Share

Tawaran Dita

Dan sosok bercelana pendek itu reflek membelalakkan matanya saat tahu apa pekerjaan yang Gita tawarkan padanya.

"Mbak... Bilang apa tadi?"

Gita tersenyum misterius, sementara Clarissa hanya bisa tercengang dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Kamu butuh uang banyak dalam waktu cepat kan? Hanya dengan bekerja seperti 'itu' kami bisa mendapatkan banyak uang.

"Tapi jadi wanita panggilan— aku tidak bisa melakukannya, Mbak." Sasa terlihat enggan menerima ajakan Gita. Dia memang butuh uang, tapi tidak dengan menjadi pekerja malam. Mungkin akan mudah untuknya mendapatkan uang yang banyak. Tapi, tetap saja itu sangat bertentangan dengan dirinya. Terlebih dia seorang ibu sekarang. Mana mungkin dia membiayai anaknya dengan uang haram semacam itu.

Gita agak kecewa mendengar keputusan Clarissa. Bagaimana pun juga, perempuan muda di depannya ini punya tubuh dan wajah yang akan sangat 'laku' dikalangan para pria. "Kamu yakin? Ini hanya sebentar saja kok, setidaknya sampai hutang kamu lunas. Lagipula apa kamu senang kalau anak kamu sampai di ambil para rentenir itu? Kamu tidak kasihan apa sama dia?" tanya Gita sambil menunjuk bayi mungil dalam gendongan Clarissa.

Lagi-lagi, perempuan berkemeja putih itu hanya bisa terdiam. Ucapan wanita itu ada benarnya. Dia sangat tidak ingin kehilangan anaknya hanya karena hutang yang tidak bisa dia bayar. Tapi, mengambil jalan pintas dengan bekerja seperti itu juga tidak bisa ia terima dengan mudah.

Melihat Sasa tampak gamang dengan keputusannya, akhirnya Gita berkata, "Ya sudah, kalau kamu masih bingung. Mungkin kamu butuh waktu untuk memikirkannya. Karena memang, tidak gampang untuk seseorang yang baik seperti kamu masuk ke dunia seperti ini."

Clarissa hanya menatap Gita sambil menunggunya menyelesaikan ucapannya.

"Kamu tidak perlu terus menerus bekerja seperti ini, hanya sampai hutang kamu lunas saja, Clarissa."

Perempuan bernama lengkap Clarissa Andari itu lagi-lagi hanya bisa bergeming di posisinya. Tak tahu harus berkata apa. Logikanya sebagai manusia biasa memang sedikit tertarik dengan tawaran Gita Maheswari. Tapi dia tak mungkin memasuki dunia malam seperti itu sedangkan kehidupannya tergolong normal sebelumnya.

"Aku akan memberikan waktu untuk kamu berpikir, jadi kalau semisal kamu berubah pikiran, kamu tahu kan harus menemui aku ke mana." Selesai dengan urusannya, Gita pun pamit dari hadapan Clarissa. Meninggalkan perempuan itu dan kembali ke rumahnya.

Clarissa benar-benar berada di dalam pilihan yang sulit sekarang ini.

***

/"Setiap ditagih selalu bilang tidak punya uang-tidak punya uang! Kamu mau saya usir?! Pokoknya, kalau sampai bulan depan kamu belum juga bayar! Siap-siap kamu angkat kaki dari rumah ini!"/

/"Seminggu lagi, kami ke sini untuk mengambil uang itu. Kalau sampai uangnya tidak ada, kami bisa ambil anak kamu itu dan menjualnya ke pasar gelap!"/

/"Aku punya satu tawaran, bagaimana kalau kamu bekerja sebagai 'teman tidur' para pria kaya."/

"Shhh..." Perempuan berdaster motif bunga-bunga itu hanya bisa memijat pelipisnya. Dia tidak tahu harus mengambil keputusan seperti apa. Banyak hal yang terus menganggu pikirannya. Terlebih karena masalah uang. Ia butuh banyak uang untuk melunasi biaya sewa kontrakan, hutang-hutang yang Anggara tinggalkan dan juga biaya hidupnya dan Sang anak. Jika mengingat semua itu, kepala seakan nyaris pecah. Apalagi sudah tiga hari berkeliling kota, namun belum ada tempat yang mau menerimanya sebagai pegawai.

"Ya Tuhan, aku harus bagaimana?" Ia mengusap wajahnya, frustrasi. Disaat susah begini, tidak ada satupun orang yang bisa dia mintai tolong.

Saat dia sedang melamun, tiba-tiba saja terdengar suara deru mesin mobil dari halaman depan. Penasaran, dia pun memilih untuk mencari tahu mobil siapa itu.

Dan Clarissa sempat terkejut saat melihat Gota turun dari sebuah mobil sedan mewah dengan membawa banyak sekali tas belanjaan di tangannya. Bukan cuma itu saja, dengan mata kepalanya sendiri, perempuan berambut sepunggung itu dapat melihat bagaimana mesrahnya seorang Gita Maheswari dengan pria berjas yang sepertinya cukup kaya raya.

"Dia pulang dengan siapa? Apa itu pelanggannya?" tanya Sasa pada dirinya sendiri. Dia tidak mau berprasangka buruk, tapi penampilan seksi Gita dan ajakan wanita itu tempo hari membuatnya berpikir ke arah sana.

Lagi-lagi, Clarissa hanya bisa mengusap wajahnya. Melihat hidup Gita yang seperti itu membuat ia berpikir cara instan untuk mendapatkan uang. Tapi jika memikirkan karma dan dosa, ia juga tak kalah takut.

"Tidak! Tidak! Aku tidak boleh melakukan hal semacam itu. Apa kata orang-orang nantinya kalau tahu apa pekerjaanku. Apalagi, baby Al. Dia pasti sedih seandainya tahu kalau ibu bekerja sebagai PSK." Clarissa menepuk-nepuk wajahnya. Mencoba untuk berpikir positif dan tidak tergoda oleh tawaran Gita.

"Besok aku akan mencoba mencari pekerjaan baru— semoga aku mendapatkannya besok—" Clarissa sudah bertekad dalam hati, dia tidak akan masuk ke lubang hitam itu apapun yang terjadi.

*

*

*

Keesokan paginya...

Seperti hari yang sudah-sudah, perempuan 23 tahun berparas ayu itu sudah bersiap untuk pergi mencari kerja kembali. Tak lupa mengenakan kemeja putih dan celana kain hitam seperti sebelumnya.

Sosok cantik tersebut baru bersiap untuk menggendong Sang anak untuk dia ajak berkeliling saat tanpa sengaja, ia merasakan badan bayinya lebih hangat dari yang biasanya.

"Baby... Kamu kenapa?" Dengan sedikit panik, Sasa menyentuh pipi dan kening bayi laki-lakinya. "Astaga, kamu demam—" Menyadari jika anaknya sedang sakit, Clarissa buru-buru mengambil tas jinjingnya dan berniat membawa putranya tersebut menuju rumah sakit. Ia tidak bisa berpikiran jernih sekarang. Dia hanya ingin memeriksakan kondisi anaknya walaupun tidak memiliki uang.

"Bagaimana anak saya, Dok?" Itulah yang pertama kali Clarissa tanyakan ketika dokter yang memeriksa anaknya keluar dari ruangan IGD.

"Anak Ibu sepertinya terserang tipes. Tapi untuk pemeriksaan lebih lanjut, kami akan melakukan cek darah!"

Ibu mana yang tak mencelos mengetahui anaknya sakit. Begitupun Clarissa. Hatinya hancur dan sedih saat mendengar kabar itu dari Sang dokter. Ia merasa sangat bersalah karena tidak bisa menjaga anaknya dengan baik.

"Jadi untuk sementara, bayi Ibu harus di rawat di sini."

"Dirawat? Apa tidak bisa rawat jalan saja, Dok? Saya— tidak punya biaya," jawab Sasa dengan jujur. Dia hanya pegang sedikit uang, itupun uang dari hasil menjual beberapa perabotan di rumah. Jadi saat dokter berusia 50 tahunan tersebut menawarkan hal tersebut, jelas Sasa ingin menolaknya. Darimana ia mendapatkan uang untuk biaya perawatan bayinya. Meminta pada Anggara? Bahkan dia tidak tahu di mana suaminya itu tinggal sekarang ini.

"Tidak bisa, Bu. Kita harus memantau kondisi bayi, Ibu setidaknya untuk dua hari ini."

"Tapi biayanya—"

"Biar aku saja yang bayar semua biaya rumah sakit Baby Al."

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status