Share

Buaya Darat

"Aletta bekerja di satu divisi dengan Nona Leia. Dan ingat, atas permintaan Mr. Rick langsung, anda harus berpura-pura tidak mengenal Nona Leia selama bekerja di sini!"

Leon merapikan kembali kemeja dan jasnya yang berantakan akibat tangan Deandra tadi, meski ia tidak bisa menyelamatkan rambutnya yang tidak kalah berantakannya. 

Sebenarnya Leon sangat menyukai wanita liar seperti Deandra, tapi entah kenapa sejak Aletta lewat tadi ia langsung kehilangan minatnya.

Dan Aletta itu sepertinya senang sekali mengganggu kebersamaan Leon dengan wanitanya. Ia harus menuntut penjelasan dari Aletta, ia tidak percaya kurcacinya itu berada di sana secara kebetulan. Ia sangat tidak mempercayai sebuah kebetulan, semua pasti telah direncanakan.

Ruang kesekretariatan yang semula mulai senyap kini kembali riuh saat Leon masuk. Ia mengabaikan tatapan penuh minat karyawan wanita padanya, fokusnya hanya satu, Aletta. Ia terus melangkah menuju meja wanita itu.

Namun tidak seperti wanita lainnya, setelah melihat Leon masuk, Aletta malah menampakkan wajah jijiknya, sebelum akhirnya kembali fokus pada apa pun yang sedang wanita itu kerjakan.

Bahkan saat leon duduk di meja kerjanya sekalipun Aletta tidak tetap mengabaikannya, hingga Leon mengetuk meja itu untuk menarik perhatiannya.

"Apa kamu tuli?" tanya Leon saat Aletta tetap mengacuhkannya.

"Kalau kamu ke sini mencari Leia, dia tidak masuk," jelas Aletta tanpa mengalihkan perhatiannya dari berkas di tangannya yang akan dibawa untuk perjalanan mereka ke Venesia besok.

"Aku lebih tahu darimu kenapa Leia tidak masuk. Dan bukan Leia yang aku cari."

"Kalau kamu mencari teman kencanmu, kamu salah meja. Feya duduk di sebelah sana." Aletta menunjuk meja Feya dengan dagunya, masih belum mau juga melihat wajah Leon.

"Aku juga tidak sedang mencarinya. Aku meluangkan waktuku ke ruangan ini di tengah kesibukkanku, semua hanya demi kamu."

"Sibuk merayu wanita pastinya," cibir Aletta. Napasnya tercekat saat jemari Leon mengapit dagunya dan mengarahkan wajahnya pada pria itu, hingga Aletta dapat melihat netra berwarna senada dengan netra Leia,

Dengan segara Aletta menepis tangan Leon sambil menatap galak pria itu,

"Jangan sentuh aku!"

"Kenapa? Kita pernah lebih dekat dari ini. Aku bahkan pernah mengendus aroma kulitmu itu," goda Leon mengingatkan Aletta pada dua kejadian berbeda pertemuan mereka.

Aletta mendesah kesal. Pekerjaannya yang menumpuk telah menguras banyak energinya, dan Leon seolah menghabiskan energi Aletta yang tersisa.

"Aku sedang tidak ingin berdebat. Karyawan rendahan sepertiku tidak memiliki banyak waktu luang untuk melayani Buaya Darat sepertimu. Sebaiknya kamu dekati wanitamu itu, kenapa malah membuang waktumu yang sangat berharga itu padaku?" Aletta menekan kata 'Sangat berharga' untuk menyindir ucapan Leon sebelumnya.

"Lebih tepatnya Cassanova, bukan Buaya Darat," ralat Leon sambil tersenyum menggoda. Pria itu memang telah benar-benar sesat.

Aletta memutar kedua bola matanya,  "Whatever!"

"Siapa yang menugaskanmu memata-mataiku? Daddy atau Mommy?" 

Pertanyaan Leon diluar topik yang tengah mereka bahas itu berhasil mengalihkan lagi perhatian Aletta padanya,

"Apa maksudmu?"

"Kejadian di tangga darurat tadi bukan sebuah kebetulan, kan? Apa kamu sudah melaporkannya pada Daddy or Mommyku?"

"Astaga! Bahkan dengan orang tua kamu sendiri saja kamu negative thinking! Aku tidak sedekat itu dengan mereka sampai harus menjadi mata-matanya!" sanggah Aletta.

Lagipula kalaupun tante Ana dan Om Rick memintanya mengawasi Leon, Aletta pasti akan langsung menolaknya mentah-mentah. Mau sebanyak apa pun Euro yang akanmereka tawarkan padanya.

"Jelaskan, kenapa kamu bisa ada di sana di waktu yang tidak tepat?"

Ah, jadi Leon merajuk karena kesenangannya bersama Deandra terganggu? Dan sekarang pria itu membalasnya dengan mengganggu kerja Aletta.

"Yang pasti bukan untuk berbuat mesum di tempat itu."

Aletta merebut kembali ballpointnya yang sedang dimainkan Leon, "Pergi sana, mengganggu saja!" hardiknya.

"Jawab dulu pertanyaanku, kenapa kamu bisa berada di sana? Aku akan tetap di sini sebelum kamu memberikan jawaban yang memuaskan."

"Oh, silahkan saja Monsieur Euginius yang terhormat. Tapi maaf, saya tidak bisa menemani anda!"

Setelah mengatakan itu Aletta merapikan berkas di tangannya, sebelum menuju mesin foto copy. Ia mengumpat pelan saat leon mengikutinya,

"Dengan kamu tidak menjawabnya justru akan semakin menguatkan dugaanku kalau kamu seorang mata-mata."

"Hei! Aku kerja di sini lebih dulu dari kamu. Mata-mata apanya?"

"Maka dari itu, jawab pertanyaanku."

"Ok, aku memilih lewat tangga darurat karena aku mengidap Claustrophobia, puas?" jawab Aletta.

Mau tidak mau ia mengatakan juga yang alasan yang sebenarnya ia lebih nyaman melalui tangga darurat daripada lift. Meski lututnya terasa mau copot.

"Claustrophobia, kenapa?"

"Tanyakan saja pada Tuhan!" sungut Aletta sambil membuka mesi foto copy itu, dan Leon menutupnya kembali, 

"Kalau aku bisa bicara empat mata dengan Tuhan, sudah aku lakukan sejak dulu. Tapi sayangnya aku hanya bisa bicara satu arah saja dengan Tuhan."

"Itu pun kalau Tuhan memang mau mendengarnya, mengingat jiwamu yang luar biasa sesat," gumam Aletta lebih ke dirinya sendiri. Ia tidak mengira kalau leon juga mendengarnya.

"Karena itu aku butuh jiwa suci untuk menarikku dari kesesatan. Apa kamu mau membantuku?"

Aletta menggeram kesal, bisa-bisanya Leon menggodanya disaat hampir semua mata di ruangan itu menatap mereka. Meski mereka tidak bisa mendengar percakapanya dengan Leon, tapi tetap saja itu akan mengudang banyak pertanyaan nantinya.

Para seniornya itu pasti akan semakin memusuhi Aletta. Dan jika sudah demikian, akan banyak berdatangan pekerjaan ke mejanya hanya untuk membuat Aletta mati kelelahan.

"Aku jauh dari kata suci, percayalah!" balas Aletta sambil menahan kedongkolannya yang luar biasa. Dan bertambah dongkol lagi saat seringaian lebar menghiasi wajah tampan Leon, membuatnya terlihat kekanakan dan menggemaskan.

"Kalau begitu kita sefrekuensi. Mau menjadi kekasihku?"

Alih-laih menjawab pertanyaan Leon, Aletta malah mengeluarkan ponselnya,

"Pergi dari sini, atau aku hubungi Leia dan mengadukan sikap burukmu padaku?" ancamnya.

"Ah, ternyata mata-mata Leia," desah Leon sambil mengangkat kedua tangannya,

"Baiklah aku pergi. Tapi jangan harap aku mempercayai alibimu begitu saja."

Aletta baru bisa menghela napas lega setelah Leon menghilang di balik pintu. Namun hanya sebentar ia merasakan kelegaan itu, sebelum beberapa senior wanitanya menghampirinya,

"Hei anak baru! Ada hubungan apa kamu dengan Monsieur Euginius?" tanya salah satunya.

"Tidak ada,' jawab Aletta sambil mulai mengcopy berkas-berkasnya.

"Ingat ya, pria itu milik Feya sekarang. Jangan pernah berniat sedikit pun untuk merebutnya dari Feya, mengerti?" ancam yang lainnya.

"Sudah resmi menjadi kekasih atau baru sekedar pendekatan saja?" tanya Aletta dengan nada mengejek.

Kalau mereka niat bermusuhan dengan Aletta, siapa takut? Sekalian saja Aletta membuat mereka mati kepanasan.

"Mau apapun hubungan mereka, kamu tetap harus menjaga jarak dari pria itu!"

"Oh dengan senang hati, toh aku juga sudah selesai dengannya. Kalau Feya memang menginginkan mantan kekasihku itu, silahkan saja ambil. Aku tidak pernah melirik lagi apa yang sudah aku buang ke tempat sampah!" 

Aletta tersenyum puas mendengar napas tercekat mereka, juga bisik-bisik dari karyawan lainnya. Meski dalam hatinya menolak keras memiliki hubungan apa pun dengan Leon.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ahdawi Manto
lumayan membuat suasana jadi berbeda wlpun masih kurang greget dalam alur cerita nya.. masih seperti kebanyakan novel ,kosakata dan aliran nya mirip dengan sinetron di tv..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status