Home / Rumah Tangga / Pesona Pembantu Cantik / 1. Sikap Mencurigakan

Share

Pesona Pembantu Cantik
Pesona Pembantu Cantik
Author: Taurus Di

1. Sikap Mencurigakan

Author: Taurus Di
last update Last Updated: 2025-08-05 13:44:41

“Sedang apa kamu di kamarku?” Mona berdiri diambang pintu kamarnya yang masih meninggalkan celah sedikit, ketika pembantu rumahnya yang baru keluar.

Dia menatap curiga dengan sorot mata yang sepanas bara api, ke arah gadis muda cantik yang keluar dalam keadaan rambut berantakan dan keringat di keningnya.

Pelayan rumah yang berkulit putih bersih dan halus itu terkejut mendengar teguran majikannya. Dia membalikan tubuh dengan mata terbelalak dan melipat bibirnya ke dalam. Wajahnya terlihat panik, tubuhnya gemetaran, napasnya sedikit tersengat dan Mona bisa melihat semua itu secara langsung.

Dia semakin curiga. Siang hari begini di hari jumat, tidak ada seorangpun anggota keluarga yang ada di rumah. Hanya dua pelayan yang sudah lama bekerja dan gadis ini adalah pembantu baru. Namun, masalahnya adalah bukan wilayah pelayan baru ini yang bertugas membersihkan kamarnya, tetapi Warsih pembantu lama.

“Kenapa kamu diam saja, jawab!” tegas Mona dengan berang, dia maju selangkah mendekati gadis pelayan itu.

Art yang masih muda itu mundur satu langkah, punggungnya hampir menabrak dinding. Tangannya mencengkeram ujung kaosnya, memilinnya seperti sedang memeras rasa takut yang menggerogoti hatinya.

Matanya tertunduk ke lantai marmer putih yang dingin dan mahal, seakan berharap bisa menghilang ke dalamnya.

“I- itu … Bu, saya tadi ….” Gadis muda itu memilin ujung kaosnya dengan gelisah. Dia mengangkat kepalanya sebentar dan kembali menundukkan wajahnya seolah mencari jawaban dari lantai marmer indah yang menjadi pijakannya saat ini.

Sikap pelayan itu tentu saja membuat sang majikan menjadi curiga. Apalagi saat dia hendak membuka pintu kamar, pelayan yang dia lupa siapa namanya itu bergerak cepat seolah hendak menghalanginya masuk kamar.

Mona menyipitkan matanya menatap tajam ke arah pelayan tersebut. Tatapannya menguliti ketulusan di wajah gadis itu. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ada yang tidak beres. Dia tahu. Dia merasakannya.

“Mana Warsih, kenapa kamu yang keluar kamarku. Bukannya ini tugas Warsih untuk bersih– bersih kamar utama?” geram Mona.

“Anu, Bu … Bik Warsih tangannya keseleo dan Bik Nunung tangannya habis kena percikan minyak panas, jadi … jadi saya yang bersih- bersih di kamar utama ini dan ….” Napasnya pendek-pendek. Sebuah getaran halus tampak di bahunya yang kurus.

Kembali pelayan muda itu menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajah ayunya yang terlihat sangat gelisah. Sesekali tangan yang ramping itu mengusap peluh di keningnya dengan gelisah.

Gerakan sederhana ini justru membuat Mona menjadi semakin curiga. Apa yang dilakukan oleh perempuan itu di dalam kamarnya sampai dia berkeringat seperti ini. Bahkan Warsih pun tidak pernah membersihkan kamar utama sampai kepanasan dan kelelahan seperti ini.

“Minggir kamu, aku mau masuk kamarku sendiri, kenapa kamu masih berdiri di depan seperti mandor saja!”

Gadis pelayan itu masih terdiam sejenak dan menatap Mona dengan wajah memohon. Namun, sorot mata majikan perempuannya yang tak pernah mengenal kompromi itu tak terlihat merasa kasihan sekali.

“Kamu ….” Belum sempat Mona mencaci pelayan tersebut, pintu di belakang punggung gadis itu terbuka dan sosok pria maskulin tampan muncul.

“Mas Benny?” Mona terkejut melihat suaminya muncul dari dalam kamar.

Pria itu mengenakan kaos oblong dan sarung. Keningnya pun terlihat mengkilat, tetapi tidak sebasah gadis pelayan itu. Sikap suaminya yang berdiri tepat di belakang pelayan baru itu terlihat seperti melindunginya.

“Kamu kenapa pulang marah-marah begitu, lihat Mawar sampai ketakutan melihatmu.” Benny menepuk bahu pelayannya dengan lembut. “Kamu pergi saja biar aku yang bicara dengan Nyonya.”

“I-iya, Pak.” Mawar pergi sambil menundukkan kepalanya. Gadis itu bisa merasakan tatapan dingin dan tajam Mona yang seolah ingin menyayat kulitnya. Dia berjalan dengan tergesa- gesa meninggalkan kesan seolah hendak melarikan diri dari pertikaian yang akan terjadi.

Setelah agak menjauh, dari balik lemari pajangan yang membatasi ruangan, Mawar berhenti dan mengintip dari sela- sela hiasan yang berasal dari berbagai negara asing itu.

Senyum tipis tersunging di wajahnya. Dia mengusap air yang disemprotkan ke wajahnya tadi saat keluar dari kamar utama. Gadis itu tidak lagi terlihat polos dan ketakutan seperti yang diperlihatkannya terhadap Mona, melainkan tampak sangat tenang dan menikmati raut wajah kesal majikan perempuannya itu.

“Kenapa perempuan itu ada di dalam kamar ini, apa yang kalian lakukan?” tanya Mona sengit, tanpa menurunkan intonasi suaranya. Dia menatap suaminya penuh selidik. Sikap takut dan gugup yang diperlihat oleh pembantu baru itu, membuatnya berpikir kemana- mana.

“Apa yang kamu pikir aku lakukan dengan dia di dalam kamar kita?” Benny tersenyum tipis dengan tatapan menggoda ke arah sang istri.

“Menurutmu, apa yang ada dalam pikiranku melihat perempuan itu keluar dengan gugup dalam kamar ini?” tanya Mona balik dengan mata yang berkilat marah pada sang suami.

Sebagai seorang istri, perempuan mana yang tidak akan marah dan kesal dengan apa yang dilihatnya. Perempuan muda dengan wajah ayu, kulit halus mulus di usia yang masih sangat segar dan dengan postur tubuh proposional, keluar dari kamar yang ternyata ada suaminya dalam keadaan kelelahan.

Apalagi, Benny tidak seharusnya berada di rumah pada siang hari. Pria itu seharusnya masih di perusahaan dan bekerja. Kenapa bisa tiba- tiba ada di rumah, tepat disaat Mona memiliki jadwal arisan dengan teman- temannya.

Namun, sebagai perempuan yang angkuh, Mona tidak mau langsung melabrak suaminya. Dia menyembunyikan kecemburuannya rapat- rapat dengan sikap yang seolah merendahkan suaminya. Perempuan itu ingin menunjukkan kalau pria itu tak akan bisa membuatnya terpuruk.

“Sudahlah jangan berpikir macam- macam. Mawar tidak mencuri apapun dari kamar kita. Tidak juga mencuri diriku darimu,” ucap Benny lembut. Dia berjalan mendekati istrinya dan mulai membelai bahu Mona agar lebih tenang.

“Aku tadi pulang lebih awal karena merasa tidak enak badan, masuk angin kayaknya dan kebetulan Mawar kan pandai memijat, jadi aku suruh dia pijat aku, sekalian kerokin sedikit.” Benny memberikan jawaban atas keingintahuan Mona.

“Pijat, kerokan?” Mona memiringkan kepalanya tak percaya. Seingatnya Benny tidak suka kerokan karena itu hanya akan membuat kulitnya tampak tidak mulus lagi. Dan bila tidak enak badan, Benny akan pergi ke spa langganan mereka atau langsung memanggil dokter keluarga.

“Iya, Ini.” Benny memutar punggungnya dan menunjukkan tanda merah yang memanjang di belakang tulang belikatnya.

“Kamu yakin ini kerokan, kenapa cuma dua di bawah tulang belikat?” Mona mendorong hasil kerokan itu.

Dia sebenarnya ingin melihat apakah benar ada minyak yang digunakan, tetapi jarinya tidak merasakan jejak minyak di tubuh sang suami. Tidak ada kilap, tidak ada lengket. Hanya kulit hangat dan aroma lotion.

“Ya, karena ini pertama kalinya kan aku kerokan, tadi juga gak pakai minyak tapi handbody. Baunya harum kan?” Benny memeluk Mona dengan mesra. “Ayo, masuk ke kamar,” bisiknya mesra sambil mencium cuping telinga sang istri.

“Katanya sakit, gak enak badan,” sindir Mona.

Dia mulai luluh dengan sikap suaminya. Apalagi Benny tahu benar bagaimana cara membuat dia tidak berdaya, dengan mencium cuping telinganya.

Mona tahu suaminya lihai. Terlalu lihai. Setiap sentuhan, setiap rayuan… selalu berhasil meluluhkannya.

“Pijatan Mawar dan kerokannya tadi buat aku segar, sekarang … aku menginginkamu.” Benny mencium leher Mona, lalu menariknya ke dalam dan menutup pintu kamar dengan rapat.

Sementara di dalam sana suami istri itu berpagutan dengan liar, di luar Mawar yang melihat semuanya itu hanya tersenyum sinis dengan tatapan tidak suka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Pembantu Cantik   5. Melepas Hasrat

    Mawar diam tidak bereaksi. Dia menatap tajam ke arah pria setengah baya yang tampan dan bertubuh kekar di depannya. Wajah pria itu yang sebelumnya penuh keinginan kali ini tampak muram dan sorot matanya yang membara jadi menggelap.Mawar masih tidak menjawab teriakan Bik Warsih di depan pintu kamarnya. Dia membiarkan majikan prianya itu menentukan pilihan, tetap melanjutkan apa yang tertunda ataukah menunda semua yang ada dalam benaknya sebelum masuk ke kamar ini.Rahang laki- laki itu mengeras. Tubuhnya menegang dan matanya terlihat sangat suram. Tangannya meremas pinggang Mawar dan satu tangan lainnya mencengkram paha halus pelayan muda itu.“Bilang padanya untuk tunggu sebentar!” geram Benny dengan emational yang tertahan.Mawar menatapnya dengan tatapan seolah ingin bertanya apakah Benny yakin dengan keputusannya. Bibir gadis itu sedikit melengkung seolah menggambarkan kekecewaan.Markus mencubit dagu pelayannya yang sangat cantik tersebut, meskipun tanpa polesan make up dan berpa

  • Pesona Pembantu Cantik   4. Tergoda

    “Mawar, bagaimana menurutmu?” Mawar yang baru saja lewat dengan membawa satu teko teh krisan dan dua cangkir di atas nampan, menoleh sejenak ke arah suara sang majikan perempuan, masih dengan peralatan minum itu di tangannya.Gadis pelayan itu menatap ke arah Mona yang saat ini sedang berdiri dengan posisi bak model di depannya. Perempuan itu mengenakan gaun panjang berwarna hitam dengan belahan berbentuk V yang cukup panjang di bagian depan.Gaun tersebut terlihat berkilau di bawah cahaya lampu. Di setiap kelopak bodiran bunga lily, tertanam permata yang membuat gaun itu seolah dihiasi tetesan embun pagi yang disinari matahari, berkilau begitu indah.Mona melenggak dengan penuh percaya diri dan gaya yang sangat sensual. Gaun itu melekat sempurna di tubuhnya yang tinggi dan sital. Ketika perempuan itu berbalik, terlihat jelas bagian punggungnya terpapar nyaris sepinggang.Kulit Mona begitu halus, lembut dan bercahaya. Di usianya yang berkepala empat, perempuan itu tidak memiliki satu

  • Pesona Pembantu Cantik   3. Peluang yang Tak Kan Disia-siakan

    Beni pulang lebih awal hari itu untuk mengambil dokumen penting dan pergi lagi. Dia bahkan memarkirkan mobilnya di depan pagar rumah dan masuk dengan kunci cadangan yang dimilikinya, karena terburu- buru.Namun, saat melihat Mawar sedang membersihkan kaca jendela di sisi samping rumah, Beni langsung berhenti. Dia memperhatikan saat gadis pelayan itu mengangkat tangannya dengan sedikit menjinjit, terlihat jelas rok seragam yang dikenakannya naik.Pria itu menelan ludah. DIa ingat bagaimana lembut dan halusnya kulit tangan gadis pelayan tersebut saat beberapa waktu memijatnya. Benny yang kebetulan memang merasa tidak enak badan, tertolong dengan tekanan lembut Mawar.Dia sebenarnya ingin sekali menggoda gadis itu, apalagi melihat reaksi Mawar yang terlihat malu-malu saat ada di dekatnya dan bagaimana perempuan itu sesekali ketauhan mencuri pandang padanya.Beni perlahan berjalan tanpa suara mendekati gadis itu. Dia berdiri tepat di belakang punggung Mawar. Dia memperhatikan tubuh gadis

  • Pesona Pembantu Cantik   2. Gerakan Menggoda

    Mona duduk di meja makan untuk menikmati sarapan pagi bersama suaminya. Dia sedang asyik mengunyah telur mata sapi setengah matang yang dipanggang di atas roti gandung panggang, saat melihat Mawar masuk ke ruang makan.Langkah gadis itu ringan, nyaris tanpa suara. Rambut hitam tergerai, seragam biru muda membingkai tubuh mudanya dengan segar. Kulitnya yang putih bersih, membuat warna seragam itu begitu mencolok dikenakannya. Dia meletakkan dua cangkir kopi hitam dan sepiring irisan buah, yang terlambat disajikan. Sikap perempuan itu pun terlihat tenang dengan wajah datarnya.Mona langsung melirik ke arah suaminya. Ia ingin tahu apakah ada perubahan di wajah suaminya, mungkin sebuah kerlingan, lirikan, gerak alis atau apapun juga. Namun, ternyata pria itu terlihat tenang masih dengan memotong sandwich telur dan membaca berita di ponselnya. Tak terlihat sama sekali Benny tertarik dengan kehadiran Mona.Mawar tersenyum sopan padanya, tetapi bagi Mona, kehadirannya bagai pisau dingin ya

  • Pesona Pembantu Cantik   1. Sikap Mencurigakan

    “Sedang apa kamu di kamarku?” Mona berdiri diambang pintu kamarnya yang masih meninggalkan celah sedikit, ketika pembantu rumahnya yang baru keluar.Dia menatap curiga dengan sorot mata yang sepanas bara api, ke arah gadis muda cantik yang keluar dalam keadaan rambut berantakan dan keringat di keningnya.Pelayan rumah yang berkulit putih bersih dan halus itu terkejut mendengar teguran majikannya. Dia membalikan tubuh dengan mata terbelalak dan melipat bibirnya ke dalam. Wajahnya terlihat panik, tubuhnya gemetaran, napasnya sedikit tersengat dan Mona bisa melihat semua itu secara langsung.Dia semakin curiga. Siang hari begini di hari jumat, tidak ada seorangpun anggota keluarga yang ada di rumah. Hanya dua pelayan yang sudah lama bekerja dan gadis ini adalah pembantu baru. Namun, masalahnya adalah bukan wilayah pelayan baru ini yang bertugas membersihkan kamarnya, tetapi Warsih pembantu lama.“Kenapa kamu diam saja, jawab!” tegas Mona dengan berang, dia maju selangkah mendekati gadis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status