Share

2. Gerakan Menggoda

Author: Taurus Di
last update Huling Na-update: 2025-08-05 13:47:13

Mona duduk di meja makan untuk menikmati sarapan pagi bersama suaminya. Dia sedang asyik mengunyah telur mata sapi setengah matang yang dipanggang di atas roti gandung panggang, saat melihat Mawar masuk ke ruang makan.

Langkah gadis itu ringan, nyaris tanpa suara. Rambut hitam tergerai, seragam biru muda membingkai tubuh mudanya dengan segar. Kulitnya yang putih bersih, membuat warna seragam itu begitu mencolok dikenakannya.

Dia meletakkan dua cangkir kopi hitam dan sepiring irisan buah, yang terlambat disajikan. Sikap perempuan itu pun terlihat tenang dengan wajah datarnya.

Mona langsung melirik ke arah suaminya. Ia ingin tahu apakah ada perubahan di wajah suaminya, mungkin sebuah kerlingan, lirikan, gerak alis atau apapun juga.

Namun, ternyata pria itu terlihat tenang masih dengan memotong sandwich telur dan membaca berita di ponselnya. Tak terlihat sama sekali Benny tertarik dengan kehadiran Mona.

Mawar tersenyum sopan padanya, tetapi bagi Mona, kehadirannya bagai pisau dingin yang menari di tengkuknya. Kecurigaan tak bisa hilang begitu saja dalam pikirannya saat mengetahui gadis itu sudah memijat suaminya di dalam kamar, hanya berdua saja.

Meskipun semalam, Benny dengan penuh gairah bergulat dengannya di atas ranjang, tetapi tetap saja Mona merasa curiga. Dia takut dan khawatir kalau pembantu baru bernama Mawar itu punya maksud buruk yang bisa merusak rumah tangganya.

Apalagi keinginan yang dilakukan oleh Benny semalam, begitu menggebu seolah hasrat tertunda yang tak bisa dilampiaskan. Sejenak bayangan suaminya yang tak bisa menuntaskan bersama Mawar menganggunya.

“Mawar!” panggil Mona saat melihat gadis pelayan itu hendak meninggalkan ruang makan.

“Ya, Nyonya?” Gadis itu menghentikan langkahnya, dia membalikan tubuh dan menjawab dengan suaranya yang lembut dan ringan.

Sepintas tanpa bisa dipastikan, Mona merasa kalau telinga Benny bergerak. Rahang perempuan di usia empat puluhan itu pun langsung mengeras, tapi dia tidak mau kalah di depan seorang pembantu.

“Kemari dan pijat pundakku, aku capek gara-gara semalam Mas Benny terlalu bersemangat!” Mona tersenyum lembut sambil mengerling manja ke arah suaminya.

“Baik, Nyonya.” Mawar mendekat dan langsung berdiri di belakang kursi Mona.

Gadis itu mengucapkan permisi, sebelum menyentuh pundak majikannya dan memberikan pijatan.

Kekuatan yang tepat, tidak terlalu keras dan tidak terlalu lemah itu membuat Mona terkejut. Ternyata jari- jemari Mawar memang lihat untuk membuat relaks urat- urat yang menegang.

“Hmm … pantas saja Mas Benny bilang pijatanmu seperti pegawai spa.” Dia tidak memuji, hanya menyindir Mawar. “Apa kamu keturunan tukang pijat?”

Masih dengan cemburu, Mona mulai mengangkat kakinya dan menjangkau paha dalam suaminya. Dia melakukan gerakan menggesek dengan sengaja, untuk menunjukkan pada Mawar, siapa pemilik pria tampan yang sedang makan semeja dengannya sekarang ini.

Benny lalu menurunkan ponselnya dan tersenyum pada Mona. Pria itu kembali mengunyah sandwichnya, lalu meletakkan sisa di meja. Tangan pria itu kemudian bergerak ke arah kaki Mona dan meletakkan di pangkuannya. Tanpa membuang mata dari sang istri, Benny mengusap lembut telapak kaki perempuan itu.

“Saya tidak tahu siapa orang tua saya, Nyonya, tapi waktu di panti asuhan saya belajar dari seorang nenek yang tinggal di sana.” Mona menjawab dengan suara bergetar, seolah menjawab ini memerlukan energi yang berat.

Gadis itu bisa melihat apa yang dilakukan oleh Mawar saat ini. Gerakan menggoda itu membuatnya tersenyum dalam hati. Dia terus memijat tanpa terganggu dengan sikap intim majikannya.

“Kamu yatim piatu?” Mona tidak ingat akan hal ini.

“Iya, Nyonya.” Mawar berhenti memijat sesaat, lalu mengangkat kepalanya seolah berusaha menahan air mata.

Gadis itu mengusap lehernya yang jenjang dengan perlahan dan naik ke matanya, seolah mengusap embun di pelupuk. Gerakan sederhana itu berhasil menyita perhatian Benny. Pria tersebut tanpa sadar menatap ke arah leher jenjang Mawar, yang terlihat begitu putih, halus dan menggoda.

Mona melihat bagaimana mata Benny terpaku pada Mona. Dia kesal, lalu menjejakan kakinya ke arah kaki suaminya.

Gerakan kasar itu membuat pria itu sadar dengan keberadaan Mona yang masih ada di antara mereka. Dia lalu dengan cepat kembali menggelitik kaki sang istri dengan tangannya yang hangat.

“Aku baru tahu kalau dia yatim piatu. Apa kamu tidak mengenal orang tuamu sama sekali?” Benny mengalihkan perhatian Mona, pertanyaan yang diajukannya seolah menujukkan kalau tatapan matanya tadi pada pelayan itu karena simpati, bukan hal lain.

“Mereka meninggal saat saya masih kecil, Tuan,” lirih Mawar dengan suara serak.

Pelayan itu memijat dengan tenaga yang semakin lemah. Dia menundukkan wajahnya. Bahasa tubuh gadis itu memperlihatkan betapa sedih dan pilu perasaannya saat membicarakan mengenai nasib yang dialaminya.

Sikap itu mampu membuat siapa saja merasa iba melihatnya, apalagi di depan laki- laki yang selalu ingin terlihat hebat di depan wanita.

Mona pun dengan cepat menyadari itu. Tatapan simpati di mata suaminya membuat dia tidak nyaman.

“Sudah, kamu tidak usah pijat aku lagi sekarang, pergi sana!” Mona menepis tangan Mawar dengan kasar.

“Kamu kasihan padanya?” sindir Mona langsung pada Benny setelah Mawar tidak ada lagi di dekat mereka.

“Ya, sekedar simpati saja. Yatim piatu sejak kecil.” Benny menjawab dengan ringan sambil menghabiskan suapan terakhir sandwichnya.

“Oh ya, cuma simpati?” Mona menatap suaminya dengan sorot penyidik.

“Masa kamu cemburu sama pembantu?” Benny mengernyitkan keningnya.

Ucapannya itu seolah menunjukkan kalau dia memiliki standar tinggi. Mona tidak mungkin bisa disamakan dengan seorang pelayan. Jadi, kalau mau cemburu seharusnya bukan dengan Mawar.

“Khawatir saja kalau standarmu sudah turun!” Mona mendengus dan menarik kakinya dari paha sang suami.

“Ah, kamu terlalu banyak nonton film tidak bermutu.” Benny mengibaskan tangannya seolah hal itu sepele.

“Awas kamu kalau berani mengkhianati aku!” Ancam Mona seraya menusuk buah dengan keras.

“Kamu tahu aku tidak akan!” jawab Benny dengan tatapan tajam penuh arti.

Mona tersenyum penuh percaya diri. Jawaban Benny cukup melegakan hatinya. Pria itu tak akan berani macam- macam. Ancamannya sudah cukup menunjukkan kalau dia bisa kapan saja mendepak pria itu dari perusahaan atas namanya.

Mona mengambil kopi dan menyeruputnya sambil menatap Benny penuh arti di balik cangkirnya.

“Aku berangkat kerja dulu. Kamu sebaiknya tidak berpikir macam-macam!” tegas laki - laki itu.

Benny lalu mengambil jas dan tas kerjanya. Dia mendekati Mona lalu memberikan kecupan hangat di bibir sang istri, sebelum akhirnya menuju ke nakas untuk mengambil kunci mobil.

Dia pergi ke arah garasi dan menghidupkan mobilnya sambil menunggu pelayan untuk membuka garasi. Seperti yang diharapkannya, Mawar masuk ke dalam garasi dan bergegas membukakan pintu besi itu. Lalu membuka pagar di depan rumah dan berdiri di tepian pelataran.

Dari dalam mobil, Benny menatap ke arah pembantu cantik itu, yang masih berdiri dengan posisi menyamping. Dia menelan ludah melihat bagaimana helaian rambut yang dipermainkan oleh angin itu begitu menggoda.

“Dia cantik sekali,” gumam Benny tanpa sadar.

Pria itu lalu menekan gas dan keluar dengan perlahan dan melewati Mawar. Dari jendela samping, dia menatap ke arah gadis itu, tetapi mata Mawar tak tertuju ke arahnya sama sekali.

Benny jadi merasa tertantang!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pesona Pembantu Cantik   31. Belahan Jiwa

    “Hati-hati … hati-hati, jangan sampai rusak, nyonya Mona bisa marah besar.” Bik Warsih berteriak pada orang-orang yang masuk dengan membawa bingkisan besar.Mawar yang baru datang dari pasar melihat keributan itu dengan heran. Rumah ini beberapa hari sepi dan tenang, tanpa ada Mona maupun Benny yang semakin menyebalkan baginya, sekarang mulai terlihat ramai.Bukan saja beberapa orang yang datang dengan membawa berbagi barang, tetapi tampak ada juga pelayan- pelayan baru. Mawar melewati mereka semua dan langsung masuk ke dapur dengan belanjaannya.“Ada apa itu Bik?” tanyanya pada Bik Atik sang juru masak.“Tuan muda mau kembali beberapa hari lagi. Nyonya baru saja menelpon si Warsih dan mengirim dua pelayan baru. Barang- barang yang kamu lihat di bawah itu milik tuan muda.”“Tuan Muda?” Mawar mengernyitkan kening. Dia lupa kalau Mona punya anak. “Iya, Tuan muda sudah lama kuliah di Jerman. Dia akan kembali dan membantu perusahaan. Karena pulangnya mendadak, jadi Nyonya Mona dan Tuan B

  • Pesona Pembantu Cantik   30. Gagal Balas Dendam

    Keesokan harinya di saat Mawar sedang menyiram bunga di taman, Mona dengan gaun tidur sutra berdiri santai di teras rumah. Perempuan itu tanpa mengeratkan kimono yang menutupi gaun bertali satu itu, mengangkat segelas air perasan jeruk manis dan menyeruputnya perlahan.Gayanya begitu santai. Dia berdiri beberapa meter saja di depan pembantu muda tersebut. Mona menyeringai tipis seraya memainkan tali kimononya dengan satu tangan.“Selamat pagi, Mawar. Bagaimana tidurmu semalam, apa nyenyak?” Alunan suaranya begitu lembut, tetapi terkandung nada sindiran di dalamnya, apalagi senyuman tipis dan sorot mata Mona menyiratkan semua.“Selamat pagi, Nyonya. Tentu saja saya tidur nyenyak semalam,” sahut Mawar seraya tersenyum tipis dan penuh sikap hormat.“Oh ya … aku tidak bisa tidur nyenyak semalam. Ah … Benny terlalu brutal dan tak membiarkanku beristirahat,” ujar Mona dengan nada mengadu yang manja. Perempuan itu mengusap lehernya. Dia dengan sengaja menyibak bagian atas kimono untuk mempe

  • Pesona Pembantu Cantik   29. Gagal Cerai

    Meja makan itu terasa dingin. Padahal aneka makanan sarapan pagi tersaji dan aromanya sungguh nikmat.Namun, sayang sekali aroma sosis panggang, gurihnya omelette dan manisnya french toast, tidak juga mampu menggugah selera sepasang suami istri yang sedang bertikai. Mereka berdua duduk dengan posisi tegak saling menatap dalam keheningan.Aroma kopi mengisi diantara ketegangan itu. Mawar berjalan dengan pelan sambil membawa teko kopi. Dia lalu menuangkan cairan hitam tersebut ke cangkir Mona. Pelayan itu berdiri tegak, mundur selangkah dan menatap ke arah Benny.Mata Benny bergeming. Lurus tertuju pada Mona, tanpa memperdulikan keberadaan Mawar di depannya. Pria itu seolah tak ingin kalah saling melotot dengan sang istri.Mawar melirik ke arah dokumen yang ada di bawah tangan Benny. Amplop berwarna coklat itu beruliskan kop Departemen Agama. Tak disangka olehnya kalau sang majikan pria bertindak secepat ini.Mawar tersenyum dalam hati, tetapi wajahnya tetap dingin. Perempuan itu tanp

  • Pesona Pembantu Cantik   28.

    Pesta sudah usai tanpa ada yang berpamitan pada pemilik rumah. Mawar masih sempat melihat ketika Andy mengejar Rossa yang menangis terisak. Ada perasaan kasihan dalam dirinya, tetapi juga perasaan aneh. Jika pria itu berani berselingkuh, kenapa dia terlihat seperti pengecut ketika akan diceraikan oleh Rossa. Apakah cinta di antara Mona dan Andy tidak kuat?Mawar tidak peduli dengan urusan tetangga, saat ini yang diperdulikannya adalah pasangan yang sedang menuruni lantai atas. Diam-diam pelayan cantik itu membersihkan sisa-sisa pesta sambil melirik ke arah Benny dan Monna.“Kamu sadar apa yang kamu lakukan di tengah-tengah pesta?” desis Benny kesal. “Dengan Andy?” dia tertawa menyepelekan.“Sudahlah hal seperti ini tidak perlu dibahas,” sahut Monna tanpa merasa bersalah.“Kamu selingkuh dan disaksikan oleh banyak orang dan itu tidak perlu dibahas?” Mata Benny menyipit ke arah istri yang dinikahinya sepuluh tahun silam.Kedua tangan Monna mengepal dengan keras. Cara bicara Benny yang m

  • Pesona Pembantu Cantik   27. Pergi Dari Sini!

    “Dasar kamu pelakor!” Rossa bergerak cepat untuk menyerang Mona lagi, tetapi Andy memasang badan melindungi selingkuhannya itu. Rossa jadi semakin marah melihat sikap suaminya. Dia pun melayangkan tamparan keras ke wajah pria yang sudah mengkhianatinya itu.“Kamu menjijikan Andy! Kamu berani sekali melindungi dia, apa bagusnya perempuan tua itu?” g

  • Pesona Pembantu Cantik   26. Terciduk

    Rossa yang melihat kasak-kusuk di ujung tangga pun menyeruak masuk dengan penasaran. Dia terkejut melihat adegan mesra di depannya. Darahnya langsung mendidih dan kemarahan luar biasa membakar jiwanya. Perempuan itu karena syok masih diam di tempat dan menyiksa diri dengan melihat perlakukan suaminya terhadap sang tetangga. Napasnya terengah- enggah dan setelah beberapa detik berlalu, Rossa akhirnya menumpahkan kemarahannya.“Andyyy!” Rossa langsung histeris saat melihat suaminya dan Mona sedang berpelukan. Bibir kedua orang itu yang sedang bertautan mesra dan tangan Andy yang sedang meraba-raba tubuh Mona pun seketika terhenti. Kedua pasangan selingkuhan itu terkejut melihat sudah ada banyak orang di lantai atas.Rossa berdiri dengan kedua tangan yang terkepal menatap kecewa pada suaminya yang sedang bermesraan dengan sahabatnya. Matanya merah dan bibirnya bergetar. Dia merasa dipermalukan dengan kejadian ini. Tak disangka suami tampan yang begitu dibanggakannya, ternyata berselin

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status