Share

Kecelakaan Tragis

Author: Merry Heafy
last update Last Updated: 2025-02-04 20:35:22

BRUAK!!

"Mas, ada kecelakaan di sana!"

"Mana, mana?"

"Itu, ada motor ditabrak sama mobil!"

Warga yang berada di dekat lokasi kecelakaan sontak dibuat geger oleh suara tabrakan yang begitu kencang di tengah derasnya hujan. Suara sirine mulai berlalu lalang di di sekitar ruas jalan yang menjadi saksi tragedi malang antara satu mobil mewah dengan satu motor tua milik orang tua Savira.

Tempat kecelakaan itu saat ini sudah penuh dengan kerumunan warga sekitar. Mereka bergegas memanggil ambulans dan melaporkan kecelakaan itu agar para korban bisa segera mendapatkan penanganan medis.

"Apa yang terjadi?" Savira masih merasakan rintik hujan yang menetes di wajahnya.

Gadis itu tak bisa menggerakkan tubuhnya sedikitpun, karena bagian perut hingga kakinya terhimpit sepeda motor. Sementara Rahman, pria paruh baya itu sudah terpental jauh dan kepalanya menghantam aspal keras setelah motornya ditabrak oleh pengemudi yang melajukan kendaraan dengan ugal-ugalan.

Kejadiannya begitu cepat, hingga Rahman tak sempat menghindari hantaman mobil. Hanya dalam waktu beberapa detik, motor tua dan tubuh kurus pria paruh baya itu hancur di tengah jalan raya.

"Kasihan banget, ya? Itu bapak-bapak yang di sebelah sana udah ngeluarin darah banyak banget."

"Aku nggak kuat lihatnya. Lukanya kayaknya parah banget."

"Orang yang ada di dalam mobil itu gimana? Harusnya dia nggak kenapa-napa, 'kan?"

"Aku nggak lihat muka orang yang nabrak, tapi katanya orang yang bawa mobil itu habis minum-minum."

"Jadi orangnya mabuk? Pantas aja dia bawa mobil sampai nabrak-nabrak. Udah tahu lagi mabuk, kenapa dia masih maksain nyetir?"

"Katanya dia sendirian di dalam mobil. Harusnya sih lukanya nggak parah."

"Udah jelas korban yang luka parah pasti pengendara motornya. Kamu nggak lihat, tuh! Perempuan itu sama bapak-bapak di sana udah banjir darah."

Savira mendengar dengan jelas suara orang-orang yang bergerombol di dekatnya. Gadis itu masih bisa menjaga kesadarannya, sampai petugas tiba di lokasi kejadian. Savira ingin sekali meraih tangan ayahnya, tapi posisi Rahman terlalu jauh darinya. Savira hanya bisa menangis, berharap ayahnya bisa segera mendapatkan pertolongan.

"Ayah harus kuat!" batin Savira.

Perlahan, mata Savira mulai menutup. Gadis itu mulai kehilangan kesadaran karena Savira sudah mengeluarkan darah terlalu banyak.

Tak butuh waktu lama bagi para korban untuk tiba di rumah sakit terdekat. Savira, Rahman, dan juga satu orang pengemudi mobil yang menabrak Savira segera dibawa ke ruang gawat darurat untuk menerima penanganan medis.

Kabar mengenai laka lalu lintas tersebut langsung menyebar ke keluarga korban dengan cepatnya. Dania, istri dari Rahman, langsung menuju ke rumah sakit setelah mendapat kabar mengenai kecelakaan yang dialami oleh putri dan juga suaminya.

"Bagaimana kondisi anak dan suami saya, Dok?" tanya Dania dengan panik pada petugas medis.

"Pasien masih membutuhkan penanganan lebih lanjut. Sampai saat ini, pasien masih belum sadarkan diri."

Lutut Dania lemas. Wanita itu tak dapat menahan tangisnya, meratapi nasib buruk yang menimpa anak serta suaminya.

"Tolong selamatkan suami dan anak saya, Dok."

"Kami akan mengusahakan yang terbaik."

***

Sudah lebih dari 10 jam Savira memejamkan mata. Setelah mendapat perawatan di ruang gawat darurat, akhirnya Savira dipindahkan ke ruang perawatan intensif. Kondisi gadis itu sudah stabil dan Savira sudah berhasil melewati masa kritis.

"Savira, kapan kamu bangun, Nak?" Dania menggenggam erat tangan Savira dengan wajah putus asa.

Seharusnya Savira sudah sadarkan diri saat ini. Namun, Dania yang terus menemani Savira masih belum juga melihat putrinya siuman.

"A-ayah ...."

Tiba-tiba, Dania dikejutkan oleh suara putrinya yang masih terbaring lemas di ranjang pasien. Pelan-pelan, Savira membuka mata dan melihat sosok ibunya yang berdiri di hadapannya.

"Savira, kamu sudah sadar, Nak?" Dania benar-benar bersyukur, akhirnya putrinya membuka mata.

Wanita paruh baya itu memeluk putrinya dengan manik mata berkaca-kaca. "Syukurlah, Kamu udah bangun. Ibu benar-benar khawatir sama kamu."

Savira celingukan, memandangi ruangan asing yang ditempati olehnya saat ini. "Aku ada di mana, Bu?" tanya Savira.

"Kamu ada di rumah sakit sekarang, Nak."

"Ayah mana? Kenapa Ayah nggak ada di sini? Ayah di mana, Bu?" Savira mulai panik dan histeris, begitu ia sadar dirinya berada di ruangan itu hanya bersama dengan ibunya.

"Ayah pasti masih di jalan, Bu! Kita harus jemput Ayah sekarang! Ayah butuh pertolongan, Bu! Ayah ngeluarin banyak darah dan—"

"Tenang dulu, Savira!" Dengan sabar, Dania berusaha menenangkan putrinya yang kalang kabut.

"Bu, kenapa kaki aku nggak bisa digerakin?" tanya Savira kembali panik. Setelah histeris mencari sang ayah, gini Savira dibuat gugup karena ia tak bisa menggerakkan tubuh bagian bawah.

Savira merasa tubuhnya masih terhimpit motor. Gadis itu terlihat begitu kesulitan saat ia mencoba menggerakkan tubuhnya.

"Kaki aku kenapa, Bu? Kenapa aku nggak bisa gerak? Kenapa rasanya berat?"

Dania mengusap kepala Savira dengan lembut, kemudian memeluk putrinya itu seerat mungkin. "Kamu harus sabar, Savira! Kamu harus tabah."

"Apa yang terjadi sama aku, Bu? Kaki aku masih ada, 'kan? Aku masih punya dua kaki, 'kan?"

Air mata Dania mengucur makin deras. "Kedua kaki kamu masih utuh, Savira. Tapi Dokter bilang, kemungkinan besar tubuh kamu bagian bawah ... akan mengalami kelumpuhan," ungkap Dania diiringi tangis pilu.

Kecelakaan yang dialami Savira benar-benar menjadi malapetaka bagi gadis itu. Beberapa jam yang lalu, Savira masih bisa berlarian dengan menggunakan kedua kakinya. Namun, hanya dalam waktu sekejap, Savira langsung berubah menjadi gadis lumpuh yang tak bisa menggerakkan kakinya dengan bebas lagi.

"Aku ... lumpuh?"

Savira lemas. Gadis itu tak mampu berkata-kata. Kesedihannya saat ini tak bisa diutarakan dalam bentuk kata.

Savira menangis tanpa bersuara. Gadis itu membalas pelukan dari ibunya tak kalah erat.

Pikiran Savira mulai teralihkan sejenak. Savira tak lagi berteriak mencari ayahnya, tapi gadis itu saat ini mulai sibuk meratapi nasibnya yang akan melanjutkan hidup dengan kaki lumpuh.

"Kamu harus tetap kuat, Savira. Ibu akan selalu ada di samping kamu," ucap Dania.

Savira menangis cukup lama. Gadis itu masih berusaha untuk menerima kenyataan.

Savira tak bisa menyalahkan takdir. Ia harus menerima cobaan ini dengan ikhlas. Setidaknya, Savira masih bisa selamat dari maut usai mengalami tabrakan hebat di jalan raya.

"Kondisi Ayah gimana, Bu?" tanya Savira setelah gadis itu berhasil mengendalikan diri.

Dania bungkam. Ekspresi murung di wajah wanita itu terlihat begitu jelas.

"Ayah baik-baik aja, 'kan? Apa Ayah juga lumpuh sama seperti aku?" tanya Savira.

Dania tak mampu menatap mata putrinya. Wanita itu berusaha keras menahan tangis di depan Savira.

"A-ayah kamu ... ayah kamu sudah meninggalkan kita semua. Ayah sudah pergi untuk selamanya."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Ending

    "Kamu baik-baik aja selama di sini?" tanya Refal, berusaha mencari topik pembicaraan selama di perjalanan."Alhamdulillah, semuanya baik-baik saja," jawab Savira singkat. Tanpa mengalihkan pandangannya dari kaca jendela mobil.Refal tersenyum simpul mendengar jawaban itu, ia sedikit sedih mendapati Savira yang hanya diam bahkan berusaha menghindari kontak mata dengannya. Wanita itu hanya memusatkan pandangannya ke luar jendela bahkan saat Refal mengajaknya berbicara.Refal tetap bersabar karena dengan begitu pun ia merasa senang karena akhirnya bisa berada satu mobil dengan Savira, lelaki itu pun sengaja memelankan mobil dengan alasan jalan kecil dan berkerikil.Hingga dengan helaan napas panjang, Refal kembali berkata. "Maafkan aku ....""Untuk?" tanya Savira."Karena selama ini udah banyak menyulitkanmu," lanjut Refal.Savira kembali terdiam, memilah perkataan apa yang ingin ia ucapkan. Meski banyak sekali hal yang ing

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Luluh

    Setelah pertemuan tak terduga di kota kecil itu, Refal kini bertekad untuk memperbaiki segalanya. Kali ini, ia tidak hanya ingin meminta maaf tetapi juga ingin menunjukkan rasa cintanya yang baru ia sadari begitu mendalam terhadap Savira.Hari-hari Refal di kota itu berubah drastis. Ia mencari cara untuk terus bertemu Savira tanpa mengganggu ruang pribadinya. Mulai dari alasan-alasan kecil, seperti memberikan dokumen terkait bisnis, hingga sengaja muncul di tempat-tempat yang biasa Savira kunjungi. Namun, semua dilakukan Refal dengan penuh kehati-hatian agar tidak membuat Savira merasa terganggu dengan kehadirannya."Aku tahu aku terlambat, tapi aku akan menunggu," gumam Refal.Lelaki itu duduk sendiri di apartemennya, memandangi foto Savira yang diam-diam ia simpan selama ini. Setiap kali bertemu, Refal berusaha menunjukkan sikapnya yang hangat. Ia tidak lagi menyembunyikan rasa cintanya, meski Savira seringkali memilih untuk menjauh. Namun, Ref

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Tak Terduga

    Sudah berbulan-bulan berlalu sejak Savira meninggalkan hidupnya. Refal terus mencari dengan segala cara. Ia menyewa tim profesional, membayar orang bayaran, bahkan mencoba menghubungi orang-orang yang mungkin memiliki koneksi dengan Savira. Namun, semua usahanya sia-sia. “Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi tidak ada yang bisa ditemukan, Tuan Muda,” ucap salah satu orang bayaran yang ia sewa, dengan nada pasrah. “Mungkin nyonya Savira memang berusaha menyembunyikan identitasnya sehingga siapa pun tidak akan bisa menemukannya.""Mungkin? Kalian cuma bisa mendasari semua itu dengan kata mungkin, hah?!" Kata-kata itu membuat Refal murka. “Bagaimana bisa kalian mudah sekali menyerah? Bukankah saya membayar kalian cukup mahal untuk menyelesaikan ini?!” “Kami sudah mencoba sesuai kemampuan kami, Tuan. Semua kemungkinan telah kami periksa, tetapi nyonya benar-benar hilang tanpa jejak.” Refal hanya bisa menggeram kesal sambil menggengg

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Sesal yang Terlambat

    Di tengah situasi yang sedang genting, Rosnita dan Luna tampak lebih sering berbicara tentang rencana besar mereka. Di meja makan, suara tawa Luna bergema. “Akhirnya kak Rania pulang juga ke Indonesia. Aku udah nggak sabar kalo kak Refal nikahin kak Rania,” seru Luna penuh semangat. Rosnita mengangguk setuju. “Pasti, dong. Mama juga udah nggak sabar punya menantu secantik dan terkenal kayak Rania. Dia jauh lebih cocok daripada gadis kampungan itu. Kita harus segera berbicara dengan Papa tentang ini," ucapnya tanpa peduli apakah Savira akan mendengar ucapan menusuknya itu atau tidak. Namun, mereka tidak tahu bahwa Rania telah diusir bahkan dijauhi oleh Refal beberapa hari lalu. Refal yang murka setelah mengetahui kebohongan Rania kini sedang mencoba merapikan pikirannya di tempat lain, menjauh dari semua orang, termasuk keluarganya sendiri. Sedangkan Savira kini tetap menjalani rutinitasnya dengan tenang. Setiap pagi, ia berangkat ke butik u

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Bersiap Pergi

    Setelah keputusan Savira tentang keinginannya mengakhiri pernikahan dengan Refal bulat, Adrian bergerak cepat. Ia segera menghubungi pengacara keluarga dan memulai proses perceraian Savira dan Refal. Semua dokumen sudah disiapkan dengan rapi tanpa sepengetahuan Refal. Savira hanya menunggu waktu untuk menandatangani surat-surat itu."Maaf, Tuan. Apa sebaiknya kita beri tahu dulu pada tuan muda? Bagaimanapun juga perjanjian ini melibatkannya juga," ucap Rendra, seorang pengacara yang sudah lama bekerja sama dengan keluarga Adrian.Adrian pun mengangguk. "Aku sudah berusaha, tapi dia sulit dihubungi. Sekretarisnya juga bilang kalau Refal sedang sibuk. Jadi, kupikir kita akan beri tahu dia nanti. Aku juga tidak mau kalau hal ini akan mengganggu urusannya di kantor. Dia juga pasti akan mendukung keputusan ini, jadi harusnya tidak akan ada masalah di lain waktu.""Baiklah, Tuan." Rendra pun mengangguk paham.Sementara itu di butik, Savira mencoba menja

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Aib

    "Ayo ke dokter! Aku akan mengantarmu." Refal sigap menawarkan bantuan dan mendekati Rania."Nggak!" Rania sontak berkata dengan lantang, "a-aku baik-baik aja, nggak perlu ke dokter."Rania duduk gelisah di sofa ruang kerja Refal, memegangi perutnya yang terasa mual. Pandangan Refal menatap tajam ke arah wanita yang selama ini menjadi pusat pikirannya, meski hatinya mulai meragukan semua hal tentang Rania. "Sungguh? Kamu beneran baik-baik aja?" tanya Refal dengan nada tegas. Rania tersentak. Mulutnya hendak menjawab, tetapi gelombang mual yang tak tertahankan tiba-tiba menyerangnya. "Maaf, tapi aku harus ke toilet!" katanya terburu-buru sambil berlari keluar ruangan. Refal hanya bisa menghela napas, bingung dengan perilaku Rania yang tampak tidak biasa. Ketika Rania berjalan tergesa-gesa, tasnya jatuh ke lantai dengan keras, isinya hampir berserakan. Refal menatap tas yang terbuka itu, awalnya enggan untuk menyentuhnya. Na

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status