Share

Sebuah keyakinan

Author: Aprilia Choi
last update Last Updated: 2022-12-21 21:58:02

Setelah berbincang beberapa saat, April sepakat untuk mencoba memperkerjakan Andra terlebih dahulu sebelum memutuskan akan terus memakai jasanya atau tidak.

“Baik Pak Andra, besok Anda sudah bisa mulai bekerja ya. Saya akan memberi waktu percobaan selama tiga bulan, setelah itu akan saya putuskan bagaimana selanjutnya.”

Andra mengangguk pelan. “Terima kasih banyak Bu Aprilia atas kesempatan yang Ibu berikan kepada saya. Saya akan bekerja sebaik mungkin dan tidak akan mengecewakan Ibu,” sahutnya sambil tersenyum dan membetulkan kaca matanya.

“Boleh saya bertanya sesuatu?”

“Silakan, Bu.”

“Anda asli orang sini? Pernah ke Indonesia sebelumnya? Apa Anda mempunyai saudara kembar?” cecar April membuat Andra menautkan alisnya. Merasa bingung dengan rentetan pertanyaan yang diajukan oleh atasan barunya itu.

“Maaf sebelumnya Bu, tapi di data yang saya berikan pada perusahaan ini semuanya sudah lengkap dan Anda bisa membacanya di sana,” tolak Andra sesopan mungkin.

“Hmm maaf ya, saya hanya merasa kalau kamu mi—“ April tidak meneruskan perkataannya, perempuan itu menghela napas dalam seraya mengusap wajahnya.

Andra memberikan April segelas air putih yang terletak di atas meja. “Silakan Anda minum dulu, Bu.”

April menerima gelas itu, lagi-lagi mata mereka saling beradu pandang. Menimbulkan perasaan tersendiri di hati April, entah mengapa ia melihat pria di hadapannya seperti sosok suaminya, Alan.

“Ya Tuhan, perasaan apakah ini. Dia bukan Alanku tapi mengapa setiap menatap ke dalam matanya, aku seperti sedang berhadapan dengan Alan,” batin April sambil menatap Andra tak berkedip.

Andra berdeham, membuat April tersadar dari lamunannya lalu meminum air pemberian pria itu sambil sesekali melirik ke arah pria di hadapannya yang sangat mirip dengan suaminya.

“Apa ada yang bisa saya kerjakan untuk Anda?” tanya Andra sambil sesekali membetulkan letak kaca matanya.

April menggeleng pelan. “Tidak ada, jam kantor sudah berakhir. Anda bisa pulang dan mulai bekerja besok, Pak Andra.”

“Baik Bu, kalau begitu saya permisi,” pamit Andra sambil beranjak, bersalaman dengan April kembali lalu melangkah pergi meninggalkan ruangan atasan barunya itu. “Huh, lega rasanya,” gumamnya dalam perjalanan pulang.

April memijit pelipisnya yang terasa pening karena pertemuannya dengan Andra, asisten barunya yang sangat mirip dengan Alan.

“Kamu kenapa, Pril?” tanya Andrew sambil memasuki ruangan April.

April menggeleng pelan. “Tidak papa Kak, hanya sedikit pusing.”

Andrew mengambil duduk di samping April, menempelkan tangannya pada kening adik iparnya itu. “Apa kamu sakit? Mau kuantar ke dokter?” tawarnya dengan khawatir.

April mengalihkan tangan Andrew dari keningnya. “Aku tidak papa Kak, sungguh,” sahutnya sambil tersenyum tipis. “Di mana yang lain?”

“Ya sudah, kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk meminta bantuanku. Zac dan Dafa sudah pulang lebih dulu, katanya ingin segera sampai apartemen untuk beristirahat,” terang Andrew.

“Iya Kak, ya sudah kalau begitu kita pulang juga. Aku akan bersiap sebentar,” ujar April beranjak dari duduknya lalu bersiap untuk segera pulang bersama Andrew.

**

“Andra, bagaimana wawancara kerjamu? Apa kamu diterima bekerja kembali di sana?” tanya Alex.

Andra mengangguk antusias. “Tentu saja, sudah kubilang kan. Aku akan kembali ke sana, terima kasih ya kalian telah banyak membantuku selama ini,” ucapnya lalu tersenyum.

“Sama-sama, kami senang bisa membantumu meraih kembali apa yang seharusnya menjadi milikmu,” sahut Lucia dengan merangkul lengan suaminya, Alex.

“Semua ini baru permulaan Lucia, perlahan namun pasti aku akan kembali mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milikku,” ujar Andra dengan tersenyum penuh misteri.

“Baiklah, mari kita makan malam bersama untuk merayakan ini,” ajak Alex.

Andra dan Lucia mengangguk setuju, lalu mereka bertiga menghabiskan waktu untuk makan malam bersama.

**

Andrew sedang mengendarai mobil bersama April yang duduk di kursi sebelahnya. Sepanjang perjalanan, April hanya melamun dan menatap keluar jendela dengan tatapan sendu seperti memikirkan sesuatu yang amat berat.

“April ...” panggil Andrew dengan lembut seraya memegang jemari April, membuat wanita itu tersadar dari lamunan lalu menatap ke arahnya.

“Ya, Kak? Apa sudah sampai?” tanya April sambil mengedarkan pandangan namun mereka masih berada di tepi jalan, karena Andrew menepikan mobilnya.

“Belum, aku sengaja berhenti karena sedari tadi hanya melihatmu yang melamun. Apa kamu ada masalah?” tanya Andrew hati-hati, namun lagi-lagi hanya gelengan yang ia dapati dari mantan tunangannya itu.

“Lalu kenapa diam saja? Apa masih sakit?” tanya Andrew lagi, ia berniat menyentuh kening April namun dengan sigap wanita itu mundur perlahan. “Hmm, maaf ...” gumamnya.

“Aku tidak papa, Kak. Lebih baik kita pulang sekarang, semuanya pasti sudah menunggu.”

“Tapi Pril, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu.”

April menghela napas kasar. “Baiklah, katakan saja Kak,” ucapnya tak sabar karena ingin segera pulang.

Andrew akan membuka mulut sebelum deringan ponsel April menghentikan niatnya. “Maaf ya, aku angkat dulu,” ucap April lalu menerima telepon yang ternyata dari Zac.

[Kalian kenapa belum pulang? Ini Alana menanyakan kamu terus.]

[Iya maaf Kak, sebentar lagi kami sampai. Tunggu ya.]

Panggilan mereka akhiri, Andrew tidak jadi mengutarakan perasaannya dan akhirnya mereka pun segera pulang.

**

Usai makan malam dan menidurkan Alana, April menghampiri Dafa yang sedang bersantai di balkon apartemennya.

“Dafa, bisa minta waktunya sebentar?” tanya April seraya menguncir rambutnya.

Dafa membetulkan posisi duduknya lalu mempersilakan April duduk di sampingnya.

“Ada apa Bu CEO? Apa kita mau membahas soal rapat tadi pagi?” tanya Dafa sambil bertopang dagu.

“Tidak ... bukan itu yang ingin aku bicarakan, ini tentang ... Andra.”

“Andra? Asisten pribadi kamu, memang ada apa?”

“Apa kamu sudah pernah bertemu dengan dia sebelumnya?”

“Pernah, beberapa kali.”

“Lalu?”

“Lalu kenapa memangnya?”

April mendesis kesal. “Isssh ... kamu ini ya. Memang kamu tidak sadar kalau wajahnya itu sangat mirip dengan Alan?” tukasnya.

Dafa mengernyitkan keningnya. “Apa iya? Ah, itu perasaan kamu saja. Jelas mereka berbeda,” kilahnya.

“Dafa aku serius, coba kamu perhatikan lagi. Kalau saja rambutnya tidak ikal, tidak memakai kaca mata tebal dan tidak berkumis, dia terlihat sangat mirip dengan Alan aku sangat yakin itu,” ujar April tegas.

“Tidak April, itu tidak mungkin. Andra dan Alan adalah dua pria yang berbeda,” kilah Dafa sedikit gugup. “Sudah ya aku mengantuk, besok harus ke bandara pagi-pagi sekali,” pamitnya lalu secepat mungkin meninggalkan April.

“Kenapa dia selalu menghindar? Aku yakin Andra itu sangat mirip dengan Alan,” gumam April sambil mengetuk-ngetuk dagu dengan satu tangannya.

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Janda Kembang Sang CEO   Epilog

    “Cla—Clara ....”Panggilan dari Luna membuat semua mata tertuju pada dirinya dan Clara yang mau tak mau menoleh padanya. Clara menatap Luna dengan pandangan datar dan sorot mata yang begitu menyimpan luka. Luna sangat tahu hal itu, untuk itu ia ingin meminta maaf dan memperbaiki hubungan mereka.“Clara aku ingin ... meminta maaf padamu,” ucap Luna hati-hati dengan pandangan sendunya pada Clara.Clara hanya menghela napas dalam lalu mengangguk perlahan. “Kamu ... mau memaafkanku?” tanya Luna lagi karena tak kunjung mendapat jawaban dari Clara. “Aku tahu semua ini tak mudah untukmu dan juga aku, tapi aku harap ... kamu mau berbesar hati memaafkan aku dan kita bisa bersahabat seperti dulu lagi,” ucapnya penuh harap.Clara berdiri berhadapan dengan Luna, lalu dengan sedikit canggung memeluk wanita itu membuat semua dalam ruangan tersenyum melihat mereka.“Aku bukan malaikat, tapi aku juga bukan makhluk yang tak berperasaan. Aku sudah memaafkanmu, aku juga ingin hubungan kita bisa m

  • Pesona Janda Kembang Sang CEO   Sebuah akhir

    Lima tahun berlalu...Ada yang pernah mengatakan bahwa waktu dapat menyembuhkan luka. Hal itu ternyata benar adanya, seiring berjalannya waktu Clara dapat menerima kenyataan bahwa suaminya memiliki anak dari perempuan lain. Kini, ia telah memaafkan dan menerima kembali Dafa untuk menjadi suaminya.Waktu benar-benar mengubah segalanya, perlahan namun pasti Luna diterima dengan tangan terbuka oleh ibu mertuanya. Bu Amelia sadar, dirinya tak bisa egois karena kekuatan cinta Andrew dan Luna dapat meruntuhkan kerasnya hati wanita paruh baya itu. Kini, mereka hidup bersama saling menyayangi satu sama lain. Ditambah dengan kehadiran buah hati Luna dan Andrew, meski bukan keturunan langsung dari keluarga mereka. Namun tetap tak mengurangi kasih sayang untuk gadis kecil yang diberi nama Anna Dawson tersebut.Sekali lagi waktu telah membuktikan bahwa dengan kesabaran dan keikhlasan untuk menerima segala ujian, dapat membuat Emily terbebas dari penyakitnya dan kini dirinya tengah mengandung a

  • Pesona Janda Kembang Sang CEO   Hukuman yang setimpal

    “Terima dan akui saja kesalahan Anda, mungkin dengan begitu Anda bisa mendapat sedikit keringanan hukuman. Bukan begitu Bapak ... Stefan?” sindir Alan dengan tersenyum sinis.“Kurang ajar kamu! Kamu pasti sengaja menjebakku kan!” tuding Stefan pada Alan yang kini sedang merangkul April. “Tolong percaya padaku Pril ... ini semua tidak benar, aku tidak bersalah. Ini hanya jebakannya saja,” pintanya dengan memelas.April menggeleng pelan. “Maaf Stefan, awalnya memang aku tidak percaya kamu sejahat itu. Tapi suamiku telah menunjukkan semua buktinya, selamat menikmati masa hukuman kamu yang sudah membuatku berpisah dari suamiku selama ini,” balasnya dengan wajah datar.“Tidak Pril, kumohon tolong bebaskan aku ...” pinta Stefan dengan tatapan sendunya.“Segera bawa dia, Pak,” pinta Alan dan petugas segera memasukkan Stefan ke dalam mobil polisi.“Tidak, saya tidak bersalah! April tolong ....”Mobil pun berlalu, April dan Alan saling berpelukan. Akhirnya kejahatan Stefan telah berakhir

  • Pesona Janda Kembang Sang CEO   Merindukanmu

    “Maksud kamu apa?” tanya Andrew yang tidak sengaja lewat dan mendengar pembicaraan April dengan Stefan.“Kak Andrew?” “A—Andrew?”April dan Stefan sama-sama terkejut dengan kedatangan Andrew yang tiba-tiba. Namun April merasa beruntung karena kakak iparnya itu selalu datang di waktu yang tepat. Andrew berjalan menghampiri mereka lalu mengulangi kembali pertanyaan yang ia ajukan sebelumnya pada Stefan.“Ti—tidak ada maksud apa pun hanya bercanda,” kilah Stefan dengan gugup diiringi senyuman yang dipaksakan.“Jangan kamu kira bisa seenaknya bercanda di sini ya, terlebih dengan April. Berani kamu menggodanya lagi, kamu akan berurusan denganku,” tutur Andrew dengan tatapan tajamnya.Stefan hanya bisa mengangguk tanpa membantah, kemudian pria itu pun berpamitan untuk kembali ke kamarnya.“Sudah Kak, aku rasa ini hanya salah paham. Tapi ... terima kasih sudah membelaku,” ucap April tulus.“Ingat kataku dulu? Jangan pernah ucapkan terima kasih padaku, sudah seharusnya aku melakukan

  • Pesona Janda Kembang Sang CEO   Seandainya

    “Aku sangat merindukan istri dan putriku, apa kabar mereka sekarang ya,” gumam Alan yang baru saja pulang dari kantor polisi untuk memberikan bukti tentang kejahatan Stefan.Merasa tak mampu lagi membendung rindunya, Alan memutuskan untuk menghubungi sang istri terlebih dahulu.[Sayang ... aku sangat merindukanmu. Kapan kamu akan kembali?][Dia tidak merindukanmu, jadi teruslah saja berharap karena dia tidak akan kembali.][Apa maksudmu? Kenapa ponsel April bisa berada padamu. Ke mana dia?][Sabar, tenanglah ... dia aman bersamaku, aku dan April akan segera meresmikan hubungan kami. Jadi mulai sekarang jangan pernah ganggu April atau pun Alana lagi.]Tut!Panggilan telah dimatikan sepihak oleh Stefan begitu saja. Membuat Alan merasa geram dan khawatir tentang apa yang sedang terjadi pada istri dan anaknya.“Apa yang sebenarnya terjadi di sana? Mengapa perasaanku jadi gelisah seperti ini?” gumam Alan sambil berjalan mondar-mandir di ruang tamu apartemennya.**“Apa yang kamu

  • Pesona Janda Kembang Sang CEO   Rapat keluarga

    Kini anggota keluarga Dawson dan Alexander tengah berkumpul di ruang tamu—rumah milik keluarga Dawson. Semua mata tertuju pada Luna yang hanya bisa menunduk sambil menangis dengan tersedu, sementara April duduk di samping wanita itu sambil berusaha menenangkannya.“Sudah tidak perlu berakting lagi, cepat mengaku saja kepada kami. Benarkan yang diucapkan lelaki itu tadi?” tukas bu Amelia dengan pandangan yang sinis pada Luna, kedua tangannya bersedekap di depan dada.“Sabarlah Ma ... tenang dulu,” tutur pak George berusaha meredam emosi istrinya.Sementara Andrew memilih duduk di samping April, matanya enggan menatap pada Luna yang tengah diadili oleh keluarga besarnya. Pria itu juga sedang berusaha meredam amarahnya, hatinya terasa hancur saat mengetahui kekasih hatinya telah hamil dengan lelaki yang tak lain adalah teman dekatnya yang sudah dianggapnya seperti keluarga sendiri.Luna berusaha menjawab, dengan bibir bergetar menahan agar isak tangisnya tak semakin menjadi. “Maaf ..

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status