Beruntung tidak ada yang tahu bahwa pelaku penculikan Violeth adalah Garvin dan Melvin yang di dalangi oleh Sophie.
Hingga akhirnya Violeth kabur sebelum Garvin menyentuhnya. Namun saat itu Garvin memakai atribut dan topeng lengkapnya, Violeth tidak mengetahui identitasnya.
PLAAK!!!!
PLAAK!!!!
Sophie menampar Garvin dan Melvin karena geram dengan kebodohan kedua putranya yang tidak bisa menjalankan misi tugasnya dengan baik.
"Cepat atau lambat, kita harus menyingkirkan menantu sampah itu! Carver hanyalah parasit di rumah ini, tapi dia sangat berbahaya dengan menjadi suami dari pewaris sah keluarga Fletcher!" Tatapan Sophie tertuju pada kedua putranya.
Garvin dan Melvin menyetujui rencana selanjutnya.
"Sepertinya kita harus memasang jebakan untuk membasmi parasit yang tiba-tiba datang di rumah ini!" Tatapan Sophie tajam.
"Ya, ibu, kita benar-benar harus menyingkirkan parasit itu, jangan sampai menghalangi kita untuk mendapatkan kekayaan keluarga Fletcher," kata Melvin penuh dendam.
Sophie menyilangkan tangan di dadanya yang sedikit menonjol. "Aku mau keluar sebentar. Aku pusing karena menantu sampah itu masih ada!"
"Ibu mau kemana?" Garvin bertanya. "Apakah kamu akan menemui Paman Jones?"
"Kamu sudah tahu jawabannya, Garvin! Jones jauh lebih menyenangkan daripada si tua Edward yang menyebalkan!" Sophie menjawab tanpa menoleh ke arah kedua putranya yang berada di belakang.
Hari kedua ….
Carver meninggalkan kediaman Fletcher untuk mencari udara segar dan melihat seperti apa keadaan di luar.
Korek api putih terang membakar ujung rokok di mulutnya.
Meskipun Carver adalah pria yang baik dan tidak pernah aneh seperti pria lain yang suka mabuk dan bermain dengan wanita malam, Carver memiliki kebiasaan merokok setidaknya sekali sehari.
Kepulan asap membumbung tinggi. Aroma tembakau bercampur dengan rasa manis rokok begitu nikmat.
Pagi itu Carver belum makan sarapan, pertama kali dia makan bersama Fletcher dia dihina sebagai menantu sampah.
Carver duduk sebentar di kursi panjang di trotoar. Makan sepotong roti cokelat dan menyeruput sebotol air yang dibelinya di toko.
Entah kenapa, Carver selalu membayangkan kecantikan dan keindahan tubuh Violeth yang memiliki kulit putih bersih tanpa kotoran sedikitpun. Bahkan wanita yang kini telah menjadi istrinya, memiliki aroma tubuh yang sangat khas.
Apalagi senyum dan wajah cantik Violeth selalu membuat hatinya berdebar, meski menikah dadakan tanpa cinta. Carver juga tidak tahu apakah Violeth juga mencintainya atau dia hanya seorang pria untuk memuaskan nafsunya.
Carver berharap dia tidak memandangnya dengan sinis dan tidak memandang rendah dirinya.
Dalam lamunannya melihat jalan raya yang begitu padat dengan kendaraan yang lalu lalang, sebuah mobil BMW hitam glossy tiba-tiba berhenti di jalan tepat di depannya.
Carver berhenti dan meletakkan semua makanannya, memperhatikan seorang pria berkacamata hitam mengenakan jas hitam keluar dari pintu mobil di sebelah kanan.
Pria berjas dan berkacamata itu melangkah ke arah Carver. Rambut pria itu berkilau dengan kumis tipis yang tampak berkharisma layaknya seorang petinggi di sebuah perusahaan.
Carver berdiri saat pria itu berjalan mendekat.
"Tuan Muda?" Pria itu melepas kacamata hitamnya dan berjalan lebih jauh sambil berkata.
"Maaf, Anda siapa? Saya sama sekali tidak mengenal Anda," jawab Carver.
"Tuan Muda Carver, kami sudah lama mencarimu, akhirnya kami bisa menemukan keberadaanmu," jawab pria itu.
"Tuan Muda Carver, ayo masuk ke mobil. Aku akan mengantarmu pulang!" kata pria itu sambil membuka pintu mobil sisi penumpang.
"Tunggu sebentar Pak! Siapa Anda? Saya sama sekali tidak mengenal Anda," tanya Carver, tidak ingin masuk ke dalam mobil pria itu.
"Aku orang kepercayaan ayahmu!"
"Ayahku sudah meninggal ketika aku masih kecil, kamu jangan mengarang cerita konyol!" Carver memandang pria itu dengan serius.
"Kamu akan percaya begitu kamu mengikuti kami untuk menemui ayahmu, Tuan Muda Carver," kata pria itu dengan nada tenang.
"Ayolah, Tuan Muda. Aku akan kehilangan pekerjaanku jika tidak segera membawamu pulang. Ayahmu bisa memecatku," tambah lelaki itu.
"Baik. Tapi awas jika kamu berani berbohong padaku." Carver merasa antara kesal karena pria itu akan kehilangan pekerjaannya, jadi dia akhirnya menurut dan mengikutinya kemanapun dia pergi dengan BMW-nya.
Carver bahkan meninggalkan barang belanjaannya di kursi tempatnya semula memakan sepotong roti.
Tidak lama kemudian, mobil yang dikemudikan Carver berbelok menuju sebuah gedung raksasa, dan beberapa kendaraan berjajar rapi di tempat yang digunakan sebagai tempat parkir.
"Tuan Muda Carver, ini dia," kata pria itu saat memasuki tempat parkir.
Tapi Carver tidak mendengar apa yang dikatakan pria itu, karena tanpa sadar dia melirik supercar merah yang sepertinya paling dekat dengan gedung perusahaan.
"Tuan Muda Carver, ini perusahaan ayahmu!" Pria itu segera keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Carver.
Carver keluar dari mobil. Tak lama kemudian, beberapa orang di luar memusatkan perhatian pada Carver yang keluar dari mobil bersama pria kepercayaan CEO perusahaan tempat mereka bekerja.
"Perusahaan Leopard Enterprise?" Carver berbicara dengan ragu.
"Benar. Bukankah nama 'Leopard' adalah nama belakang Tuan Muda?" tanya pria itu.
"Ya, itu benar. Tapi...." Carver sendiri sepertinya tidak percaya dengan apa yang terjadi, tapi entah kenapa dia tidak bisa menolak ajakan pria yang mengaku sebagai orang kepercayaan ayahnya.
"Ayo, Tuan Muda Carver, aku akan membawamu ke ruang kerja ayahmu," kata lelaki itu, menggunakan telapak tangannya untuk menggiring Carver mengikutinya.
Sesampainya di depan pintu sebuah ruangan, pria itu mengetuk.
Carver menunggu di luar karena pria berpakaian formal itu tidak langsung mengajaknya masuk.
"Ada apa, Richard? Apakah kamu sudah mendengar tentang putraku?"
"Benar, Tuan."
Di luar ruangan, Carver mengetahui bahwa pria yang membawanya ke tempat itu bernama Richard.
Beberapa detik kemudian, seorang pria bernama Richard memanggil Carver dari dalam ruangan.
"Tuan Muda Carver, silakan masuk."
Carver melangkah masuk ke dalam ruangan itu.
"Carver? Akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi." Pria bersetelan jas itu berkata sambil mendekat dan memeluk Carver.
Pria berjas itu adalah Jackson Leopard, Presiden Direktur perusahaan Leopard Enterprise.
Carver tidak tahu apa-apa tentang pria itu, jadi dia hanya diam dan tidak berkata apa-apa.
"Carver, ayah sangat merindukanmu."
"Maaf, tapi ayah saya sudah tidak ada sejak saya masih kecil. Ibu saya selalu mengatakan bahwa ayah saya meninggal karena mabuk."
Duarr!!!
Seperti disambar petir di hari yang cerah. Jackson Leopard terdiam mendengar perkataan putranya yang baru kembali setelah belasan tahun berpisah.
Richard diam, tidak berani ikut campur dalam masalah ini. Dia melangkah keluar dari pintu kamar tidur untuk menunggu di luar.
"Carver, ayah masih hidup! Mungkin kamu lupa wajah ayah, tapi aku tidak akan pernah melupakan wajahmu meskipun kita berpisah sejak kamu berumur 5 tahun. Ayah menyuruh Richard untuk mencarimu dengan foto ini!" Jackson menunjukkan foto Carver saat dia berumur 5 tahun.
Desahan keras menggema seperti sebuah irama yang akan membuat darah siapa saja pasti berdesir oleh suara yang begitu menggoda. "Carver kamu kurang ajar... Oh... Aaahh..." Lenguh Violeth sembari menahan kenikmatan yang benar-benar membuat dirinya sebagai seorang wanita seperti melayang dalam lembah kenikmatan. Kedua tangan Violeth mencengkeram seprai lembut ranjangnya, bibir seksinya terus meracau oleh kenikmatan yang dia terima. Violeth berbaring di atas ranjang dengan tubuh polos tanpa dibalut oleh sehelai benangpun, posisi kedua kaki terbuka lebar berada di atas pundak Carver, sementara Carver berada di ranjang dengan posisi setengah berdiri, dia terus menggempur lembah ken*km*t*n milik istrinya dengan leluasa, kedua tangannya mencengkeram kedua lengan Violeth hingga wanita itu tak bisa melakukan pemberontakan.Carver menatap wajah merah merona istrinya, dia yakin Violeth pasti menikmati permainan yang dia berikan. Carver terus menggerakkan t*ongk*t komandonya dengan ritme yang
Carver meninggalkan beberapa tanda kepemilikannya di tubuh istrinya. "Buka pakaianmu sekarang! Aku ingin kamu melayaniku saat ini juga," ucap Carver sembari menyentil dan menarik lembut salah satu puncak bukit kembar Violeth yang menjumbul sangat padat. "Carver, jangan nakal." Violeth merasakan geli dan terangsang di bagian puncak dadanya yang tersentuh Carver. "Mana bisa aku ...." Dengan keadaan tubuh masih diperban, Violeth tak bisa bermain ranjang sebentarpun. Tapi kedua matanya melebar ketika Carver menurunkan rok panjang sampai bagian kain dalamnya. "Jangan, Carver! Jangan!" Carver tersenyum dan kembali men
"Nah, seperti itu, Bibi. Tapi maaf, aku tetap memanggil Bibi dengan Bibi Pearly saja." Ketika berbicara, Carver menghentikan mengaduk bahan makanannya. "Tidak apa-apa, Bibi memang seharusnya dipanggil dengan sebutan itu," ucap bibi Pearly. Wanita itu pun membantu Carver membuat makanan. Bibi Pearly sangat pandai menciptakan makanan lezat, dengan bahan apapun jika dimasak oleh wanita itu, akan menghasilkan makanan yang sangat lezat. Di dalam kamarnya, Violeth membuka kedua matanya setelah memejam beberapa menit menikmati empuknya ranjang di kamarnya. Dia membuka mata karena mencium aroma masakan selezat ini. "Ternyata Carver pintar memasak? Kukira dia hanya bisa membuat udang tepung saja," g
Carver menurunkan Violeth di atas tempat tidur, tak lupa memberikan kecupan hangat di wajah wanita yang memiliki wajah cantik paripurna. Tapi ada satu hal yang membuat Carver terdiam sesaat. Violeth adalah anak dari rahim seorang wanita yang kini bekerja sebagai pembantu di keluarga Fletcher, dari benih Tuan rumah keluarga Fletcher, yaitu Edward Fletcher. Carver mengetahui jika Violeth adalah anak dari hubungan tanpa pernikahan, tapi Violeth sendiri tak mengetahui tentang itu. Bahkan Edward sendiri sudah memberitahu kepada Carver untuk tidak mengatakan kepada Violeth tentang identitas itu, bahkan Edward memberitahunya untuk tidak mengatakan siapa pemberi donoran darah yang golongan da
Seketika adu tinju perkelahian antara dua pihak berhenti. Semua menatap ke arah petugas keamanan yang tampak tegas namun juga lemah dengan tubuh yang hanya sebesar para lelaki suruhan Jones. Melihat para pengawal berhadapan dengan petugas keamanan, Carver mendekat karena tak ingin kedua pengawalnya masuk ke dalam masalah besar jika sampai menyangkut ke pihak keamanan kota. "Apa yang kalian lakukan? Kenapa berkelahi di area rumah sakit? Apa yang kalian lakukan sangat membayahakan orang-orang yang beraktivitas di area rumah sakit!" Petugas keamanan memelototkan mata memberanikan diri memarahi beberapa orang yang telah melanggar aturan ketertiban. "Maaf, Pak. Tapi ini bukanlah perkelahian sungguhan, hanya berlatih karena mereka adalah para anak buahnya," ucap
Ketika mobil yang dikemudikan oleh mertua Carver berjalan memotong jalan dan berlalu menuju ke kediaman rumahnya, keempat lelaki itu keluar dari persembunyiannya. Keempat lelaki itu berlari menuju ke motor cross mereka yang terparkir sekitar dua puluh meter dadi parkiran mobil. "Mau kemana kalian?" Tiba-tiba muncul dua lelaki berperawakan tinggi besar dengan tubuh yang dipenuhi otot kekar, salah satu dari kedua lelaki bertubuh besar itu bertanya sampai membuat keempat lelaki yang memakai masker setengah wajah tampak terkejut. "Bukan urusanmu, dasar gendut!" balas salah satu lelaki yang memakai masker setengah wajah. "Jika kalian akan berbuat ulah, itu adalah urusanku!" Dengan ma