Home / Rumah Tangga / Pesona Gadis Penggoda / 2. Tolong Goda Suamiku!

Share

2. Tolong Goda Suamiku!

Author: Puspa Ayu
last update Huling Na-update: 2024-08-22 11:46:33

“Tolong goda suamiku.”

Gadisa melirik ke arah Miskha yang duduk di meja berbeda dengannya. Sontak, ia mengalihkan pandangannya karena terlalu terkejut mendengar permintaan wanita putus asa di hadapannya.

“Dis, aku mohon,” lirih Mona, wanita berusia 29 tahun yang merupakan salah satu anggota geng CanDa (Cantik menggoDa)─geng para influencer cantik yang masing-masing memiliki bisnis peribadi─yang sangat terkenal di kalangan masyarakat.

Ini pertama kalinya Gadisa melihat tangisan seorang Mona Aleandra yang selama ini ia kagumi karena kecantikan Mona yang menurutnya sangat tidak masuk akal.

“Aku nggak tau harus minta tolong siapa lagi, Dis. Aric nggak kenal sama kamu, dia nggak pernah melihatmu dan aku yakin dia akan sangat tergoda karena kecantikanmu.” Satu tangan Mona menyambar tangan Gadisa yang berada di atas meja, meremasnya dengan kuat seolah takut Gadisa hilang.

Mulut Gadisa hanya bisa terbuka, kalimat yang berdesakkan di ujung lidahnya tidak dapat ia ucapkan. Permintaan Mona terlalu aneh, terlalu tidak masuk akal. Dibanding kecantikan Mona, permintaan wanita itu jauh lebih tidak masuk akal lagi. Bagaimana bisa ada seorang istri yang meminta suaminya digoda oleh wanita lain? Ini gila!

“Mbak ngomong apa, sih? Mbak becanda, ya?” tanya Gadisa meringis dan berharap setelah ini Mona akan terbahak lalu secara diam-diam anggota geng CanDa lainnya muncul dari kejauhan sambil membawa kamera yang sejak tadi merekam mereka. Sayangnya, itu tidak terjadi hingga detik ke lima Gadisa menghitung dalam hati.

Gadisa mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan sebuah restoran yang telah direservasi oleh anggota geng CanDa dan baru terisi olehnya, Mona juga Miskha yang memantau dari kejauhan. Anggota lain tidak terlihat, tidak juga muncul dari persembunyian dan…

Tangisan Mona kemudian terdengar, menggema, memenuhi ruangan lantai tiga restoran mewah ini.

“Mas Aric selingkuh, Dis.” Mona tertunduk, tangisnya pecah hingga isakan tangis itu membuat siapa saja merasa kasihan mendengarnya.

Gadisa masih mencoba mencerna, mencoba mengaitkan pernyataan yang ia dengar barusan dengan kehidupan Mona Aleandra yang ia ketahui seperti di negeri dongeng itu. Yang Gadis tahu, suami Mona adalah seorang public figur. Pemain film yang selalu digandrungi banyak wanita tapi memilih menikah muda dan hidup bahagia. Dan selama ini, Gadis selalu melihat postingan Mona selalu tampak sumringah dalam dekapan suaminya. Mona adalah satu-satunya wanita di geng CanDa yang sangat sering memposting keromantisan rumah tangganya hingga pernah suatu hari Gadisa berharap memiliki suami seromantis Aric Ernesto.

“Mas Aric selingkuh sama salah satu artis. Aku mendapati mereka check in di sebuah hotel beberapa hari lalu.” Pipi Mona basah akan air mata. Suara itu tertelan riak pilu.

Memang tidak seperti biasanya, biasanya Mona datang dengan wajah ceria. Tapi tadi, Gadisa tidak melihat keceriaan itu. Wajah Mona tampak pucat, bahkan tidak terlihat lipstick cerah yang biasa Mona pakai.

“Tujuh tahun pernikahan kami. Dan tahun ini kami memutuskan untuk melakukan bayi tabung agar kami segera memiliki keturunan. Dia yang mencarikan dokter terbaik, dia sudah atur jadwalnya dan dia juga yang selalu menyemangatiku agar nggak putus asa. Dia selalu bilang kalau kami pasti bisa memiliki keturunan. Tapi kemarin, secara nggak sengaja aku lihat dia masuk ke kamar hotel sama seorang wanita. Dis, aku kenal wanita itu. Wanita itu sudah aku anggap seperti adikku sendiri, tapi dia menusukku dari belakang, Dis.”

Tangisan itu kian menjadi, kian pilu dan kian menyesakkan siapapun yang mendengarnya. Gadis tidak tinggal diam. Ia berpindah tempat duduk untuk dapat memeluk Mona yang terisak-isak. Lalu kemudian Miskha datang menghampiri sambil membawa kotak tisu.

“Mona sudah menceritakan padaku apa yang terjadi padanya. Dia nggak menceritakan ini pada siapa-siapa kecuali padaku, lalu padamu, Dis,” ucap Miskha menempati kursi yang barusan ditinggalkan Gadisa.

“Apa Mbak Mona sudah bertanya pada mas Aric?” tanya Gadisa. Menurutnya segalanya harus dikonfirmasi kebenarannya. Jangan hanya berspekulasi saja. “Barang kali nggak terjadi apa-apa di kamar itu?”

Mona menjauhkan tubuhnya dari pelukan Gadisa. Ia mengambil beberapa lembar tisu yang telah diambilkan Gadisa untuknya dan menyeka air matanya. “Mas Aric berbohong. Dia bilang hari itu dia ada syuting di Bogor selama dua hari. Selama ini aku selalu percaya sama dia. Aku nggak pernah mengecek ponselnya apalagi sampai bertanya mengenai jadwalnya pada managernya. Tapi kepercayaanku dikhianati olehnya. Dia nggak ke Bogor. Dia ada di Jakarta, dia menginap selama dua hari dengan wanita itu, Dis. Dan kamu pikir, apa yang dilakukan pria dan wanita di kamar hotel selama dua hari?”

Gadisa tidak dapat menjawab. Karena tidak mungkin ia menjawab bahwa wanita dan pria di kamar hotel selama dua hari pasti melakukan tindakan di luar norma.

“Laki-laki nggak akan mengaku kalau selingkuh, Dis. Itu makanya Mona memintamu untuk menggoda Aric untuk membuat Aric dan wanita itu putus,” ucap Miskha membantu Mona mengatakan keinginannya.

“Tapi kenapa?” tanya Gadisa yang masih merasa ini tidak masuk akal. “Kenapa nggak menyelesaikannya berdua dan kenapa butuh orang ketiga lagi untuk menggoda mas Aric?”

“Karena aku nggak mau pisah dari mas Aric, Dis. Aku nggak mau wanita itu menang sementara aku menjadi janda. Aku mau menyelesaikan ini dengan caraku,” ucap Mona sambil mengepalkan kedua tangannya di atas pangkuan.

Gadisa menatap Mona. Kenapa seorang wanita yang telah dikhianati masih ingin mempertahankan hubungan? Bukan kah bayang-bayang pengkhianatan itu akan terus mewarnai rumah tangga mereka? Apalagi jika seorang pria telah tidur dengan wanita lain. Kenapa masih dipertahankan?

“Selama beberapa hari ini aku mengumpulkan bukti. Aku sudah mendapatkan rekaman CCTV mereka. Itu bisa kamu gunakan untuk menakut-nakuti wanita itu. Dia itu artis pendatang baru yang namanya sedang terkenal. Dia terikat banyak kontrak dengan brand dan kalau kasus ini tersebar, maka karirnya akan hancur.”

“Lalu, kenapa nggak menggunakan cara itu? Kenapa harus menyuruhku menggoda mas Aric?” tanya Gadisa.

“Yang aku sebutkan tadi adalah cara jika kamu nggak berhasil menggoda mas Aric. Tapi aku harap, kamu bisa berhasil menggoda mas Aric,” ucap Mona dengan tatapan penuh dendam.

“Apa bedanya aku dengan wanita itu? Mbak menyuruhku menggoda mas Aric. Itu artinya aku melakukan apa yang wanita itu lakukan? Maksudku… dua orang wanita menggoda mas Aric di belakang istrinya.” Gadisa masih tidak dapat mencerna permintaan Mona.

“Berbeda, Dis. Aku menyuruhmu, itu artinya aku mempercayaimu. Kamu cukup memeluknya atau…” Mona makin mengepal tangannya dan berkata, “aku nggak akan marah kalau dia tergoda lalu mencium mu.”

Gadisa bangkit dari kursinya hingga kursi itu jatuh. Matanya membeliak dan napasnya tiba-tiba tersengal. “Nggak, Mbak. Aku nggak bisa!” geleng Gadisa.

Mona menyambar tangan Gadisa dan menatap Gadisa dengan tatapan paling memelas. “Aku ingin mereka bertengkar. Aku ingin wanita itu merasakan sakit yang aku rasakan, Dis. Aku mohon.”

Gadisa tetap menggeleng. Ia tidak bisa melakukannya. Sampai…

“Aku akan membayarmu membayarmu dua puluh juta kalau kamu bersedia membantuku dan aku akan menambahkan sepuluh juta lagi kalau kamu berhasil melakukannya.”

Gadisa terdiam. Ia butuh uang malam ini juga.

“Aku akan membayarnya sekarang juga kalau kamu bersedia, Dis.”

Gadisa menatap keputusasaan Mona. Bukankah ia membutuhkan uang itu? Bukankah ia sama putus asanya seperti Mona?

Gadisa lantas melemparkan pandangannya ke arah Miskha.

“Mona meminta bantuanmu karena percaya padamu, Dis. Jangan kecewakan dia,” ucap Miskha mencoba meyakinkan Gadisa. “Bukankah kamu butuh uang itu?” Dan mengingatkan Gadisa tentang keputusasaan yang tadi dilihatnya saat di toilet.

Gadisa menatap tangannya yang digenggam oleh Mona. Hanya ini cara satu-satunya ia mendapat uang untuk melunasi hutang rentenir itu. “Aku bersedia.”

Kalau bukan karena memikirkan ibunya, Gadisa tidak mau melakukan ini─menjadi Gadis Penggoda.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
ragil Oni
seru seru,,bulur Semngat
goodnovel comment avatar
Baby Angel
opening masih kalem adem ayem
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pesona Gadis Penggoda   30. Berujung Pertengkaran

    “Kamu belum tidur, Dis?” Ibu Rike berdiri di ambang pintu kamar putrinya yang terlihat masih menyala lampunya. “Sudah jam satu ini, Dis.”Gadisa bengkit dari ranjang kayunya. Duduk di tepi, Gadisa belum bisa tertidur. Pikirannya masih tertuju pada Mikairo. “Ini mau tidur, kok, Bu,” jawab Gadisa tersenyum kecil.“Gimana tadi kejutan ulang tahunnya? Pasti seru, ya?” tanya ibu Rike mengayunkan langkah masuk ke kamar putrinya. Tadi, saat putrinya pulang, ibu Rike sudah terlelap dan baru saja terbangun karena ingin ke kamar mandi.“Mbak Miskha nggak datang, Bu. Kai sudah semangat ngasih kejutan, tapi ternyata mamanya nggak datang.” Pandangan Gadisa mengekor gerak ibunya hingga ibunya duduk di sampingnya.“Nggak datang? Kenapa? Sibuk?” tanya ibu Rike membayangkan sekecewa apa Mikairo. Apalagi ibu Rike tahu Mikairo anak yang selalu excited.“Nggak tau, Bu. Aku hubungi nggak diangkat lagi.”“Harusnya nggak boleh begitu. Apa mereka ada masalah?” tanya ibu Rike.Gadisa diam sejenak. Tanpa berma

  • Pesona Gadis Penggoda   29. Miskha Tidak Datang

    Sepasang mata Gadisa tidak berpindah dari keranjang kotak yang terbuat dari bambu dan dihiasi kertas krep berwarna hijau dan diatasnya terdapat kerajinan tangan terbuat dari clay berbentuk bunga, rumah, lalu ada yang berbentuk pria dewasa, wanita dewasa dan juga anak laki-laki.“Ceritanya yang kertas hijau itu rumput, ya, Mbak?” tanya bik Lastri muncul dari belakang Gadisa.Gadisa menoleh. “Iya. Kata Kai, mau warna cokelat juga, tapi nanti mbak Miskha ngiranya tanah lumpur, soalnya mbak Miskha nggak suka becek. Jadi pakai kertas warna hijau aja, biar berasa di tanah berumput, Bik,” terang Gadisa menjelaskan pemikiran jenius Mikairo dalam pembuatan kerajinan tangan untuk dihadiahkan pada Miskha.Bik Lastri duduk di bawah memandangi kerajinan tangan cantik yang diletakkan di atas meja di ruang tengah. “Bagus, ya, Mbak. Kalau Bibik yang dapat hadiah ini, pasti terharu sekali.”Gadisa yang duduk di atas sofa, berpindah duduk di lantai. Gadisa tersenyum memandangi hasil kerajinan tangan bu

  • Pesona Gadis Penggoda   28. Yang Meminta Bekal Juga

    Di balik apronnya, Gadisa menyiapkan bekal untuk Mikairo bawa ke sekolah. Ada telur gulung, lalu nasi yang dibentuk bola-bola kecil, juga ada tempura dan terakhir ada tumis brokoli sebagai sayurnya. "Kayaknya enak banget. Kalau Bibik nggak kreatif. Bibik bisanya masak itu-itu aja. Kalau masakan tradisional, Bibik jagonya," ucap bik Lastri melongok hasil masakan Gadisa yang telah ditaruh dalam kotak bekal. "Bibik selalu bingung mau masakin apa buat bekalnya Kai. Saya jadi ngerepotin Mbak Gadis.""Nggak, kok, Bik. Saya ada waktu luang hari ini. Nggak terlalu sibuk di rumah, jadi ke sini dulu untuk bikinin Kai bekal." Tidak enak bila Gadisa mengatakan jika kemarin bekal yang dibawakan bik Lastri tidak habis dimakan. "Itu Mbak bikin banyak buat pak Dika?" tanya bibik melihat masih ada satu piring tempura, tumis brokoli dan telur gulung."Oh, nggak, Bik. Buat sarapan Kai sama kalau Bibik mau, silakan. Saya nggak tau seleranya pak Dika apa." Gadisa kemari hanya untuk menyiapkan sarapan se

  • Pesona Gadis Penggoda   27. Mikairo dan Lanang

    "Mas nggak boleh ngomong gitu lagi, ya. Mas 'kan tau aku kerjanya selain ngurusin keperluan mbak Miskha, aku juga ngurusin Kai. Dia sedih mamanya selalu sibuk, dan semenjak aku bawa ke sini, dia seneng banget. Jadi Mas nggak boleh ngomong gitu lagi." Baru saja Mikairo dijemput oleh Dikara di depan gang. Tadinya mau meminta Dikara untuk mampir, sekedar basa-basi. Tapi melihat kakaknya tadi bicara sembarangan di depan Mikairo, Gadisa jadi khawatir kalau kakaknya akan bicara sembarangan lagi di depan Dikara nantinya. "Ta-tapi ma-sa kamu bawa ke sini. Me-memangnya ibunya ke-mana?" Bagi Lanang, yang namanya seorang ibu harus merawat anaknya. Bukan diserahkan pada orang lain. "Mamanya sibuk, Mas. Kalau di rumah nggak ada temen sebayanya, jadi aku bawa Kai ke sini biar bisa main sama anak tetangga kita." Gadisa menoleh ke arah kakaknya yang duduk di sampingnya. Saat ini, mereka ada di teras rumah, duduk tepat di belakang meja etalase jualan ibunya. Malam ini terang, sebab bulan b

  • Pesona Gadis Penggoda   26. Kamu Bukan Pengasuh Anak

    "Sudah mandinya?" sambut Gadisa di depan pintu kamar mandi. Anak laki-laki berusia enam tahun itu keluar dengan handuk yang sudah terlilit di pinggulnya. Sangat rapi sampai Gadisa tersenyum dibuatnya. "Pinter banget. Seger nggak airnya?" tanya Gadisa lagi setelah pertanyaan pertama mendapat anggukan dan senyuman dari Mikairo. "Seger. Enak mandi sore-sore pakai air dingin. Besok Kai mau mandi pakai air dingin lagi, ya, Tante," pinta Mikairo yang selama ini selalu mandi pakai air hangat. "Boleh," angguk Gadisa membawa Mikairo menuju kamarnya untuk memakai pakaian. Hari ini sengaja Gadisa tidak merebuskan air seperti kemarin sore karena hari ini cuaca begitu terik. Jadi menurutnya tidak masalah mandi menggunakan air dingin. Toh akan sangat segar. Dan ternyata Mikairo menyukainya. Gadisa membawa Mikairo duduk di di lantai berkarpet lalu mendekatkan tas berisi baju ganti Mikairo. Sama seperti kemarin, Mikairo membawa dua setel pakaian ganti. Yang satu dipakai setel

  • Pesona Gadis Penggoda   25. Masalah Untuk Gadisa

    Sepasang mata Miskha membeliak. "Mas ngapain disini?" tanyanya tak suka melihat kehadiran Dikara di salonnya. Tak ingin menjadi bahan tontonan, Dikara menarik pergelangan tangan Miskha, lalu membawa sang istri menuju ke tempat yang lebih sepi. Gadisa segera menyingkir usai menutup pintu ruangan Miskha untuk turun ke bawah. "Ini pertama kalinya suaminya mbak Miskha ke sini? Atau aku aja yang baru tau, Dis?" tanya Vera penasaran. "Udah, nggak usah dibahas. Bukan urusan kita," ucap Gadisa mencoba mengakhiri pembicaraan mengenai Miskha dan Dikara. Selain karena tidak sopan, Gadisa tak mau ada yang mendengarnya. Terlebih Miskha atau Dikara. Bisa jadi masalah nantinya. "Tapi suaminya mbak Miskha ganteng abis, ya?" Vera mendekati Gadisa yang berjalan ke area penataan rambut. "Bohong kamu. Katanya kamu nggak pernah liat. Buktinya tadi suaminya mbak Miskha nyariin kamu kok." "Nggak perlu dibahas, Ver. Nggak inget tadi gimana mbak Miskha negur kamu? Mbak Miskha ngga

  • Pesona Gadis Penggoda   24. Kedatangan Dikara ke Salon

    "Teman Kai banyak?" "Banyak, Pa. Ada Vano, Raka, Farel. Mereka semua baik sama Kai. Kai dipinjemin mainan sama mereka." Mikairo menyebutkan satu persatu teman barunya. "Terus Kai hari ini mau bawa mainan, ya, Pa? Nanti mau Kai pinjemin mainan ke temen-temen Kai." Mikairo asik bercerita di dalam mobil. "Jadi di tas kecil itu mainannya, Kai?" tanya Dikara melirik tas kecil yang tadi dibawa putranya dan diletakkan di kursi belakang. Mikairo mengangguk. "Iya, Pa. Tadi malam Kai siapin mainannya. Tadi, Kai juga bilang sama bibik buat siapin baju Kai. Di tas itu juga ada baju gantinya Kai, Pa. Pulang nanti, Kai mau langsung ke rumah tante Gadis. Biar tante Gadis nggak bolak-balik ke rumah kita." Dikara sampai kaget mendengar celotehan putranya yang begitu bersemangat. Berbeda dengan dua hari sebelumnya dimana dirinya pulang kerja dan mendapati putranya sudah terlelap, tadi malam putranya menyambut dirinya dengan penuh semangat. "Jadi Kai kasihan sama tante Gadis kalau tante Gad

  • Pesona Gadis Penggoda   23. Membawa Kai Ke Rumah

    Mikairo terus memandangi wajah Gadisa. "Kenapa, Kai?" tanya Gadisa yang duduk di ruang tamu rumahnya. "Kai mau nonton apa?" tanya Gadisa memegang remote TV dan menyalakannya. "TV di rumah Tante Gadis nggak besar kayak di rumah Kai. Tapi gambarnya jernih juga, kok." Gadisa terus berbicara sambil mencari chanel yang menyuguhkan tayangan untuk anak-anak. "Kita nonton kartun aja, ya," lanjut Gadisa menemukan tayangan kartun di salah satu chanel. Dan ketika ia menoleh, Mikairo menatap ke arahnya dengan tatapan yang begitu lekat. "Ada apa? Kai nggak suka nonton kartun?" tanya Gadisa kemudian. Mikairo menggeleng. "Suka," jawab Mikairo namun sampai detik anak laki-laki itu bicara, dia terus memandang ke arah Gadisa dan tidak sekalipun menoleh ke arah televisi. Gadisa mengerjap. "Ada apa?" tanya Gadisa mendekatkan dirinya pada Mikairo yang duduk di sebelahnya. "Kai mau makan?" Mikairo menggeleng. "Tante lagi sedih, ya?" tanya Mikairo. "Nggak, kok. Tante nggak lagi s

  • Pesona Gadis Penggoda   22. Kenangan Menyedihkan

    “Memangnya nggak apa-apa kamu bawa ke sini, Dis?” tanya ibu Rike berdiri di ambang pintu kamar putrinya.“Nggak apa-apa, Bu. Aku sudah ijin sama orang tuanya,” jawab Gadisa duduk di tepi ranjang kecilnya sambil menoleh ke arah snag ibu sebelum kemudian kembali memandangi Mikairo yang tidur di ranjangnya.Iya, di ranjangnya.Menjemput di sekolah, Gadisa masih melihat Mikairo semurung kemarin. Pertanyaan yang terlontar dari mulutnya seperti, “Kai tadi ngapain aja di sekolah?” atau “Tadi Kai bawa bekal apa?” Dijawab seperti biasa, tapi tidak ada ekspresi. Dan setelah menjawab pun, Mikairo banyak diam.Penyebabnya, tidak lain dan tidak bukan apa yang diucapkan Miskha kemarin di restoran junkfood. Setelah ucapan mamanya itu, Mikairo banyak menunduk. Makanannya tetap dihabiskan. Tidak memberontak apalagi merengek meminta mamanya menemaninya bermain.Dan kemarin, ketika tiba di rumah, Mikairo bermain sendiri seperti biasa. Ya, walaupun Gadisa tahu ada yang tak biasa dari Mikairo. Seperti ora

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status