Share

5. Aroma Parfum

Author: Rizu Key
last update Huling Na-update: 2024-04-23 16:03:42

Hari berikutnya mentari bersinar cukup cerah. Lila pun dengan semangat sudah bersiap untuk menuju ke tempat kerjanya.

"Huft. Oke. Aku pasti bisa. Di rumah ini aku sudah banyak belajar dari Ibu soal bersih-bersih," gumamnya penuh tekad di depan cermin kecil di kamarnya.

Segera saja Lila berpamitan dengan ibu dan ayah angkatnya.

"Ibu sudah menghubungi orangnya. Dia mau menemui kamu dan ini alamatnya," ucap wanita itu sembari menyerahkan selembar kertas kecil pada anak angkatnya.

"Terima kasih, Bu. Aku nggak akan mengecewakan ibu," ucap Lila dengan senyuman lembutnya.

"Iya. Hati-hati di jalan, Lil."

Setelah berpamitan, Lila menunggu angkutan umum untuk menuju ke alamat tempat kerjanya yang baru. Kini gadis itu tiba di sebuah apartemen mewah dengan nomor 111. Sesuai dengan alamat yang tertera pada kertas kecil yang dia bawa.

Bel pintu dia tekan agar sang penghuni tahu dirinya telah datang.

"Permisi, apa benar ini tempat tinggalnya Pak Davidson?" tanya Lila saat menatap pria berkacamata.

"Iya benar. Kamu pasti Lilara, kan?"

"Iya. Saya Lila, putrinya Bu Weni." Gadis cantik dengan blouse merah muda dan celana krem panjang itu memperkenalkan diri dengan sopan.

"Silakan masuk, Lila. Aku Farhan, orang kepercayaan Pak David." Pria itu memperkenalkan diri. Pintu dia buka lebar agar tamunya bisa masuk dengan mudah.

Lila mengangguk sopan. Gadis itu melangkah masuk mengekori langkah Farhan. Kedua matanya mengamati isi apartemen yang begitu rapi. Tak ada foto keluarga maupun foto diri dari sang pemilik. Seolah sang pemilik memiliki kehidupan yang misterius.

Kedua orang itu pun duduk di ruang tamu. Farhan menjelaskan beberapa hal pada sang pembantu baru yang akan bekerja di rumah atasannya.

"Begitulah kurang lebihnya. Selama kamu bisa jujur, rajin, dan disiplin bekerja kamu akan mendapatkan gaji sesuai dengan kesepakatan awal yang telah kita bicarakan."

Lila mengangguk mengerti. "Saya akan berusaha."

"Bagus. Karena Bu Weni yang merekomendasikan putrinya sendiri maka tidak diragukan lagi. Kamu bisa mulai bekerja di sini hari ini," ucap Farhan membuat wajah Lila sumringah.

"Terima kasih."

Farhan membetulkan kacamatanya sebelum melanjutkan bicara. "Kamu bekerja hanya membersihkan apartemen dan mencuci pakaian. Tidak perlu memasak apa pun. Dan aku belum akan memberi tahumu nomor password apartemen ini sebelum aku melihat hasil kerjamu selama seminggu. Jadi selama seminggu aku akan membukakan pintu untukmu dan kamu bisa keluar hanya sekali saat kamu pulang saja," papar Farhan.

"Mengerti. Tapi jam berapa saya mulai bekerjanya?" tanya Lila.

"Aku akan menunggumu di depan setiap pukul delapan. Kamu tidak boleh terlambat," ucap Farhan.

"Baik."

"Dan kamu boleh pulang pukul tiga sore sebelum Pak Davidson pulang," jelas Farhan lagi.

Lila merasa aneh dengan peraturan itu. Ini berarti dia tidak akan bertemu dengan majikannya. Namun dia beruntung karena jam bekerjanya tidak terlalu lama. Terlebih dari perabotan yang ada, dia menilai jika majikannya merupakan orang yang perfeksionis.

"Baik. Saya mengerti."

"Bagus. Sekarang mulailah bekerja. Aku sendiri harus kembali ke kantor. Ingat, harus jujur. Karena Pak Davidson tidak akan melepaskanmu begitu saja jika kedapatan mencuri!" tegas Farhan.

"Baik."

Farhan benar-benar pergi meninggalkan Lila sendirian di apartemen mewah tersebut. Gadis itu mulai melakukan pekerjaan pertamanya. Dia mengambil semua pakaian kotor milik sang majikan. Meski pekerjaannya tidak sesuai dengan yang dia inginkan, tetapi Lila tak mau mundur. Setidaknya dia tetap harus bisa mengumpulkan uang.

"A-aku harus mencuci pakaian dalamnya juga? Serius?" gumam Lila kaget saat memasukkan pakaian dalam pria ke dalam mesin cuci.

'Tapi Pak Davidson ini seperti apa, ya? Apa dia seorang bos yang sudah tua? Kalau iya kasihan karena tinggal sendirian. Tapi dia cukup perfeksionis,' batin Lila dengan tangan yang bergerak mengerjakan pekerjaannya. Sesekali kedua matanya mengamati benda-benda yang tertata rapi.

Di hari pertama bekerja Lila tak merasa kesulitan. Namun dirinya penasaran dengan bagaimana rupa sang majikan. Akan tetapi dia mencoba menahan rasa penasarannya dan berusaha bekerja dengan baik.

**

Hari kedua bekerja dimulai. Lila berangkat menggunakan angkutan umum seperti biasanya. Karena tak ingin terlambat, Lila sengaja berangkat lebih awal.

Bruk!

"Ah, maaf ...." cicit Lila saat gadis itu tak sengaja menabrak seseorang yang baru keluar dari lift.

Lila mundur beberapa langkah dan dia kini sadar baru saja menabrak seorang pria tinggi dan gagah. Bahkan gadis itu harus mendongak saat ingin melihat wajah laki-laki yang tak sengaja dia tabrak. Lila seketika terdiam saat menatap wajah tampan berahang tegas itu kini menatap tajam padanya.

"Maaf, Mas ...." cicitnya lagi sembari menunduk takut. Melihat wajah tampan membuatnya teringat dengan mantan suaminya. Erik juga memiliki wajah tampan, namun pria di hadapannya jauh lebih tampan dari pada Erik. Pahatan wajahnya begitu sempurna!

"Minggir!" Hanya satu kata itu yang terucap dari sang pria dengan setelan jas navy. Tatapannya begitu tajam saat bertemu mata dengan Lila.

Atmosfer tiba-tiba berubah dingin ketika pria itu bersuara. Seketika Lila membatu dan dia seolah tak sanggup menggerakkan tubuhnya.

"Ck!" Pria itu berdecak kesal. Dia lalu melewati Lila begitu saja. Kini Lila hanya dapat mencium aroma parfum saat pria itu berjalan melewatinya.

'Benar-benar laki-laki yang menyeramkan ... Semoga aku nggak bertemu dengannya lagi ....' batin Lila bernapas lega. Gadis itu pun menatap sedih saat lift sudah kembali naik karena dia tak segera menggunakannya.

Lila menoleh ke arah pria dingin itu pergi. Dadanya tiba-tiba berdesir, 'Aroma parfum ini seperti yang ada di kamar Pak Davidson ....'

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pesona Pembantu Tuan David   190. Akhirnya ... [Tamat]

    Setelah mengetahui siapa yang membuat masalah dengannya, David tentu saja tak tinggal diam. Pria itu memanggil Tristan, orang yang pernah merebut mantan kekasihnya dulu dan berhasil menghancurkan rencana pernikahannya. Dia sendiri mengenal Tristan sebagai anak seorang pemilik perusahaan yang cukup terkenal.Setelah membuat jadwal dan undangan, akhirnya David bisa menemui Tristan. David segera pergi ke Singapura. Dua orang yang sudah lama tak berjumpa itu pun kembali saling berhadapan dengan atmosfer yang penuh dengan ketegangan."Jadi, apa maksud dari semua ini, Pak Tristan?" David langsung memberikan pertanyaan inti meski masih tetap mencoba bersikap sopan pada pria di hadapannya.Tristan melihat laporan yang ditunjukkan asisten kepercayaan David padanya. Kedua alisnya pun saling bertaut. "Saha memang tidak menyukai Anda, Pak David. Tapi saya tidak punya waktu untuk melakukan tindakan kotor seperti ini." Tristan mulai berkilah."Mohon jangan berkilah, Pak Tristan," tekan David menco

  • Pesona Pembantu Tuan David   189. Vito Tertangkap

    Lila menaikkan kedua alisnya. "Aku nggak bentak Mas David ....""Tapi terdengar begitu. Kenapa kamu menyuruhku mandi? Padahal aku capek, Sayang. Aku hanya ingin bermanja - manja denganmu dulu," ujar David dengan ekspresi sedihnya yang berubah menjadi kesal.Lila menatap heran suaminya yang salah sangka. Melihat pertengkaran kecil tersebut, Shiro memilih pergi. Sementara Lila masih menatap suaminya. Dia merasa takut jika David kembali bersikap kasar dan dingin seperti saat mereka masih menikah kontrak."Maaf ...." David menunduk. Pria itu merasa bersalah. Dia pun memeluk sang istri."Aku seharusnya tidak bersikap seperti ini. Maafkan aku, Sayang ...." sesalnya sembari mencium kening Lila dan memeluk lembut wanitanya itu.Lila menghela napas. Sepertinya memang David terlalu banyak pikiran. Wajar saja. Pria itu bekerja tanpa henti. Apa lagi David semakin sibuk selain ikut mengurus anak pertama mereka. Sebelumnya juga dia sering menghadapi masalah dan mungkin saja David sudah jengah."Aku

  • Pesona Pembantu Tuan David   188. Mencari Pelaku yang Kabur

    Keheningan itu membuat Farhan merasa tidak nyaman. Sang bos belum memberikan respon apa pun atas pengakuannya kerena teledor. Perlahan pria itu mendongak, memberanikan diri untuk menatap dan menghadapi sang atasan.David ternyata diam sembari menatap lurus ke arahnya. Ketegangan semakin bertambah saat kedua mata Farhan bertemu dengan iris kecokelatan Davidson."Kalau kamu memang merasa bersalah dan bertanggung jawab soal masalah ini, maka cari dan tangkap karyawan itu! Kamu harus menyerahkannya padaku dan cari tahu alasannya serta pada siapa dia 'menjual' rahasia perusahaan!" David berujar tegas dan dingin saat memberikan perintah.Farhan menelan ludahnya. Sudah lama sekali dia tak diperlakukan sedingin ini oleh sang bos. Namun dia harus tetap patuh."Baik, Pak.""Aku tidak akan memecatmu. Karena bagaimana pun juga kamu telah membantuku agar aku bisa tiba di rumah sakit tepat waktu," imbuh David sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerja.Farhan lagi - lagi terkejut at

  • Pesona Pembantu Tuan David   187. Keteledoran Farhan

    Penyelidikan segera dilaksanakan. David memerintahkan anak buahnya terlebih dahulu sebelum melibatkan pihak luar. Apa lagi ini merupakan masalah internal yang memang harus diatasi oleh perusahaan.Di dalam perusahaan yang terlihat baik - baik saja dari luar, para petingginya sedang mencoba membereskan masalah yang ada. David bersama Farhan kini sedang memeriksa beberapa data yang sudah terlanjur tersebar dan sedang mencoba menghentikannya.Farhan sendiri sudah mendapatkan rekaman CCTV yang dia butuhkan. Kini pria itu memeriksa rekaman yang ada. Beberapa video dari beberapa sudut telah dia periksa. Namun tak ada yang mencurigakan. Hingga dia menemukan video di mana saat dirinya sebelum mengantarkan sang bos menuju ke rumah sakit untuk mendampingi sang istri yang melahirkan."I-ini ...." Farhan bergumam sembari membetulkan kacamatanya.Kedua alis pria itu saling bertaut. Kini memorinya tertuju pada saat dia menyerahkan hasil rapat pada salah satu karyawan pria yang dia mintai tolong unt

  • Pesona Pembantu Tuan David   186. Masalah di Perusahaan

    Farhan menarik napas sebelum menjawab. "Maaf, Pak David. Tapi data itu telah bocor."David membulatkan kedua matanya. "Apa?! Bagaimana bisa?" tanya pria itu dengan ekspresi kaget dan tak percaya.Lila pun mendongak menatap heran ke arah suaminya. Terlihat jelas bahwa David sedang terkejut."Maaf, Pak David. Saya dan juga Cindy sedang menyelidikinya. Kami sedang mencari tahu bagaimana data itu sampai bocor," jawab Farhan terdengar ketakutan.David menghela napas kasar. Pria itu kemudian duduk di samping sang istri, tepatnya pada salah satu sisi tempat tidur. Tangan kanannya menggenggam ponsel, sementara tangan kirinya menyugar rambutnya."Kalau begitu teruslah selidiki. Aku akan segera ke kantor," ucap David kemudian sembari menutup panggilan telepon.Pria itu kini menunduk. Lila yang merasa khawatir segera mendekati suaminya dan meraih lengan kekar pria itu dengan lembut."Mas ... Ada apa?" tanya wanita itu khawatir. Melihat dari respon suaminya, dia menduga adanya masalah yang sedang

  • Pesona Pembantu Tuan David   185. Mengganggu Cuti

    Malam itu suhu cukup panas. Bayi mungil David dan Lila mulai rewel karena kegerahan. Beruntung sang ayah dengan sigap menyetel suhu dalam ruangan tersebut agar putranya kembali nyaman."Ternyata dia merasa kegerahan juga," ucap David yang kini berjalan mendekati istri dan anaknya."Iya, Mas. Sekarang cukup sejuk," sahut Lila.Bayi mungilnya masih menangis. Lalu segera saja Lila memberikan ASI padanya. Dan ternyata tak hanya kegerahan saja, bayi kecil itu juga meredakan haus dan lapar."Ternyata lapar juga Adek, ya?" Lila bertanya dengan lembut seolah sedang bertanya langsung pada putranya.David duduk di samping Lila yang sedang menyusui putranya. Tatapan pria itu tertuju pada payudara Lila yang terlihat padat dan berisi. Kini dia menelan ludahnya seolah ikut merasakan kehausan."Kenapa lihatinnya kaya gitu, Mas?" tanya Lila menatap curiga pada suaminya.David tersenyum penuh arti. Pria itu kemudian beralih menatap wajah cantik istrinya."Aku hanya penasaran bagaimana rasanya," gumam

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status