Share

10. Makan Malam dan Perjodohan

Langit sudah berubah gelap. Sesuai dengan janjinya, David akan mengunjungi kedua orang tuanya di rumah lama. Memang dia sudah lama sekali tak menginjakkan kedua kakinya di sana. Merasa berdosa, David memilih menuruti permintaan sang ibu.

Mobil melaju dengan pasti melewati jalanan kota yang cukup padat di malam akhir pekan. David dengan setelan kemeja dan celana hitam menuju kembali ke rumah setelah dia sibuk terlalu lama mengurus perusahaan.

"Selamat datang, Sayang," sapa Helena ketika putranya benar-benar datang. Wanita itu tampak sumringah karena David menepati janjinya.

"Selamat datang, Kak David." Sapaan lembut lain datang dari bibir merah seorang gadis muda berusia dua puluh delapan tahunan. Gadis itu berjalan mendekati David dengan langkah yang begitu anggun.

"Siapa dia, Mah?" tanya David dengan ekspresi datar.

"Kok siapa? Dia ini Tiara. Yang tadi Mamah kasih lihat fotonya," jelas Helena sembari menarik pelan lengan Tiara agar lebih dekat dengannya.

David menatap dengan tatapan tanpa ekspresinya. Ternyata sang ibu mengundang gadis yang akan dikenalkan padanya. Jika tahu seperti ini sebelumnya pastilah David memilih untuk berada di apartemennya saja.

"Bukankah malam ini acara makan malam keluarga?" tanyanya dingin. Dia sedang menekankan bahwa Tiara bukan anggota keluarganya.

Helena tersenyum pada sang putra. "Tiara ini kan sudah seperti keluarga kita, Dav. Ayo masuk! Papah sudah menunggu," ajaknya ramah. Nampaknya wanita paruh baya itu tengah mengalihkan topik pembicaraan.

David tak mau banyak mengajukan pertanyaan. Karakternya yang dingin mengabaikan tatapan penuh damba dari Tiara. Kini pria itu melihat sang ayah yang sudah duduk di ruang makan.

Hidangan telah disiapkan sedemikian rupa oleh Helena. David pun memberi salam pada sang ayah sebelum dia duduk di hadapan Norman Alexander.

"Bagaimana kabarmu, Dav?" tanya Norman pada putra semata wayangnya.

"Baik, Pah."

"Syukurlah. Papah dengar perusahaanmu meningkat pesat. Meski ada kabar perusahaan RH yang ada di kota sebelah, tapi perusahaan yang kamu pimpin masih berada jauh di atasnya," papar Norman bangga.

"Pah, udah bicara kerjaan. Sekarang kan kita harus makan malam dan mendekatkan David sama Tiara," ucap Helena.

"Baik, Mah," sahut Norman.

Keluarga David ditambah Tiara mulai makan malam dengan damai. Sesekali Tiara mencoba mendekati pria tampan yang duduk di sebelahnya. Namun David selalu berhasil mengabaikannya begitu saja. Seolah kecantikan Tiara tak mampu membuat fokusnya pada makanan teralihkan.

"Nah, David. Setelah makan bagaimana kalau kita membicarakan perjodohan kamu sama Tiara?" Tiba-tiba Helena membuat usulan.

David menghentikan sejenak aktivitas makannya. Pria itu menatap sang ibu yang ingin segera menikahkan anaknya.

"Maaf, Mah. Tapi zaman sekarang bukan waktunya untuk menjodoh-jodohkan," papar David dengan tenang.

Norman memilih diam menyimak pembicaraan sang putra dan istrinya.

"Ta-tapi, Dav, kamu kan sudah dewasa. Tiara juga sudah dewasa," bujuk Helena lagi.

"Tante, jangan paksa Kak David. Saya akan sabar, kok," timpal Tiara terdengar sangat akrab dengan wanita paruh baya itu.

David geli mendengar cara bicara Tiara. Sungguh cara bicara gadis itu berbeda dengan Lila yang tak dibuat-buat.

'Tunggu! Kenapa aku malah teringat dengan pembantu baruku yang sering diam?' batin David.

"Ada apa, Dav? Sepertinya kamu tidak menikmati acara makan malam ini?" tanya Norman yang mengetahui perubahan putranya.

"Aku hanya lelah, Pah," jawab pria itu.

"Nah. Pas sekali. Kalau lelah kamu besok libur saja, Dav. Kebetulan Tiara juga libur. Kalian bisa memanfaatkan waktu untuk berdua." Lagi-lagi Helena membuat usulan yang terdengar seenaknya.

David mencoba tetap tenang. "Aku tidak bisa berjanji. Besok aku harus berangkat kerja," jawabnya dingin sembari menghabiskan makanannya.

"Tapi besok kan libur." Helena mencoba mengingatkan.

"Tidak untukku," jawab David dingin dan tegas.

Suasana menjadi tegang. Helena harus bercanda ringan dengan Tiara untuk mencairkan suasana. Hingga makan malam pun berakhir.

"David, kamu bisa mengantarkan Tiara pulang, kan?" ucap Helena lagi-lagi memutuskan sesuatu untuk putranya.

"Nggak usah, Tante. Saya bawa mobil sendiri, kok." Tiara menolak dengan sopan.

"Mamah dengar? Dia bawa mobil sendiri. Sebaiknya dia pulang sendiri," timpal David dengan santainya.

"Tapi ini kan sudah malam," ucap Helena.

"Sudah, Tante. Tidak apa-apa." Tiara memasang senyumannya. "Saya pamit dulu, ya?" Gadis itu segeda pergi meninggalkan rumah keluarga Alexander. Tampak rahangnya mengerat saat melangkahkan kaki keluar dari rumah.

"Kamu kenapa bersikap begitu, sih, ke Tiara?" protes Helena.

David memilih duduk di dekat sang ayah di ruang keluarga.

"Aku kan sudah pernah bilang, jangan menjodohkan aku lagi dengan siapa pun," tegas Aogi.

"Tapi Tiara ini berkelas, Dav. Dia anak teman Mamah," ucap Helena tak kalah tegas.

David memijit pangkal hidungnya. "Mah. Apa Mamah akan berhenti memaksaku menikah jika aku sudah menemukan calon istriku?" tanya pria itu.

"Itu terserah kamu –"

"Tentu saja, Dav," jawab Helena memotong ucapan Norman.

Di dalam otak David kini muncul sebuah rencana pernikahan yang sesuai dengan keinginannya.

"Kalau begitu baiklah. Aku menerimanya. Aku akan menikah," ucap pria itu mengejutkan kedua orang tuanya.

"Benarkah? Syukurlah ...." Helena bernapas lega.

"Siapa calonnya?" tanya Norman penasaran.

"Tentu saja Tiara, Pah. David pasti suka dengannya," sahut wanita itu sembari tersenyum senang pada suaminya.

David menatap wajah kedua orang tuanya. Pria itu pun memberikan senyuman tipis. Saking tipisnya bahkan tak terlihat. "Bukan Tiara. Aku akan menikah dengan Lila," jelasnya.

"Lila? Siapa dia?" tanya Helena terdengar kecewa. Ternyata putranya memilih gadis lain dari pada gadis pilihannya.

Norman memilih diam menyimak. Dia ikut penasaran dengan nama yang disebutkan sang putra. Baru kali ini setelah sekian lama Norman mendengar putranya sudah memiliki kekasih hati demi meneruskan keturunan keluarga Alexander.

"Aku akan segera memperkenalkannya pada kalian," jawab David. Pria itu masih saja membuat pengaturan untuk pernikahannya. Setidaknya dia harus membicarakan hal ini pada sang pembantu baru.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status