

Brakk

Dobrakan pintu kamar yang langsung terbuka membuat keduanya tersentak kaget dan langsung duduk menarik selimut untuk menutupi tubuh setengah bugil keduanya.

Tatapan marah seorang pria dengan aura membunuh membuat keduanya saling pandang. Ada rasa takut pada pandangan mereka.

“Bajingan! ini yang kau perbuat di belakangku Manda? Dasar wanita jal*ng! Pelac*r murahan!” tangan Zachary dilayangkan ke wajah istrinya, tapi ditangkap oleh tangan Adrian. Wajah Zachary merah padam, ia beralih menatap Adrian.

“Asshole!”

Bukk

Sebuah bogem mentah mendarat di pipi kiri Adrian, membuat pria berambut cokelat itu terteleng ke samping, “Teman tidak tahu diri, berani kau tusuk aku dari belakang.”

Bukk

Sekali lagi pukulan telak mengenai rahang kiri Adrian, darah segar mulai keluar, Amanda menjerit histeris.

“Stop Zach! Kau bisa membunuhnya.” Amanda mencoba menahan tubuh Zachary agar tidak memukul kekasihnya.

“Memang itu niatku.” Pukulan bertubi-tubi tidak mampu lagi dielak oleh Adrian, bibirnya pecah. Hidungnya mengeluarkan darah.

“Kau jangan hanya mencari kesalahan istrimu Zach, dia tidak bahagia denganmu. Jadi dia mencariku.” Adrian tersenyum sinis, mengejek. Membuat Zachary semakin memukulnya membabi-buta.

“Stop Zach! Go, Ad go! he can kill you.”  Amanda menabrak tubuh suaminya dan memeluk erat menjerit pada Adrian untuk pergi dari tempat itu. Adrian meraih bajunya dan berlari keluar dari sana.

“Lepaskan aku jalang! perempuan murah!” Zachary mendorong tubuh istrinya hingga jatuh terjerembab ke lantai. Ia membiarkan istrinya meringis kesakitan. Langkah lebar diatur untuk keluar, tapi datang Peter sambil berlari ngos-ngosan. Menahan langkah majikannya.

“Tuan, Anda harus pulang segera. Nona grace demam panas. Menangis terus dari tadi, Nyonya besar tidak bisa menenangkannya, anda diminta pulang sekarang.” Wajah Zachary pucat, riak khawatir jelas terpancar di sana.

“Aku ikut pulang Zach.”

“No!! Jangan berani-berani menginjakkan kaki kotormu di rumahku lagi.” suara Zachary memenuhi kamar hotel mewah itu.

“Grace demam Zach, dia butuh aku.” Amanda menangis. Memegang kaki suaminya agar di beri izin untuk ikut pulang bersama.

“Dia tidak butuh ibu murahan sepertimu, Pelac*r! Jangan pernah temui dia lagi!”

“Grace tetap anakku! Jangan lupa itu Zach,”

“Jangan sebut nama putriku dengan mulut kotor mu. Ibu Grace sudah mati,” mata Zachary berapi-api dibakar amarah. Istri dan ibu dari anaknya sudah berani melakukan hal yang di luar dugaan, menghianati pernikahan mereka. Tidur dengan temannya sendiri.

‘Shit!!’ Zachary mengumpat dalam hati.

Pria tampan berumur 30 tahun itu memberi isyarat pada Peter untuk keluar dari kamar hotel dan menuju ke mobil mereka. Dia tidak akan membiarkan putri kesayangan buah hasil pernikahannya dengan Amanda akan menderita. Gadis kecil berumur tiga tahun itu tidak harus menderita seperti dirinya. Dia bertekad akan membesarkan putrinya tanpa kehadiran Amanda.

Sampai di rumah, Zachary segera masuk kedalam, Peter adalah sopir keluarga Stewart.

“Grace masih demam, Mom?” Zachary menghampiri putrinya yang terbaring di atas tempat tidur sedang memeluk boneka Barbie.

“Daddy.. ”

“Zach, Grace demam panas, apa tidak sebaiknya kita bawa ke rumah sakit? Mana Amanda? Tadi Peter bilang kamu sudah ketemu dia.”

“Sayang, demam ya? Sini sama Daddy,”  Zachary tidak menyahut pertanyaan ibunya. Dia mengangkat putri kecilnya dan menggendong dalam dekapan.

“Tina ..!” Zachary berteriak memanggil pembantunya.

“Iya, Tuan Muda.”

“Keluarkan semua barang-barang Amanda, letak dekat pintu pagar, biar dia ambil di sana nanti.”

“Tapi, tuan muda.”

“Lakukan perintahku!”

“Baik, Tuan Muda,” Tina menjalankan perintah majikannya.

“Zach, ada apa ini? Amanda mana?”

“Dia tidak akan datang lagi, Mom.” Margaret terpana mendengar ucapan putranya, menantunya kemarin bilang mau mengurus bisnis barunya, kenapa pula harus tidak pulang.

“Apa maksudmu, Son?” tuan Abraham Stewart muncul di depan pintu.

“Zach dan Amanda akan segera berpisah, tidak ada lagi nama Amanda di rumah ini.”

“Apa maksudmu, Zach?”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
Seruuu banget ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status