Share

Bab 3 | Ciuman Pertama

Sorot mata pria di depannya ini sungguh membuat dirinya bergidik dan terhipnotis. Agnes bahkan tidak bisa mengalihkan pandangannya. Wanita cantik itu bahkan memaki, menyalahkan alkohol, “Alkohol sialan!” umpatnya dalam hati. Mungkin kalau dia tidak di bawah pengaruh alkohol, dia bisa menghindari pesona dari pria di depannya ini, pikirnya.

Dan sekarang pikirannya sudah tidak bisa lagi untuk mengelak, “Jadi, apa aku harus menerima tawaran anda , Tuan?” Agnes bertanya dengan suara lembut nan begitu menggoda, bahkan senyumannya terlihat begitu menawan.

Pria berhazel biru itu tersenyum tipis nan seksi, kemudian dia berbisik dengan suara beratnya tepat di telinga Agnes. Bahkan bibirnya dengan sengaja menyentuh telinga Agnes, “Aku akan senang jika kamu menerimanya. Aku ingin berdansa dengan wanita secantik dirimu. Dan, aku yakin kamu menginginkan hal yang sama denganku.”

Agnes merasakan geli di telinganya begitu nafas hangat pria itu menyapu tipis, membuatnya tersenyum dengan menggoda, nyaris tertawa. “Sepertinya, rayuan anda sudah menghipnotis begitu banyak wanita.”

Tanpa Agnes duga, pria itu menatapnya dengan tajam dan mendekatkan wajahnya. Menyentuh dagunya lalu mengecup bibirnya, sedikit basah lalu berkata, “Kamulah wanita pertama yang membuatku sampai beranjak dari dudukku. Karena, aku tidak pernah merayu wanita. Mereka akan dengan senang hati datang melayaniku.”

Agnes mengatupkan bibirnya sekilas, merasakan ciuman tadi kembali. Dia cukup bingung dengan dirinya yang tidak menendang pria ini karena sudah begitu lancang mengambil ciuman pertamanya. Bahkan dia ingin merasakan bibir itu kembali. Dengan tersenyum tipis, Agnes berbicara tepat di depan bibir pria itu, karena pria itu sendiri enggan menjauhkan wajahnya. “Mendengarnya, membuat diriku tampak begitu special di matamu.”

Dan tanpa Agnes sadari, tindakan bahkan perkataannya. Membuat pria ini semakin penasaran dengan sosoknya. Pertama kalinya ada wanita yang mengacuhkan dirinya, bahkan menyebutnya sebagai seorang perayu. Namun dia pun tidak bisa mengelak, “Hemm... Kamu sangat special.”

Pria rupawan dan tegap itu meraih dagu – mendongakkan wajah Agnes. Dan kembali mengecup bibir ranumnya. Awal yang niatnya hanya ingin mengecup. Namun dengan perlahan, kecupan itu berubah menjadi sebuah lumatan yang begitu lembut, membuat wanita cantik itu tidak dapat menolak – bahkan membalasnya.

Dilepasnya dan pria itu kembali berbicara pelan di atas bibir Agnes, “Berdansalah denganku.”

Agnes mengangguk pelan sebagai jawaban. Wanita cantik itu mengiyakan ajakan pria yang berhasil membuatnya merasakan sebuah ciuman yang begitu mendebarkan. Kemudian pria itu merengkuh pinggang Agnes, membawanya turun ke lantai dansa.

Begitu tiba di lantai dansa, pria itu melihat ke arah DJ – Disc Jockey menganggukkan kepalanya. DJ yang mengenalnya pun paham begitu melihat posisi pria itu merengkuh pinggang Agnes. Dan tiba – tiba music berganti menjadi slow motion. Lantunan irama music yang begitu pas dengan posisi mereka berdua. Memperlihatkan betapa romantisnya saat ini mereka berdansa bersama. Pria itu memeluk pinggang Agnes dengan mesra. Sedangkan Agnes sendiri dengan alami, mengalungkan tangannya di leher pria itu. Bahkan dadanya sudah rapat bersandar di dada bidang pria itu. Dengan otot lengan yang kuat, pria itu memeluk pinggang Agnes, bahkan tangan yang satunya memeluk punggung Agnes dengan kuat. Agnes yang sudah begitu lunglai karena minuman, tidak bisa lagi menyeimbangkan dirinya. Bahkan untuk berdiri pun tidak dapat ia lakukan.

Pria itu menekan punggung Agnes, membuat tubuh mereka saling berpelukan dengan mesra. Mereka saling bertatapan, keduanya enggan untuk memalingkan wajah mereka. Kemudian pria itu berbisik dengan lembut di depan bibir Agnes, “Aku belum tahu namamu, nona.”

Agnes tersenyum lembut, bibirnya melengkung dengan indah dan menjawab dengan suara pelan, “Kamu bisa memanggilku Agnes.”

“Nama yang begitu cantik dan sangat cocok dengan dirimu, cantik dan begitu percaya diri.” Jawab pria itu dengan suara pelan. Membuat Agnes kembali tersenyum, bahkan tersipu.

“Dan kamu bisa memanggilku Brice,” sambung pria itu tepat di depan bibir Agnes, yang lagi – lagi membuat Agnes tersenyum manis.

Nama yang begitu indah, sangat cocok dengan pria di depan nya ini. Sosoknya bagaikan raja – raja di Yunani. Begitu tampan dan indah. Tubuhnya yang tegap, dada yang begitu bidang dan keras, bahkan Agnes dapat merasakan otot lengan yang begitu kuat. Pesonanya sangat sulit untuk di tolak. Agnes di buat gila olehnya. Baru pertama kali dia bertemu seorang pria yang membuatnya merasakan seperti ini. Pria yang berhasil merayunya. Pria yang begitu mempesona di antara semua pria yang pernah ia temui karena perjodohan gila yang di lakukan orang tuanya. Bahkan lebih gilanya, pria ini tidak layak untuk di bandingkan dengan mereka. Pesona pria ini jauh di atas langit. Tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

Dengan senyuman indahnya itu dia menjawab dengan nada menggoda, mengusap lembut rahang tegas pria di depannya, “Namamu juga sangat indah, Brice. Nama yang begitu pantas di sematkan untuk pria sepertimu,” Agnes tidak lepas menatap mata indah itu.

Bukannya menjawab, Brice mengusap punggung Agnes dan merengkuh wanita itu. Menyambar bibir Agnes, melumatnya dengan begitu dalam dan menuntut. Agnes membuka mulutnya – membiarkan Brice menjelajah rongga mulutnya, lidah mereka saling bertaut. Agnes tidak bisa tidak membalas lumatan yang sungguh membuatnya semakin merinding. Tangan Brice menekan tubuh Agnes, meremas bokong sintal wanita itu.

Ciuman yang lembut tadi berganti menjadi ciuman yang sedikit kasar dan saling berbalas. Lidah mereka saling melilit dan menyesap. “Damn! Kau sungguh seksi Agnes. Aku tidak bisa berhenti,” gumamnya tepat di depan bibir Agnes dengan napas berat. Begitu juga Agnes yang mengambil oksigen begitu pagutan mereka terlepas. Seakan mereka tidak memedulikan orang – orang yang ada di ruangan ini. Mereka berada di dunia mereka sendiri.

Dengan dada naik turun, Agnes tersenyum. Membuat Brice kembali memagutnya. “Kamu juga begitu tampan, Brice. Euhm…” balas Agnes di sela ciuman mereka. Tangannya meremas erat lengan berotot milik Brice, sedangkan tangannya yang lain memegang dada bidang, mengusapnya dengan jari – jari lentiknya. Membuat darah Brice berdesir dengan hebat karena sentuhan itu.

Wanita cantik yang tidak pernah sekalipun berkencan itu, seolah lupa diri. Kini seakan dia berbalik menggoda Brice dengan sentuhan ringan dan senyuman menggodanya. Dadanya ia rapatkan di dada bidang Brice. Dia seolah menemukan sosok pria yang selama ini ia cari–pria yang tampan, seksi dan menggoda. Dan dia tidak ingin melewatkan kesempatan itu, pria yang bisa mengeluarkan sisi lain dari dirinya, liar.

Sentuhan ringan itu, membuat Brice semakin berani meremas kuat bokong sintal miliknya. “Aku ingin kamu Agnes. Aku ingin menghabiskan malam ini dengan wanita seksi dan cantik sepertimu,” bisiknya yang kini sudah berada di tengkuk leher Agnes, mengecupnya. Membuat tubuh Agnes meremang merasakan napas hangat Brice, kakinya pun mati rasa di buatnya.

Tubuhnya yang hampir ambruk segera di tahan oleh Brice, Agnes segera menggelayut manja di leher Brice. Dia merasakan suhu tubuhnya naik. Begitu panas. Dia merasakan gelanyar aneh untuk pertama kali dalam hidupnya. Hasrat, gairah kini sudah menguasai dirinya. Seraya menatap manik indah pria di depannya, mendekatkan wajahnya, mengecup pria di depannya, Agnes berkata, “Terdengar menyenangkan. Menghabiskan malam ini dengan pria tampan sepertimu, Brice.”

“Damn! Kau kini menggodaku, Agnes?” geram Brice dan langsung melumat kasar bibir Agnes.

“Bukannya kamu menyukainya?” bisik Agnes begitu Brice melepaskan lumatannya seraya meremas dada Brice dengan jari – jari lentiknya.

Brice menegak kasar salivanya, tubuhnya kini begitu menginginkan Agnes, dia tidak tahan berada dengan Agnes seperti ini. Tubuh Agnes terlalu menggodanya. “Shit! Aku menyukai sisi mu yang liar ini ketika kamu mabuk! Kamu sungguh seksi, Agnes.”

Agnes tersenyum, kepalanya terasa semakin berat. Kakinya yang melemah hampir membuatnya terhuyung. Brice dengan sigap memeluk tubuh wanita itu. Brice langsung membawa Agnes meninggalkan lantai dansa, menuju meja bartender. Mengambil clutch milik Agnes, serta membayar minumannya dan minuman Agnes. Setelah itu, dia merengkuh pinggang Agnes. Membawa wanita cantik itu keluar dari klub, menuju Hotel yang tepat berada di sebelah klub ini.

Sungguh sedari tadi, Brice tidak tahan melihat Agnes. Sejak pertama kali wanita itu masuk, dan menoleh ke arahnya sekilas. Mata mereka sempat saling bertemu, hanya sedetik. Namun, wanita itu malah membuang wajahnya, melanjutkan langkahnya duduk di depan bartender.

Niat awalnya untuk mencari seorang pelacur untuk ia jadikan istri pun dia abaikan. Karena sosok wanita ini, sungguh membuatnya penasaran dan tertantang. Bahkan, begitu mendengar suara dan melihat karakter Agnes, membuat Brice ingin membawa wanita itu. Menemaninya malam ini, menghabiskan malam yang panjang penuh gairah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status