Pesona Gadis Penggoda

Pesona Gadis Penggoda

last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-18
โดย:  Puspa Ayu ยังไม่จบ
ภาษา: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
9 การให้คะแนน. 9 ความคิดเห็น
30บท
2.7Kviews
อ่าน
เพิ่มลงในห้องสมุด

แชร์:  

รายงาน
ภาพรวม
แค็ตตาล็อก
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป

คำโปรย

“Jangan ragu untuk membuka pakaianmu. Aku ingin kamu lebih menggodanya.” Ini permintaan paling konyol di hidup seorang Gadisa Asmarini. Bekerja sebagai personal assistant seorang beauty influencer, Gadisa memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebagai Gadis Penggoda. Pekerjaan hina itu ia lakukan demi melunasi hutang keluarganya yang disebabkan oleh ayahnya yang penjudi. Tidak sampai disitu, Gadisa harus berjuang menafkahi keluarganya di tengah ibunya yang divonis sakit parah dan butuh banyak biaya pengobatan, juga kakak laki-laki yang mengidap spektrum autisme sehingga yang paling diandalkan adalah dirinya. Bukan ini jalan hidup yang diinginkan Gadisa, namun, takdir selalu tidak berpihak padanya. Apalagi ketika uang yang ia hasilkan sebagai Gadis Penggoda jauh lebih banyak ketimbang gajinya sebagai personal assistant. Hingga suatu saat, Gadisa mendapatkan tawaran pekerjaan yang jauh lebih konyol lagi, yaitu… “Aku mau kamu menggoda suamiku.” Gadisa mendapat tawaran untuk menggoda suami bosnya. Apa yang harus Gadisa lakukan? Apakah dirinya harus menerima tawaran itu? Namun, bagaimana jika tanpa sengaja di hatinya tumbuh rasa suka pada Dikara? Apa dirinya akan menggoda Dikara Erlangga demi uang, atau demi perasaannya? Cover : Leonidas X Puspa Ayu

ดูเพิ่มเติม

บทที่ 1

1. Penagih Hutang

“LEPAS! LEPAS! JANGAN SAKITI PUTRIKU. AKU SAJA! SAKITI AKU SAJAAA!!!”

Suara teriakan dan tangisan itu terdengar nyaring bersamaan dengan suara barang-barang yang dibanting ke luar rumah. Dua pria bertubuh besar mengenakan pakaian serba hitam datang dan mengacaukan dagangan milik ibu Rike. Tak hanya dagangan, tapi juga seisi rumah kecil ibu Rike berantakan.

“KAMI MINTA SEPULUH JUTA HARI INI JUGA! KALIAN SUDAH MENJANJIKANNYA SEMINGGU YANG LALU! APA KALIAN MAU BERBOHONG LAGI?”

Tangis ibu Rike makin menjadi kala salah satu pria bertubuh besar itu menjambak rambut putrinya dan tadi, pria itu juga memukul wajah putrinya hingga berdarah.

“Saya mohon, lepaskan putri saya. Saya janji akan membayarnya, tapi beri saya waktu. Saya mohon.” Ibu Rike jatuh bersimpuh, menyatukan kedua tangannya─memohon belas kasih pada pria yang terus menyakiti anak perempuannya.

“MAU SAMPAI KAPAN KALIAN MEMBOHONGI KAMI? KAMI SUDAH MEMBERIKAN TENGGAT WAKTU YANG CUKUP AGAR KALIAN BISA MELUNASI HUTANG ITU. KAMI BUTUH UANG ITU HARI INI JUGA! ATAU BOS KAMI AKAN MEMBAWA PUTRIMU. PUTRIMU INI MASIH GADIS ‘KAN?” Pria itu tersenyum menyeringai dengan wajah yang sangat menjijikkan.

Ibu Rike bangkit, menyambar tangan pria yang semakin keras menjambak rambut putrinya. “AKU BISA MELAPORKAN KALIAN KE POLISI!” ancam ibu Rike berusaha melepaskan tangan pria itu dari rambut putrinya.

Pria dengan luka codet di dagunya dan rambut gimbal itu menyeringai. “Sebelum kamu melakukannya, bos kami akan membawa putrimu ini dan menjualnya.” Tatapan pria itu nyalang, persis binatang.

Tangisan ibu Rike tidak mampu membuat pria berwajah mengerikan itu memberinya belas kasih. Begitu pun dengan para tetangga yang hanya menonton dari kejauhan. Tidak ada satu pun dari mereka yang tergugah untuk membantu keluarganya.

Dari dalam rumah, suara barang dilempar semakin terdengar nyaring. Seorang pria membawa TV tabung jadul dari dalam rumah dan berkata, “mereka cuma punya TV jadul ini dan kulkas tua. Paling harga dua barang ini nggak sampai sejuta.”

Pria dengan luka codet di dagu itu melepaskan tangannya dan mendorong kepala Gadisa Asmarini, wanita malang yang merupakan putri ibu Rike. “Nggak berguna!”

“Maafin Ibu, Nak. Maaf…” tangis ibu Rike semakin menjadi. Ia menyentuh kedua pipi putrinya dengan tangan gemetar, namun… putrinya hanya diam, tidak berteriak, tidak menangis dan tidak berkata apapun.

Tak lama dua pria itu keluar dari dalam rumahnya sambil mengangkat kulkas tua milik mereka. Lalu pria bertopi berkata, “Ingat! Malam ini kalian harus melunasi hutang kalian atau kami akan membakar rumah kontrakan ini!” ancam pria bertopi sebelum mengajak temannya untuk pergi meninggalkan rumah ibu Rike.

Gadisa hanya diam, mematung di tempatnya. Riuh berbisik terdengar sampai ke telinganya. Apalagi kalau bukan tetangganya yang bergunjing.

Seperti mayat hidup, Gadisa masuk ke dalam rumah kontrakkan mungil mereka usai menatap nanar meja dagangan ibunya yang ludes tak bersisa. Semua yang ada di atas meja itu ditumpah, padahal mereka baru saja mengeluarkan dagangan mereka.

Masuk ke dalam rumah dan menggeser barang-barang berserakan, Gadisa merosot jatuh terduduk di lantai. Matanya masih menatap nanar, bingung ingin mengeluh seperti apa lagi pada Tuhan. Bingung menyusun kalimat keluhan atas apa yang terjadi padanya juga ibunya.

“Ibu minta maaf…” Ibu Rike jatuh terduduk di samping putrinya, memegang lengan kecil putrinya yang menatap kosong ke depan. Rambut putrinya acak-acakan. Di sudut bibir itu luka, sedikit berdarah akibat tamparan pria tadi.

“Ibu nggak bilang kalau mereka datang lagi,” lirih Gadisa tidak bertenaga.

“Ibu nggak mau kamu kepikiran.” Ibu Rike tertunduk, hanya bisa menangis.

“Ini rumah kontrakkan baru kita, Bu. Kita sudah janji mau bahagia. Masa kita harus pindah lagi, Bu?” suara Gadisa semakin lirih, serak.

Baru empat bulan mereka pindah ke rumah ini. Baru empat bulan hidup mereka tenang tanpa dikejar-kejar oleh rentenir dan baru empat bulan mereka lega tidak mendengar suara memaki dan tindakan mengerikan dari dua debt collector itu.

“Mereka datang sebulan lalu. Ibu nggak tau mereka dapat alamat kita dari mana. Ibu juga kaget kenapa mereka datang lagi.” Isakan ibu Rike semakin pilu. “Maafkan Ibu, Nak. Maaf membuatmu selalu susah.”

“Berapa uang yang dipinjam bapak ke rentenir itu?” Siapa lagi yang meminjam kalau bukan bapaknya. Siapa lagi orang yang selalu membuat hidupnya menderita kalau bukan bapak kandungnya sendiri.

“Dua belas juta. Mereka bilang bapakmu baru bisa bayar dua juta. Dan sekarang bapak kamu menghilang. Itu makanya mereka datang kemari.” Ibu Rike sudah muak dengan mantan suaminya itu. Sudah tiga tahun ini mereka pisah dan memutuskan bercerai karena sifat pak Roni yang tidak pernah berubah. Selalu berjudi, mabuk dan suka main perempuan.

Namun anehnya, setelah bercerai hidup ibu Rike tidak pernah tenang. Mantan suaminya itu selalu membebankan hutang-hutangnya pada anak gadisnya.

“Ibu harusnya nggak pernah menikahi pria seperti itu. Harusnya Ibu memilih pria baik untuk Ibu nikahi,” lirih Gadisa. Hatinya sakit, terluka, marah dan kecewa atas apa yang dilakukan bapaknya. Tidak pantas disebut bapak karena pak Roni begitu ringan tangan pada anak-anaknya. “Kenapa Tuhan sebaik itu menahan bapak di dunia ini? Kenapa nggak cepat dijemput aja, Bu. Biar kita bebas.” Gadisa terlalu kecewa. Tidak lagi memikirkan apa itu anak durhaka, ia ingin bapaknya cepat mati agar hidupnya tenang.

“Kamu nggak boleh bilang begitu.” Ibu Rike mengusap air matanya. Satu tangannya lalu terulur, mencoba menyentuh pipi putrinya.

“Ibu terlalu naif. Manusia seperti itu harus kita benci, Bu. Aku nggak durhaka hanya karena melawan manusia yang nggak pantas disebut bapak. Dia nggak pernah tanggung jawab sama kita. Taunya hanya judi, mabuk dan menyusahkan kita.” Bibir Gadisa bergetar. “Kenapa aku nggak punya bapak seperti yang lain, Bu? Yang sayang sama anaknya, yang perhatian, yang bisa dijadikan tumpuan.”

Ibu Rike menyambar tubuh putrinya, memeluk putrinya dengan erat. Gadis berusia 22 tahun itu harus menjalani takdir yang mengerikan. “Jangan pikirkan hutang bapakmu. Ibu akan berusaha mendapatkan uangnya. Ibu akan meminjamnya pada budhe Nur. Budhe mu pasti akan membantu kita.”

Gadisa mendengkus, perlahan menjauhkan tubuhnya dari pelukan ibunya. “Apa Ibu mau dihina lagi sama keluarga budhe? Apa Ibu mau dicaci maki oleh mereka lagi?” Gadisa menggeleng. “Ibu jangan ke sana. Aku pasti akan mendapatkan uangnya. Aku akan melakukan apapun dan pasti akan mendapatkan uang itu malam ini juga.”

“Gimana caranya, Nak?”

***

Gadisa melamun di depan cermin. Sudut bibirnya yang terluka tertutupi oleh cushion pemberian bosnya. Gadisa menarik napas panjang, merapikan rambutnya lalu dengan cepat menyambar tas yang ia taruh di area wastafel ketika salah satu pintu dari beberapa bilik di toilet itu terbuka.

Gadisa membalikkan tubuhnya, menunggu seorang wanita cantik berwajah kalem mendekat. “Kamu sudah makan?” tanya wanita bernama Miskha Maharini─bos Gadisa.

“Sudah, Mbak,” jawab Gadisa dengan anggukan kecil. Ia berbohong. Dirinya belum makan.

Miskha menyipit. “Yakin?”

Gadisa mengangguk. Ia tidak enak bila harus ditraktir makanan enak oleh bosnya. Miskha terlalu baik padanya. “Sudah kok, Mbak,” jawab Gadisa sedikit gugup.

“Oke… tapi kamu tetap harus temani aku sampai acara selesai. Aku nggak mau di sini sendirian.”

Gadisa mengangguk, menarik kedua sudut bibirnya dan semakin gugup. Bagaimana caranya mengatakan keinginannya untuk meminjam uang pada Miskha?

Miskha mengerutkan kening melihat Gadisa yang tampak aneh sore ini. “Ada apa, Dis?”

Gadisa menggeleng, ragu mengatakan keinginannya.

“Ada apa, Dis? Bilang aja,” ucap Miskha.

Gadisa membasahi bibirnya. “Mbak, apa aku boleh pinjam uang?” ucap Gadisa gugup dengan kedua tangan meremas tali tas milik Miskha yang dipegangnya.

“Berapa?” tanya Miskha.

“Sepuluh juta, Mbak.” Gadisa meringis.

“Buat apa, Dis? Kamu nggak kelilit pinjol ‘kan?” tanya Miskha khawatir.

Gadisa menggeleng. “Nggak, Mbak. Ada sedikit masalah,” jawab Gadisa tidak dapat memberitahu secara gamblang karena terlalu malu.

Miskha terdiam sesaat, seperti menimbang-nimbang. Lalu… “Aku bisa kasih kamu. Tapi dari pada nanti kamu bingung ngembaliin atau potong gaji kamu, gimana kalau kamu bantu Mona?”

“Bantu mbak Mona?” tanya Gadisa mengerutkan kening.

Miskha menggangguk. “Mona lagi butuh bantuan. Dia butuh seseorang untuk melakukan sesuatu. Apa kamu mau? Dia bilang, dia akan berikan berapa pun asal berhasil.”

Gadisa diam sejenak.

“Gimana? Mau?” tanya Miskha.

Gadisa mengangguk. “Mau, Mbak. Apapun itu, aku mau.” Pasti hanya pekerjaan mudah.

Namun ternyata…

แสดง
บทถัดไป
ดาวน์โหลด

บทล่าสุด

บทอื่นๆ

ถึงผู้อ่าน

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

ความคิดเห็น

user avatar
Kenzien Yodha
karya²nya ga selalu mengagumkan
2024-09-26 07:31:21
0
user avatar
vikinailil134
cerita cerita yang dikarang kak puspa ayu selalu membuat pembaca penasaran.
2024-09-20 14:06:47
0
default avatar
vikinailil134
ñovel nya selalu menarik
2024-09-20 13:49:27
0
user avatar
Dewi Rismawati
keren selalu keren dimanapun berada pokokny...
2024-09-18 19:40:24
0
user avatar
ragil Oni
novelnya kak Puspa ayu pkonya gak pernah gagal,,rekomended lah,,cus baca
2024-09-09 22:47:38
1
user avatar
Poernama
Selalu Powerful klu menulis cerita tak di ragukan lagi
2024-09-07 20:00:28
2
user avatar
ragil Oni
karya kak Puspa gak perlu di raguin lgi pkonya,, recommended bgt lah
2024-09-07 19:23:35
2
user avatar
Baby Angel
baru baca 2 bab... nungguin plot twist-nya ...
2024-09-07 19:05:48
1
user avatar
Kenzien Yodha
udah masukin rak.. rekomendasi nihh, wajib banget baca karya othor ini......
2024-09-07 10:48:47
1
30
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status