Share

Bab. 7 Kebencian Anggraini

Diruang tamu yang penuh dengan kemewahan dunia, Zidan duduk santai sambil meneguk kopi yang ada di depannya. Tak ada rasa penyesalan atas apa yang baru saja terjadi di rumahnya. Ia santai sambil sesekali memainkan gawainya

"Zi-dan. Seharusnya kamu tidak melakukan itu pada Laila. Kasian, dia baru saja melahirkan anakmu." Tiba-tiba Fernando mendekati anaknya untuk berbicara dari hati ke hati. Susah payah ia berbicara karena kondisinya yang sudah tidak bugar dan muda.

"Sudah lah Pah. Bukannya Papa sendiri yang memberikan surat perjanjian itu saat pernikahan kami. Kenapa sekarang Papa justru menyesal?" tanya Zidan bingung.

"Bukan begitu. Papa hanya tidak mau kamu mengikuti kebudayaan kita yang dulu. Sudah lah hidup normal saja. Papa tidak mau kamu menyesal. Jangan lagi ikuti tradisi kita yang menginginkan anak pertama perempuan itu. Papa tidak mau menyakiti hati banyak orang lagi," balas Fernando, meski ia terlihat lemah. Namun, berusaha menjelaskan perkataannya dengan baik agar mudah dipahami.

"Biarlah Pah. Aku juga sudah tidak butuh gadis desa itu! Aku sudah bosan. Lebih baik aku cari yang baru," kata Zidan menganggap enteng. Ada senyuman tak bersalah di wajah Zidan.

"Tapi ..."

"Sudah lah Pah. Aku malas berdebat soal tidak penting!" Zidan tak memperdulikan perkataan ayahnya. Ia melenggang pergi dari ruang tamu itu.

"Pah, jangan ikut campur urusan anakmu!" Baru saja Zidan pergi, tiba-tiba Anggraini keluar kamar dan ikut membela anaknya yang bersalah. Ini yang membuat Fernando tak bisa berkutik.

"Bukan begitu Mah, tapi ..."

"Tapi apa sih Pah? Aku itu heran sama kamu. Kok bisa-bisanya menikahi anak kita dengan gembel! Udah tau gadis itu anak dari pegawai buruh kita, pegawai rendahan. Tapi kenapa mudah menikahkan Zidan dengannya. Apa levelmu sudah turun, Pah?" tanya Anggraini dengan sombong.

"Bukan begitu Mah. Papa cuma tidak mau Zidan menyesal! Mama lupa, bagaimana Jonathan menyesal telah menceraikan istrinya dulu. Aku tidak memilih Laila untuk menjadi pendamping Zidan. Bukankah Zidan sendiri yang memilih? Apa salahnya sebagai orang tua aku merestui mereka. Toh, Laila gadis yang baik," balas Fernando memberi pengertian pada istrinya.

"Tapi aku tidak suka dengan gadis kampungan itu, Pah. Dia itu cuma jadi benalu di hidup kita!" teriak Anggraini.

"Lantas gadis mana yang kamu sukai Mah. Dulu Jonathan menikahi gadis terhormat dari kalangan sepadan dengan kita, ia juga melahirkan anak pertamanya laki-laki dan berakhir perceraian. Apa kamu lupa soal itu?" balas Fernando tak mau kalah.

"Itu semua memang harus dilakukan bukan! Siapapun yang melahirkan anak pertama laki-laki, maka harus tersingkir dari keluarga Fernando. Itu sudah tradisi nenek moyang dan tidak bisa diganggu gugat!" balas Anggraini dengan mata tajam mengarah ke suaminya.

Anggraini masuk ke dalam kamar mandi dengan amarah menggebu-gebu. Ia marah karena suaminya membela gadis gembel itu.

Bruuuuugh.

Anggraini membanting pintu kamar mandi dengan kuat, ia murka karena perdebatan sengitnya bersama sang suami itu, ia merasa suaminya seperti di pelet oleh Laila hingga berani beradu argumen dengannya.

"Awas kamu Laila! Kamu akan menyesal telah membuat Suamiku berdebat denganku!" ancam Anggraini menatap nyalang pantulan wajahnya di depan cermin yang berada tepat di depannya, ia pun mengepal kedua tangannya, seakan Laila berada tepat di depannya.

Ia geram sekaligus membenci Laila, bahkan dalam hatinya hanya ada keinginan menyakiti meski Laila sudah terusir dari rumahnya

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status