Share

BAB 5

Author: SISKA JUNIA
last update Last Updated: 2025-09-10 19:29:03

Aku terdiam memandang baterai handphoneku, jadi dia menyembunyikan di sela-sela antara kepala tempat tidur dan tempat tidur.

“Hei. Kemarikan benda sialan itu,” ujarnya.

“Aku tidak bisa tidak bermain handphone, please. Biarkan aku memegang handphone-ku, aku tidak akan menelpon Theo di depanmu.”

Ia menggeleng.

“Aku saja tidak pernah bermain handphone di depanmu,” ujarnya.

“Wanita dan laki-laki itu berbeda, hampir 78% wanita itu tak bisa tidak bermain handphone,” ujarku, sambil memasang wajah memelas.

Tapi, wajahnya tetap dingin, seakan tidak peduli, seakan tidak mau terjebak dengan wajahku yang memelas.

“Maka jadilah 22% wanita yang tidak bermain handphone.”

Ia mendekatiku.

“Ada game favoritku di handphoneku, please.”

Ia tetap menggeleng dengan tegas.

“Berikan atau sekarang aku menidurimu lagi di tempat tidur itu.”

Aku menatapnya, lalu menaruh baterai handphoneku di tangannya.

“Bagus,” ujarnya. Seakan puas aku menuruti kemauannya.

 Ia kembali duduk di meja dengan baterai handphoneku di tangannya. Aku melanjutkan memasang pillow case baru pada bantal di tempat tidur.

Setelah selesai, aku berlutut di lantai, dan melihat ke bawah tempat tidur. Astaga. Banyak sekali sampah di bawah tempat tidurnya, dan tak ada tanda-tanda celana dalamku di bawah tempat tidurnya.

Sialan. Kemana dia membawa celana dalamku?

Setelah sarapan tadi, tiba-tiba saja ia menarikku ke kamar. Kami melakukan hal yang tidak pernah kami lakukan. Hubungan suami-istri. Tidak bisa.

Itu sangat aneh bagiku. Bahkan saat ini, kami terasa lebih canggung lagi daripada sebelumnya.

Aku kembali berdiri lalu memandang Darren.

“Kemana aku bisa membawa benda itu?”

Aku melirik sheet kotornya.

“Berikan saja pada Mom, siapa tau dia senang.”

Ia tertawa kecil. Alis kananku melengkung. Dia tertawa? Ekspresinya kembali datar begitu ia sadar aku tengah menatapnya.

Aku tau, dia suka mengerjaiku. Dia suka mempermalukanku. Dia suka melihatku kesal padanya.

“Taruh saja di kamar mandi, aku akan membuangnya nanti.”

Aku mengangguk, lalu membawanya ke kamar mandi. Saat aku keluar, ia melempar sesuatu ke arahku.

“Aku tidak suka gadis jorok, jadi jangan mencari celana dalammu, gunakan itu,” aku menatap celana dalam berwarna merah yang ia lempar, lalu menatapnya.

“Ini milik siapa?” tanyaku. Memastikan.

Tidak mungkin aku menggunakan celana dalam bekas yang mungkin milih wanita yang pernah ia bawa kemari. Sangat tidak bersih. Menjijikan.

“Mantan kekasihku, itu tertinggal, tapi itu baru.”

Aku melebarkan mataku. Dia memberiku celana dalam mantan kekasihnya?.

“Aku bercanda. Pelayan baru saja membelikannya, aku menyuruhnya membeli, dan ini pakaian baru,” ia melempar pakaian itu ke arahku.

“Terima kasih.”

“Aku menunggumu di bawah, makan malam sudah siap.”

“Kau tidak mandi?” tanyaku.

“Untuk apa? kau pikir ini sudah selesai?,” tanyanya.

Ia memutar bola matanya, lalu keluar. aku terdiam beberapa saat. Jadi ini belum selesai? Dia akan meniduriku lagi? Ini maksud perkataannya jika aku sia-sia mengganti sheet tempat tidurnya?

Aku menggelengkan kepalaku dan segera memakai celana dalam yang ia berikan. Aku menatap diriku di cermin lalu merapikan rambutku, ada bekas merah di belakang telingaku yang terlanjur Darren buat sebelum aku mencegahnya.

Aku segera menggunakan rambutku untuk menutupinya. Aku membenarkan pakaianku yang sedikit berantakan, setelah terlihat tidak akan mencurigakan.

Aku segera keluar dari kamar. Aku duduk di samping Darren, ada Jeremy disini. Dia sudah pulang bekerja.

Jeremy adalah Ayah Justin. Dia sangat tampan, walau umurnya sudah menyentuh kepala 4. Ia sangat berwibawa, dengan aura billionere.

“Kau lama sekali, senang membuat orang menunggu, ya?” ujar Darren.

“Maaf,” ujarku.

Kami mulai makan malam.

Meja makan sangat hening, begini rasanya jadi Darren, jika menjadi anak satu-satunya. Berbeda dengan Theo yang banyak saudara, meja makan terasa begitu kacau dan menyenangkan.

“Aku dengar, ulang tahunmu semakin dekat ya, Leora?” aku menatap Jeremy, lalu mengangguk.

“Kenapa tidak memberitahuku?”  Darren berucap, aku menatapnya.

“Untuk apa memberitahumu?” Darren memutar bola matanya, lalu mengacuhkan pertanyaanku.

“Ulang tahun yang ke-21 ingin kau rayakan bersama kami atau dengan keluargamu, Leora?” tanya Jeremy.

Keluargaku, pasti. Tapi ini sudah menjadi keluargaku, dan jika aku bilang aku ingin dengan keluargaku, Jeremy pasti merasa jika aku tidak menyukainya dan keluarganya.

Aku menggigit bibirku.

“Bersama kalian,” dustaku.

Aku tersenyum. Biasanya saat aku ulang tahun, Theo selalu memberikan kejutan dan merencanakan itu dengan keluarganya.

Sedangkan keluargaku, mereka tak pernah setuju hubunganku dengan Theo jadi Theo menyiapkannya dengan keluarganya dan teman-temanku.

“Jika sudah selesai makan, bawa sampah di kamar keluar, lalu buatkan aku susu,” ujar Darren.

“Darren, kau bisa meminta pelayan,” ujar Pattie.

“Aku tidak suka pelayan masuk ke kamarku, lagipula apa gunanya Leora, jika ia tak mau membersihkan kamar suaminya, ya kan?” aku mengangguk ke arah Darren.

“Apalagi ada sesuatu di kamar mandiku, Leora pasti tak mau seseorang

masuk kamar mandiku, ya kan?”  aku menatap Darren.

“Aku bisa membersihkan kamar Darren, Mom. Sampahnya hanya sedikit,” ujarku.

“Memangnya ada apa di kamar mandimu?” tanya Jeremy. Aku melotot.

Darren menatapku, saat ia ingin membuka mulutnya. Aku segera memegang lengannya.

“Banyak sampah, Dad. Bahkan celana dalam kotornya ada disana, jadi tak enak jika ada pelayan yang melihatnya, aku bisa membersihkannya.”

“Celana dalam ya?” tanyanya dengan suara rendah.

Aku menatapnya dengan memelas. Dia tidak bisa memberitahukan kepada orang tuanya tentang hal pribadi kami, itu rahasia pribadi, antara aku dan dia. Darren kembali makan.

Baguslah dia tidak bertingkah iseng lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Suami Dingin dan Posesif   BAB 7

    “Theo.” ujarku, sambil sedikit berbisik.“Hei. Leora. Akhirnya kau menghubungiku, setelah dua hari handpphonenmu tidak aktif,” aku tersenyum.“Maaf, tapi aku menghubungimu karena aku kesepian. Justin sudah berangkat kerja 2 jam yang lalu, dan—.”“Aku mengerti. Aku bisa Leora, apa kau mau aku menjemputmu?" aku tersenyum lebar.“Aku akan mengirim alamat rumah Darren, aku akan mengganti pakaianku.”“Baiklah, aku juga akan bersiap.”“Bye.”Aku mematikan sambungan telepon, lalu aku segera mengganti bajuku dengan baju kaos dan celana pendek. Aku mencari-cari tas yang cocok, hingga aku memilih warna lime, warna yang sangat terang.Aku memasukan dompet dan handphoneku ke tas.Aku menatap diriku dalam pantulan cermin, aku mengikat rambutku dengan rapi. Lalu menambah pita berwarna kuning di rambutku. Aku mengaplikasikan lipstick berwarna peach, dan parfum.Mataku memilih high heels lalu aku mengambil heels berwarna lime seperti tas-ku.Aku segera keluar dari kamar. Theo akan sampai dengan cepat

  • Pesona Suami Dingin dan Posesif   BAB 6

    Saat makan malam berakhir. Aku segera ke kamar untuk mengeluarkan sampah yang ada di kamar Darren. Saat aku ingin keluar dari kamar, Darren yang masuk ke kamar. Ia menatapku.“Kau ingin susu coklat atau putih?” tanyaku.Ia menggigit bibirnya. Aku memandangnya, mencoba mencerna alasan kenapa ia menggigit bibirnya. Aku membahas susu yang akan ia minum, bukan susu yang lain.“Coklat,” jawabnya, setelah berpikir.Aku mengangguk. Aku segera keluar dari kamarnya dengan sampah dan piring serta gelas kotor. Pelayan membantuku membawa semua sampah ini.Lalu aku segera membuatkan susu untuk Darren, sebelum dia mengomel dan mengataiku dengan kalimat yang menyakitkan.Aku membawa segelas susu ke kamar, lalu aku menutup pintu dan memandang Darren yang tengah tiduran sambil menatap langit-langit kamar. Sayangnya, disini tidak ada TV.“Ini susumu,” ujarku.Aku meletakan susu-nya di meja di sampingnya. Aku berjalan ke kamar mandi, aku perlu mandi, aku tidak sempat membersihkan diri tadi.“Kau mau kem

  • Pesona Suami Dingin dan Posesif   BAB 5

    Aku terdiam memandang baterai handphoneku, jadi dia menyembunyikan di sela-sela antara kepala tempat tidur dan tempat tidur.“Hei. Kemarikan benda sialan itu,” ujarnya.“Aku tidak bisa tidak bermain handphone, please. Biarkan aku memegang handphone-ku, aku tidak akan menelpon Theo di depanmu.”Ia menggeleng.“Aku saja tidak pernah bermain handphone di depanmu,” ujarnya.“Wanita dan laki-laki itu berbeda, hampir 78% wanita itu tak bisa tidak bermain handphone,” ujarku, sambil memasang wajah memelas.Tapi, wajahnya tetap dingin, seakan tidak peduli, seakan tidak mau terjebak dengan wajahku yang memelas.“Maka jadilah 22% wanita yang tidak bermain handphone.”Ia mendekatiku.“Ada game favoritku di handphoneku, please.”Ia tetap menggeleng dengan tegas.“Berikan atau sekarang aku menidurimu lagi di tempat tidur itu.”Aku menatapnya, lalu menaruh baterai handphoneku di tangannya.“Bagus,” ujarnya. Seakan puas aku menuruti kemauannya. Ia kembali duduk di meja dengan baterai handphoneku di

  • Pesona Suami Dingin dan Posesif   BAB 4

    Pattie memberikan aku rok, jadi aku bisa menggunakan baju kaos Darren dengan rok sebagai bawahan. Aku mengikat baju kaosnya, menjadi terlihat pendek.Beruntung Pattie bisa mengerti keadaanku, jika aku masih belum bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ini. Jadi dia lebih aktif mengajakku berbicara di bandingkan harus aku yang membuka topik.Rumah Pattie memiliki taman yang lebih luas dari rumah Darren. Aku berjalan kaki tanpa alas kaki di taman rumahnya. Suasana disini juga cukup sejuk, matahari tidak terlalu panas menembus kulitku.Berbeda dengan rumah Darren, aku hanya bisa menikmati taman rumah Darren setiap pagi dan Sore. Itu juga aku harus memastikan agar matahari tidak terlalu panas.Aku duduk di bangku taman dan menikmati angin yang berhembus ke arahku. Jika aku sedang berkunjung ke rumah orang tua Theo, Ibunya pasti mengajakku memasak untuk makan malam, atau membuat cemilan favorit Theo.Dan saudara-saudara Theo pasti mengajakku untuk bermain, ntah itu PS, menonton film terbaru

  • Pesona Suami Dingin dan Posesif   BAB 3

    Aku duduk di samping Darren. Darren mengabaikanku, dan dia memasukan makanan ke dalam mulutnya.“Leora, akhirnya kau datang,” ujar Pattie, masih dengan senyum lembutnya.“Maaf, mom. Aku ke kamar mandi sebentar tadi.”“Aku bertanya pada Darren tentang bulan madu, kalian bersungguh-sungguh tidak ingin bulan madu?” aku melirik Darren.“Tidak, mom. Aku sibuk, Leora juga sibuk dengan temannya.” ujar Darren.“Aktivitas kalian bisa di hentikan, kalian harus bulan madu, setidaknya jika kalian tak mau bulan madu. Berikan kami harapan jika kalian bisa memberikan seorang penerus keluarga ini.”Darren tersedak. Aku menggeser minumannya lebih dekat ke arahnya.“Bulan madu bahkan tak akan membuat hal itu terjadi. Aku sudah katakan, aku belum siap menikah, jadi kalian harus menerima resiko atas pernikahan yang tak aku inginkan,” Darren menatapku.Lalu ia bangkit dan meninggalkan meja makan. Aku menunduk dan mulai memakan sarapanku. Pattie hanya diam.“Mom,” aku berucap pelan.Ia menatapku dengan sen

  • Pesona Suami Dingin dan Posesif   BAB 2

    “Untuk apa kau menatapku?” ia berucap.“Aku tidak menatapmu, aku menatap pemandangan yang ada di sampingmu.”“Oh. Jadi, kau masih haus?”“Tidak.”“Kalau begitu aku saja yang membeli minum.”Ia masuk ke dalam Drive Thru Mc. Donalds.Aku memalingkan wajahku. Walau Theo kadang menjengkelkan, tapi hanya Darren yang benar-benar menjengkelkan.“Kau yakin tidak mau?” tanya nya.“Tidak,” ketusku.“Aku ingin Mc. Flurry Oreo dua, Pepsi dua, dan French Fries yang besar satu,” aku meliriknya.Rakus juga dia. Tapi walau dia makan banyak, bentuk tubuhnya aku akui cukup atletis. Darren menjalankan mobilnya, ia membayar dan kami menunggu lagi.Darren memajukan mobilnya setelah mobil di depan kami pergi.“Pegang.”Ia memberikan aku dua Mc Flurry, lalu pepsi dan kentang gorengnya. Ia menutup kaca mobil dan menggerakan mobilnya.Ia mengambil satu Mc. Flurry dan memasukan sesendok ice cream ke mulutnya sambil menyupir.“Kau hanya menyuruhku memegang makanan mu ini?” tanyaku.“Kau kan tak mau membeli tadi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status