Share

2. Putus atau Lanjut?

Author: Author MungiL
last update Last Updated: 2024-08-28 18:24:58

"Siapkan berkas Yuvika juga, aku mau berkas ku dan Yuvika sudah selesai besok. Paling lambat minggu depan aku harus sudah menikah."

Di sinilah Elsaki sekarang. Duduk di kursi yang membesarkan namanya. Sebagai pria muda, ia sudah dikenal sebagai dokter yang luar biasa. Dengan latar belakang pendidikan yang gemilang dan pengalaman praktik yang tak kalah mengesankan, Elsaki telah membangun reputasi yang kokoh di dunia medis.

Elsaki menatap berkas-berkas yang tertumpuk rapi di atas meja kerjanya. Tangannya yang cekatan membuka satu persatu, memastikan semua dokumen yang diperlukan telah dipersiapkan dengan baik. Matanya fokus, tak ada keraguan sedikit pun dalam dirinya. Ia sudah bertekad, dan tak ada yang bisa menghalanginya sekarang.

"Oke, kau boleh pergi sekarang. Aku banyak pasien."

Tittlenya memang dokter. Namun, jiwa yang dimiliki oleh Elsaki persis seperti almarhum ayahnya. Tegas, penuh wibawa, dan berkharisma. Di balik gelar dokter kandungan yang disandangnya, Elsaki adalah pria muda yang dikenal dengan ketegasan dan wibawanya di kalangan sejawatnya. Namun di mata pasien, dokter tampan itu memiliki sisi humor yang membuat para pasiennya merasa nyaman saat memeriksakan calon buah hati mereka.

Pria itu bersiap akan melakukan pekerjaannya, ia memiliki jadwal untuk operasi sepuluh menit lagi. Belum sempat ia keluar dari ruangan, tiba-tiba pintu terbuka dari luar. Menampilkan sosok wanita cantik yang dibalut dress berwarna pink bermotif bunga.

Wanita itu langsung menghambur ke pelukan Elsaki, "Sayang, kangen."

Elsaki sedikit terkejut dengan aksi wanita itu. Ia celingukan seolah ia takut jika ada yang memergoki dirinya yang sedang berada dalam dekapan seseorang, padahal saat ini ia masih berada di ruangannya.

"Hey, jangan begini. Nanti ada yang lihat gimana? Lagian keadaan kita juga lagi nggak aman, Sayang," kata Elsaki seraya berusaha melepas tangan wanita yang melingkar di pinggangnya.

"Memang siapa yang berani masuk ke sini tanpa izin darimu? Ayolah, kita udah lama nggak ketemu biarin dulu kayak gini dulu." Tisya masih mempererat pelukannya.

Elsaki menghela napas panjang, dirinya yang semula berusaha untuk menjaga jarak, kini akhirnya membalas pelukan dari sang kekasih. Memangnya siapa yang sanggup berjauhan dalam waktu lama dengan orang yang dikasihinya?

Ya, wanita itu adalah Tisya. Wanita yang sudah ia cintai semenjak duduk di bangku kuliah. Namun sayang, semesta saat itu tidak berpihak pada kisah asmaranya. Ia kalah cepat dengan sahabatnya sendiri, yaitu Veer. Masih sangat segar di ingatannya saat ia menyatakan cinta untuk pertama kalinya pada Tisya kala itu. Jawaban dari ungkapan cintanya itu adalah sebuah penolakan yang membuat hatinya patah, dan yang lebih sakit adalah penyebab patahnya hati dan semangat hidupnya adalah sahabatnya sendiri.

"Sayang, kamu tahu, kan, aku lagi usaha agar hubungan kita tetap berjalan di belakang Veer? Tolong bantu aku dengan kamu nurut sama aku."

"Kamu udah tahu apa yang harus kamu lakukan supaya dia nggak menaruh kecurigaan?" tanya Tisya mendongak, tatapan keduanya bertemu dengan jarak dekat. Sorot mata keduanya seolah memancarkan cinta yang dalam.

Elsaki melepas pelukannya, tanganya kini berpindah di kedua sisi pipi Tisya. Ia mengelus pipi wanita itu dengan ibu jarinya, elusan yang memenangkan dan terasa lembut dirasakan Tisya.

"Hm, aku sudah membuat langkah awal yang besar. Aku jamin, dia nggak akan berpikir macam-macam."

"Apa yang kamu lakukan?"

"Menikah."

Tisya terdiam, matanya melebar dengan keterkejutan yang tidak dapat disembunyikan. Kabar itu seperti petir di siang bolong, mengguncang perasaannya. Ia tidak menyangka Elsaki akan mengambil langkah sejauh itu demi menyembunyikan hubungan mereka. Tisya menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri dari gelombang emosi yang menerjang. Ia melepas pelukannya begitu saja.

Elsaki menatap kekasihnya dengan penuh harap, ia berharap wanita itu paham bahwa ini adalah jalan satu-satunya demi sebuah hubungan. Lebih tepatnya hubungan haram. Memang benar apa kata orang, sesuatu yang berbau dosa adalah hal yang menyenangkan. Banyak orang yang bermaksiat melalui jalan apa saja, perselingkuhanlah yang paling sering ditemui.

"Apa ini, Saki? Kamu menikah? Kamu lupa sama janji kamu buat nunggu aku, ha?" Tisya tak terima dengan keputusan sepihak yang diambil oleh lelaki itu.

"Sayang, memang apalagi yang bisa aku lakukan? Suamimu sudah curiga bahwa kamu memiliki hubungan denganku. Kalau dibiarkan lama-kelamaan ini merusak hubungan kita dan persahabatanku. Kamu masih mau lanjut sama aku, kan? Dengan aku menikah, kita justru bisa lebih leluasa."

Tisya mengernyitkan keningnya, "Kamu masih peduli dengan persahabatan kalian? Terus tujuan kamu menjalin hubungan sama aku apa, Saki?"

"Tujuanku adalah kita bisa tetap bersama, tanpa ada yang mencurigai hubungan kita. Aku tahu ini sulit, tapi ini satu-satunya cara agar kita bisa menjaga semuanya tetap aman. Aku mau kita bareng-bareng, tapi nggak ngerusak hubungan aku dengan Veer juga. Kalaupun rusak, aku nggak mau reputasiku jadi taruhannya. Tolong Sayang, tolong kerja samanya, ya. Kamu ngertiin aku kayak aku ngerti kamu."

Reputasi? Tisya merasa dadanya sesak mendengar penjelasan Elsaki. Ia tak menyangka bahwa lelaki yang ia cintai itu lebih mementingkan reputasi daripada hubungan mereka yang mereka lalui dengan segala kebahagiaannya. Rasanya ia seperti sedang berada di persimpangan jalan, di mana ia harus memilih antara tetap bertahan dengan segala risiko yang ada atau melepaskan semuanya demi kebaikan bersama.

Lagi-lagi cinta butalah yang membuat mereka bertindak dan berpikir bodoh. Mereka adalah bukti nyata, bahwa pendidikan setinggi apa pun, apa saja profesinya, apa pun keadaannya, jika cinta sudah bertahta di atas segalanya, maka apa pun yang mereka punya tidak akan berguna. Semua mendadak buram, yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana mereka bisa bahagia tanpa memikirkan resikonya.

"Aku nggak menyangka kamu mengambil keputusan sebesar ini tanpa melibatkan aku."

Elsaki menggelengkan kepala pelan seraya memijat pelipisnya. Lihatlah bagaimana egoisnya wanita ini, pikirnya.

"Aku nggak mau tahu, aku nggak suka berbagi. Dan aku mau, kamu tidak menyentuh wanita itu. Kalau sampai itu terjadi, aku nggak mau kenal kamu lagi," putus Tisya seraya pergi meninggalkan ruangan serba putih itu.

"Astaga, Tisya. Untung sayang," gumam pria itu seraya berjalan ke luar untuk menjalankan tugasnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Istri Bayaran Dokter Tampan   49. Kotak Rahasia

    Suasana di antara puing-puing bekas rumah itu terasa hening. Bu Isni memegang kotak besi yang baru ditemukan dengan tangan bergetar, dan Yuvika merasakan ketegangan yang menyelimuti ibunya. "Ibu, ada apa?" tanyanya lagi, suara yang lembut namun penuh perhatian.Bu Isni menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri sebelum membuka mulut. Wajahnya masih tampak sedikit pucat, dan gerak-geriknya tampak kaku, seolah takut sesuatu akan terbongkar."Nggak ada, Vika. Nggak ada apa-apa. Ibu cuma kaget… ternyata isinya masih utuh, itu aja."Beliau memaksakan senyum, namun tatapan matanya masih menyimpan kegelisahan yang tak bisa disembunyikan."Tapi wajah Ibu pucat. Kenapa, Bu? Apa ada sesuatu di dalam kotak itu yang bikin Ibu kaget?" Yuvika mengernyit, matanya memperhatikan setiap ekspresi di wajah ibunya, mencari jawaban dari sesuatu yang terasa mengganjal."Beneran, nggak ada apa-apa, Yuvika. Ini cuma… kotak kenangan lama. Mungkin Ibu terlalu tenggelam dalam nostalgia aja." Dengan gela

  • Pesona Istri Bayaran Dokter Tampan   48. Kotak Berharga

    Yuvika terdiam sejenak mendengar pertanyaan dari ibunya. Mungkin benar, Elsaki akan keberatan jika ibunya tinggal bersama. Namun, bukan hal yang sulit untuk meyakinkan Elsaki bahwa ibunya kini membutuhkan dukungan. Terlebih ia yakin bahwa Elsaki, meski dikenal keras dan kadang kaku dalam prinsipnya, masih punya sisi lembut yang bisa dipengaruhi dengan pendekatan yang tepat."Ibu tenang aja, itu urusan aku," kata Yuvika akhirnya. Bu Isni menatap Yuvika dengan rasa haru. Anak yang pernah beliau sakiti dengan berbagai ucapan dan perlakuan kini menawarkan rumah dan kasih sayang tanpa syarat, bahkan rela mengambil risiko demi memperbaiki hubungan mereka. Dalam hati,beliau merasa sangat beruntung meskipun rasa bersalah terus menghantui dirinya."Terima kasih untuk semuanya."Yuvika mengangguk senang, tak pernah ia sangka bahwa buah dari kesabaran dan ketulusan yang ia punya akan berbuah manis, bahkan lebih manis dari yang ia bayangkan. "Oh, ya, Yuvika. Bagaimana dengan pernikahanmu? Ibu n

  • Pesona Istri Bayaran Dokter Tampan   47. Tawaran Tinggal Bersama

    Sore yang cerah telah bergulir pelan menjadi malam yang hening. Di ruang rumah sakit itu, Yuvika dan ibunya duduk berhadapan, masih berbicara satu sama lain dengan kehangatan yang baru pertama kali mereka rasakan. Bertahun-tahun tinggal di bawah atap yang sama, namun ini adalah kali pertama mereka benar-benar berbicara sebagaimana seharusnya—sebagai ibu dan anak. Momen ini adalah impian yang Yuvika simpan dalam hatinya sejak kecil. Kini, kenyataan itu terasa lebih berharga daripada apa pun yang pernah ia perjuangkan.Selama ini, ia telah melewati banyak luka dan pengorbanan, berharap bisa mendapatkan secercah perhatian dari ibunya. Bahkan, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh luka bakar di kulitnya tak ada artinya dibandingkan dengan kebahagiaan kecil yang kini menghangatkan hatinya. Seandainya saja neneknya masih ada di sisinya saat ini, Yuvika yakin beliau pasti ikut merasakan kebahagiaan ini. Ia bisa membayangkan senyum lembut sang nenek yang selama ini menjadi penghibur di tengah sega

  • Pesona Istri Bayaran Dokter Tampan   46. Kecupan Seorang Ibu

    Bu Isni terdiam sejenak di ambang pintu, mencoba mencerna apa yang baru saja beliau lihat. Tisya berlalu dengan wajah muram, penuh kemarahan yang tak bisa disembunyikan. Di baliknya, Yuvika duduk dengan ketenangan yang luar biasa, sementara Elsaki tampak gelisah, seolah dihimpit beban yang tak terlihat. Bu Isni tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres. "Siapa perempuan tadi?""Tisya, Bu. Teman lama Elsaki," jawab Yuvika dengan suara tenang. Lebih tepatnya ia berusaha tenang. Bu Isni mengernyit, tatapan matanya tajam menelusuri wajah Yuvika, mencoba menangkap kebohongan di balik kata-katanya. "Hanya teman lama? Terus kenapa dia kelihatan marah? Sepertinya ada sesuatu yang belum kamu ceritakan."Yuvika menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu, menutupi kebenaran di depan seseorang bukan hal yang mudah. Namun, ia juga tak ingin membeberkan semuanya saat ini. Dengan hati-hati, Yuvika menjawab, "Mungkin Tisya hanya kaget, Bu. Sudah lama nggak ketemu Elsaki, lalu tiba-tiba

  • Pesona Istri Bayaran Dokter Tampan   45. Elsaki adalah Suamiku

    Elsaki terkejut, menyadari siapa yang kini berdiri di ambang pintu. Tisya, dengan tatapan tajam dan wajah dingin, menatapnya tanpa ekspresi, namun matanya berbicara lebih banyak dari kata-kata yang mungkin bisa ia ucapkan. Ekspresi tenangnya justru membuat suasana terasa semakin mencekam. Sesaat, Elsaki hanya bisa terdiam, bahkan tubuhnya seolah membeku di samping Yuvika yang dengan tenang menatap keduanya bergantian. Bagaimana ia tak marah? Elsaki mengatakan akan bekerja, dan saat ia mengikuti ke mana perginya Elsaki, ia justru mendapati dirinya bersama dengan Yuvika. "Oh, jadi ini yang kamu maksud bekerja? Kamu rela bohong sama aku demi dia? Perempuan yang katamu tameng untuk hubungan kita, tapi ternyata kalian justru menjalin pertemanan?" suara Tisya akhirnya memecah keheningan, suaranya terdengar begitu tajam, menggambarkan perasaan yang tertahan. Ia berjalan mendekat dengan langkah mantap, dan dalam sekejap ruangan itu terasa menyempit oleh kehadirannya. Elsaki menelan ludah,

  • Pesona Istri Bayaran Dokter Tampan   44.. Kau Yeman yang Baik

    Setelah pertemuannya dengan Tisya, Elsaki seharusnya ke rumah sakit tempatnya bekerja. Namun, tanpa ia sadari, mobilnya malah melaju ke arah lain—ke rumah sakit tempat Yuvika dirawat. Pikirannya kalut, dipenuhi dengan kebingungan yang tak kunjung reda setelah percakapannya dengan Tisya. Ia seolah-olah dikendalikan oleh sesuatu yang lebih kuat dari niatnya untuk kembali fokus pada pekerjaan. Sampai di depan rumah sakit, Elsaki berhenti sejenak, menatap bangunan megah yang menjulang di hadapannya. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. 'Kenapa aku ke sini?' tanyanya dalam hati, meski ia tahu jawabannya. Ada sesuatu yang tak ia bisa jelaskan, sesuatu yang membuat langkah kakinya terus membawanya ke sini. Yuvika, kini sangat terlihat bahwa ia memiliki tempat di hatinya. Entah sebagai teman seperti yang mereka sepakati atau lebih. Elsaki keluar dari mobil dengan langkah ragu. Setiap langkah terasa berat, seakan-akan ia tengah berjalan menuju perbatasan yang tidak ingin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status