Beranda / Rumah Tangga / Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa / Bab 141 Kelicikan Istri Pertama

Share

Bab 141 Kelicikan Istri Pertama

Penulis: XENA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-29 23:25:22

"Apa kamu sedang merisaukan sesuatu, Sayang?" bisik Serena di telinga suaminya.

Kenzo terhenyak dari lamunannya. Sekilas dia melirik menggunakan ekor matanya ke arah orang yang berbisik di telinganya. Seketika dia menghela nafasnya, setelah mengetahui sosok tersebut adalah istri pertamanya. Tadinya dia sudah menyadari jika Serena lah pemilik suara tersebut. Hanya saja pria beristri dua itu ingin memastikannya.

"Ada apa, Serena? Apa ada yang kamu inginkan?" tanya sang suami dengan malas, tanpa menoleh ke arahnya.

Serena menyeringai. Dia tahu sikap suaminya saat ini yang terlihat seolah sedang tidak mengharapkannya. Tanpa meminta ijin dari suaminya, Serena mencoba untuk menebar pesonanya, seperti kebiasaannya pada tiap pria yang ada di sekitarnya.

Sontak saja Kenzo membelalakkan matanya, ketika merasakan sesuatu yang mengenai bagian intinya. Serena tersenyum melihat reaksi sang suami yang terkejut mendapati dirinya sedang duduk di atas pangkuannya. Kedua tangannya melingkar pada leher suaminya sambil bergerak aktif menggodanya. Sehingga bagian inti Kenzo menegang, seolah ingin memberontak keluar dari kain segi tiga yang melindunginya.

"Hentikan, Serena," ujar Kenzo sembari berdesis, menahan hasratnya.

"Apa kamu menyukainya, Sayang?" tanya Serena sambil menggoyangkan pantatnya yang masih berada di pangkuan sang suami.

Kenzo mengeratkan gigi-giginya, berusaha untuk menghalau lenguhan yang hendak keluar dari bibirnya. Serena semakin bersemangat untuk menggoda suaminya. Goyangannya pun semakin kencang diiringi dengan senyuman lebarnya yang menunjukkan kepuasannya.

Istri pertama dari Kenzo merasa bahagia telah berhasil membuat sang suami terlihat sedang tersiksa menahan hasratnya. Seperti biasanya, Serena Hogan tidak akan berhenti sebelum sang pria meminta ampun padanya atau pun mengalahkannya.

Namun, Kenzo berusaha keras untuk menahan hasratnya yang semakin membuncah karena ulah sang istri pertamanya.

"Berhenti, Serena," tutur Kenzo dengan mengeratkan gigi-giginya, hingga urat-uratnya dapat terlihat dengan jelas.

"Kenapa? Apa kamu sangat menikmatinya, Sayang? Apa kamu ingin kita berpindah ke kamar?" tanya sang istri dengan suara menggoda, sambil bergerak lebih agresif, hingga membuat suaminya semakin resah.

"Berhentilah. Kita sedang berada di ruang terbuka. Apa kamu tidak malu, jika ada orang yang melihat kita seperti ini?" tanya Kenzo dengan suara tercekat, berusaha menahan gejolak dalam tubuhnya.

Serena menghentikan gerakannya. Dia menatap serius pada kedua suaminya, sembari bergerak untuk berpindah posisi duduknya. Kenzo tidak bisa berkutik. Pria yang sedang berjuang untuk menahan hasratnya tersebut hanya bisa diam dan pasrah.

"A-apa yang kamu lakukan?" tanya Kenzo yang terlihat terkejut dengan situasi mereka saat ini.

"Apa ada yang salah, Sayang?" tanya Serena sambil tersenyum manis pada sang suami.

Kenzo melihat sekitarnya. Entah mengapa dia takut jika terlihat oleh orang lain. Berbeda dengan Kenzo dahulu yang bebas mengumbar keromantisan di mana pun mereka berdua berada.

'Gawat! Bagaimana jika Luna melihat kami. Pasti dia akan sedih dan salah paham lagi,' batin Kenzo yang sedang resah.

Keresahan hati Kenzo dapat dirasakan oleh Serena. Sebagai istri pertamanya, dia tidak ingin sang suami berpindah hati atau menyerahkan hatinya pada istri keduanya.

"Apa terjadi sesuatu, Sayang? Kenapa kamu resah begitu? Apa milikmu sudah tidak bisa dikendalikan lagi?" tanya Serena dengan gaya menggodanya, sembari mengusap lembut bagian inti sang suami yang sedang didudukinya.

Kenzo semakin gusar. Pria beristri dua tersebut reflek menggigit bibir bawahnya. Merasakan sentuhan tangan sang istri yang sudah biasa memanjakannya.

"Serena, tolong. Duduklah di kursi sebelah. Bukankah kamu ingin berbicara denganku?" tanya Kenzo sambil menahan sesuatu yang memberontak pada bagian tubuh bawahnya.

Serena hanya tersenyum dan lebih gencar menggoda suaminya. Sungguh posisi mereka saat ini membuat sisi kelaki-lakian Kenzo memberontak. Pasalnya, Serena duduk menghadap ke arah suaminya, sehingga mereka saling berhadap-hadapan. Bukan hanya itu saja, kedua tangan Serena melingkar pada leher suaminya. Tidak berhenti sampai di situ saja, istri pertamanya itu bergerak-gerak lincah, layaknya sedang bergoyang dengan semangat di pangkuan suaminya.

"Serena," panggil Kenzo dengan suara tertahan.

"Hentikan," sambungnya kembali dengan ekspresi yang sama.

Serena melenguh dengan suara seksinya, seolah mereka sedang melakukan kegiatan suami istri di atas sofa yang ada dalam ruangan tengah pada rumah mewah tersebut.

'Sudah! Aku sudah tidak tahan!' seru Kenzo dalam hati.

Kenzo berusaha memindahkan tubuh sang istri dari pangkuannya menuju ke sofa yang ada di samping mereka. Sayangnya Serena bisa merasakan apa yang akan dilakukan oleh suaminya.

"Aku akan turun, tapi dengan syarat," ucap Serena dengan cepat, ketika suaminya berusaha untuk berdiri dari duduknya.

Seketika Kenzo menghentikan gerakannya. Dia kembali duduk untuk mendengarkan syarat yang akan dikatakan oleh sang istri.

"Syarat apa?" tanyanya dengan tidak sabar dan melihat resah pada sekelilingnya.

Serena mengeratkan kaitan tangannya pada leher suaminya. Kemudian, dia menempelkan bagian pahanya pada perut Kenzo dan kedua kakinya saling mengunci, agar tidak terlepas dari tubuh sang suami.

"Apa-apaan ini, Serena?" tanya Kenzo sambil berusaha melepas tangan sang istri.

"Bawa aku ke dalam kamar kita. Setelah itu, aku akan turun dan berbicara denganmu di dalam kamar" pinta sang istri sembari merajuk padanya.

"Apa kamu sudah gila? Kamar kita berada di lantai atas, Serena. Apa kamu tidak bisa berjalan sendiri seperi biasanya?" tanya Kenzo dengan menahan kesal.

Serena menggelengkan kepala dengan gaya manjanya. Wanita licik itu tidak melepaskan suaminya begitu saja. Semua rencana yang ada dalam kepalanya sudah tersusun rapi dan sempurna. Bahkan dia mempersiapkan rencana alternatifnya, jika rencana utamanya gagal.

Wajah Serena semakin mendekat, sehingga dengan refleknya Kenzo menggerakkan kepalanya, bermaksud untuk menghindari istri pertamanya yang terkenal sangat nekat.

"Gendong aku ke kamar, Sayang. Aku mempunyai hadiah yang sangat menarik untukmu," bisiknya dengan manja.

Sontak saja Kenzo membelalakkan matanya dan menatap tidak percaya pada istri pertamanya.

"Apa kamu tidak ingin mengetahui apa saja yang mereka bicarakan tadi? Apa saja yang mereka lakukan tadi? Aku yakin kamu sangat ingin mengetahuinya," bisiknya kembali seraya menyeringai.

"Apa maksudmu, Serena?" tanya Kenzo sembari mengernyitkan dahinya.

Serena menggerakkan kepalanya ke arah lantai atas yang merupakan kode bahwa dirinya menginginkan sang suami untuk menggendongnya ke kamar mereka. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Kenzo untuk menolak keinginan istri pertamanya. Dengan terpaksa, dia pun menggendong sang istri dengan posisi di depan.

"Kenapa kamu berniat sekali merepotkan aku, Serena?" tanya Kenzo lirih setelah menghela nafasnya sambil berjalan keluar dari ruangan tersebut.

"Sayang. Panggil aku dengan sebutan dayang seperti biasanya," tutur Serena sembari tersenyum manis pada suaminya.

Namun, sang suami tahu jika dibalik senyuman manisnya itu tersimpan kelicikan yang membahayakan.

Tiba-tiba saja kaki Kenzo berhenti melangkah. Matanya terbelalak melihat seseorang yang bertatap mata dengannya.

"Sa-sayang?!" celetuknya dengan gugup sambil menggelengkan kepalanya, seolah memberitahukan pada istri keduanya bahwa apa yang dilihatnya saat ini tidak seperti yang dipikirkannya.

Mata Luna berkaca-kaca menatap sang suami dengan penuh kebencian. Bibirnya bergetar, tidak sanggup mengeluarkan kata-kata.

"Kenapa kamu menatap Kenzo seperti itu? Bukankah kamu tahu, jika kami adalah sepasang suami istri? Jadi, tidak seharusnya kamu marah pada kami," ujar Serena sembari menyeringai.

"Sayang, aku--"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 189

    Suara tangisan kencang dari ruang persalinan membuat Ron Matteo dan Damian Matteo tersenyum."Dengarlah, Damian. Suara bayi itu adalah--""Dengarlah suara tangisan ini, Pah," sahut Damian ketika mendengar suara tangisan bayi yang bersahut-sahutan.Mereka berdua tertawa bahagia menyambut kelahiran sang calon penguasa yang baru dalam keluarga Matteo. Mata kedua pria itu terbelalak mendengar suara tangisan bayi yang baru saja dilahirkan oleh istri kedua dari sang penguasa. "Lihatlah Damian. Ada berapa bayi dalam perut menantumu itu," ujar Ron Matteo sambil terkekeh. "Luna benar-benar hebat, Pa. Dia memberi kejutan pada kita semua," ucap Damian sembari terkekeh. "Benar. Bukankah dokter mengatakan jika hanya ada dua bayi dalam kandungannya?" tanya pria tua itu tanpa melepaskan pandangannya dari monitor yang memperlihatkan kegiatan dalam ruang persalinan. Hanya orang khusus saja yang bisa berada dalam ruangan tersebut. Dan merekalah pemilik rumah sakit itu. Sehingga mereka mempunyai a

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 188 Karma yang Harus Dibayar

    Serena memang dalam keadaan kritis saat dilarikan ke rumah sakit. Selain dia tidak sadarkan diri, dia juga mengalami pendarahan parah yang terjadi di kepala, di dalam perut serta dadanya, dan darahnya pun juga keluar dari anggota tubuhnya yang terkena pukulan atau benturan keras. Setelah operasi selesai, Serena dipindahkan ke ruang ICU. Di dalam ruangan itu dia mendapatkan perawatan ekstra, tanpa ada perbedaan dengan pasien lain karena status tahanannya. "Seharusnya pasien sudah sadar setelah beberapa saat operasi selesai dilakukan, tapi sepertinya kita harus menunggu lebih lama lagi. Kami juga sudah berusaha membangunkannya, tapi pasien tetap tidak mau bereaksi. Bahkan dalam operasinya tidak ada kesalahan yang terjadi. Semua berjalan dengan baik. Mungkin takdir Tuhan yang membuat semua ini terjadi. Kita tunggu saja perkembangan pasien selanjutnya," tutur sang dokter pada seorang sipir yang bertugas menjaga Serena.Setelah kepergian dokter dari ruangan tersebut, sang sipir melaporka

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 187 Orang Jahat yang Dijahati

    "Brengsek!" umpat mantan mertua dari Kenzo Matteo. Hampir semua barang yang ada di sekitarnya telah menjadi pelampiasan kemarahannya. Dia merasa malu di hadapan semua orang yang menghadiri konferensi pers nya. Terlebih lagi orang-orang tersebut sangat berpengaruh dalam bidangnya. Dalam sekejap saja, berita tentang putrinya yang tidak bisa memberikan keturunan bagi keluarga Matteo telah menyebar ke seluruh pelosok negeri. Hingga putri yang telah dicoret dari keluarganya pun mendengar berita tersebut. Prang!"Kalian semua brengsek!" seru Serena dalam ruangan yang dikelilingi jeruji besi, sembari melempar piring makanannya ke arah tembok.Beberapa tahanan wanita yang berada dalam ruang tahanan tersebut menatap tajam padanya. Tanpa menunggu lama, seorang tahanan wanita berbadan besar meraih rambut panjang Serena yang diikat tidak beraturan. "Kamu tidak lihat kami semua sedang makan?!" tanyanya dengan menatap marah pada wanita si pemilik rambut yang dijambaknya. Serena menatap kesal p

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 186 Malam Penobatan Sebagai Sang Penguasa

    "Dengan ini saya, Ron Matteo mengumumkan bahwa cucu saya, Kenzo Matteo akan menggantikan posisi saya di semua perusahaan yang bernaung di bawah keluarga Matteo."Sorak sorai tepukan tangan memenuhi ruangan tersebut. Acara berkonsep mewah dan sangat berkelas dengan iringan musik klasik menambah keindahan pesta malam itu. Kenzo Matteo kini telah diangkat menjadi sang penguasa untuk menggantikan kakeknya. Tentu saja hal itu didengar oleh Serena yang masih berada dalam jeratan jeruji besi. Wanita licik itu marah. Dia bersumpah akan merebut kembali hak miliknya."Luna. Bolehkah Nenek berbicara?" tanya sang kepala pelayan yang sudah sangat dekat dengan istri kedua Kenzo. Luna menganggukkan kepalanya, menyetujui keinginan dari wanita tua tersebut yang seolah menggantikan peran ibunya. "Apakah hatimu lega dengan mendiamkan suamimu?" tanyanya dengan lembut. Luna diam. Dia memikirkan pertanyaan dari sang nenek. Setelah itu, dia menggelengkan kepalanya. "Apakah hatimu baik-baik saja, dan bis

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 185 Sebuah Kekalahan

    "Apa anda kira jika sudah menghapus rekaman CCTV di beberapa tempat bisa memusnahkannya? Termasuk rekaman CCTV di dalam kamar perawatan."Seketika Serena membelalakkan matanya. Penuturan dari pengacara keluarga Matteo membuat jantungnya berdegup sangat kencang, takut apabila dimasukkan ke dalam sel tahanan yang akan merusak nama baik dan kehormatannya serta keluarganya. Kedua tangan wanita yang merupakan istri pertama dari Kenzo mencengkeram roknya. Ketakutannya itu bisa dibaca oleh pria yang duduk di sampingnya. "Apa anda yakin jika orang yang berada di dalam kamar tersebut adalah Nyonya Serena? Bukankah tidak ada bukti jelas atau pun saksi yang menyatakan hal itu? Lagi pula, kita tidak bisa begitu saja menyatakan bahwa itu adalah klien kami, karena kita juga tidak tahu orang itu pria atau wanita. Benar bukan?" ujar sang pengacara Serena dengan tenang. "Saya yakin kita semua bisa melihat jika orang yang berpakaian serba hitam pada rekaman CCTV itu adalah seorang wanita. Lihat saja

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 184 Menuntut dan Dituntut

    "Kamu sangat cerdik, Serena," ujar Ron Matteo setelah menyudahi tepukan tangannya. Pria tua itu beranjak dari duduknya, dan berjalan menghampiri cucu menantu pertamanya. Hal itu membuat Serena tersenyum penuh kemenangan. "Kamu benar-benar licik. Tidak salah jika kami membiarkanmu masuk ke dalam keluarga Matteo. Semakin lama, kami semakin tahu kebusukan mu," tuturnya sembari menyeringai. "Apa maksudnya, Kek?" tanya Serena layaknya orang bodoh. Sang kakek hanya tersenyum miring menanggapi pertanyaan dari istri pertama cucunya. Wanita licik itu ditatapnya seolah sedang memperingatkannya. "Kita lihat saja sejauh mana kebenaran akan terungkap."Jantung Serena berdebar dengan kencang. Dia khawatir akan nasibnya saat ini. Nama baiknya dan keluarganya telah dipertaruhkan demi meraih kejayaan nama keluarga Hogan melalui keluarga Matteo. 'Sial! Apa yang harus aku lakukan sekarang?' tanyanya dalam hati. "Apa yang sebenarnya dia lakukan pada ibuku?" Tiba-tiba semua pasang mata beralih men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status