LOGINDarren Lawson adalah seorang CEO muda yang jatuh cinta pertama kali pada seorang gadis yang merupakan putri dari teman Ayahnya. Demi mendapatkan gadis itu, ia mengatakan bahwa pernikahan mereka adalah suatu perjodohan. Hingga memisahkan gadis itu dari kekasihnya yang saat itu sedang berpacaran dengan Theo. Akankah Darren bisa membuat gadis itu mencintainya? Atau gadis itu akan terus mencintai sang mantan kekasih?
View MoreJika dia bersikap dingin. Aku juga bisa bersikap dingin. Dia itu tidak menarik bagiku sama sekali. Wajah yang dingin dan bahkan lebih dingin dari Es. Tersenyum saja tidak pernah, aku sih tidak berharap ia memberiku senyuman.
Tapi, uhh... aku kesal melihat wajahnya yang tanpa ekspresi setiap pagi. Aku tidak ingin pernikahan ini. Pernikahan yang kami lakukan dua minggu lalu adalah atas keinginan kedua orang tua kami.
Bisa di bilang ini kategori dari pernikahan perusahaan, karena ini bukan atas dasar cinta atau apapun. Ini untuk menguntungkan perusahaan baik perusahaan ayahku atau orang tua orang yang aku nikahi ini.
“Hari ini, kita berkunjung ke rumah orang tuaku,” ujar Darren.
Aku menatapnya dan mengangguk. Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk membuat dia sedikit tersenyum. Bagaimana bisa aku senang tinggal dengan orang sedingin es seperti dia.
“Aku akan bersiap-siap,” ujarku.
Aku segera membuka lemari dan mencari pakaian yang sopan. Darren masih tetap dalam ekspresinya yang dingin. Aku juga tidak suka dengan pernikahan ini, tapi ekspresi wajahnya seakan marah dan menyalahkanku atas pernikahan ini.
Akukan juga tidak mau, tapi bagaimana bisa aku menolak, Darren yang anak laki-laki saja tidak bisa menolak.
“Kita sarapan di rumah orang tuaku,” ujarnya.
Aku mengangguk. Ia meraih kunci mobil yang ada di atas meja, lalu keluar dari kamar. Aku menatap diriku dalam pantulan cermin, lalu aku mengambil tas-ku dan menyimpan dompet serta handphoneku di dalam tas.
Aku segera keluar, dan menyusul Darren. Sebelum ekspresinya semakin dingin. Mengerikan.
Darren menjalankan mobilnya begitu aku masuk. Bahkan aku belum mengenakan sabuk pengaman. Aku mendengus, lalu memalingkan wajahku.
Aku akan mengalami tingkat kesepian tertinggi berada dalam ruang sempit ini dengan manusia es seperti dia. Aku mengambil handphoneku, lalu memasang earphone ke telingaku.
Sejujurnya, aku ingin menyalakan radio. Tapi ini mobil milik Darren, aku tidak mau membuat masalah, bisa-bisa karena wajahnya melewati dinginnya es, dia menjadi beku.
“Leora,” Darren menarik earphone di telingaku saat aku tengah bernyanyi dengan suara rendah.
“Ya?” jawabku.
“Jangan bernyanyi, aku tidak suka mendengarnya.”
“Baiklah.”
Aku mendesah. Lalu kembali memasang earphoneku, kali ini aku menutup rapat mulutku. Dan menyenderkan punggungku pada kursi.
Darren terlihat fokus menyetir. Wajahnya masih kaku seperti saat pertama kami bertemu. Ia juga memakai earphone tapi hanya di telinga kirinya, yang di kanan tidak ia gunakan.
Jari-jarinya mengetuk stir mobil, tapi mata karamelnya lekat menatap apa yang ada di hadapannya. Tiba-tiba handphone-ku berbunyi. Darren menoleh dan menatap tasku.
“Maaf,” ujarku.
Aku menatap layar handphone-ku. Theo menelponku. Mantan kekasihku.
Walau kami sudah putus karena pernikahan sialan ini, sepertinya tak ada salahnya jika aku masih berhubungan sebagai teman. Mantan bukan berarti musuh. Lagipula putusnya hubungan kami, dilakukan dengan terpaksa.
“Theo!”
“Wo-ho. Kau sangat semangat,” Ujarnya.
“Yeah. Aku sedang kesepian,” Theo terdengar tertawa kecil. Aku ikut tersenyum.
Dia adalah orang konyol yang selalu berhasil menghiburku. Sangat bertolak belakang dengan Darren. Itu sebabnya aku tidak menyukai Darren. Dia bukan tipeku, sama sekali bukan.
“Jika kau kesepian, kau bisa menghubungiku, kapanpun, Leora Lawson.”
“Theo, Aku takut menganggumu. Aku yakin, kau sudah memiliki gadis baru, ini sudah 3 minggu semenjak kita putus.”
Aku mengkerutkan bibirku. Jika Theo di sampingku, dia pasti menarik pipiku jika aku membicarakn gadis lain, lalu menarikku ke pelukannya dan mencium puncak kepalaku sambil menyupir.
Theo itu manis. Walau penampilannya liar.
“Kau tidak pernah mengangguku. Aku belum ingin mencari gadis lain, masih dirimu, Leora.”
“Benarkah? kalau begitu, jika aku sendirian di rumah mungkin kita bisa hangout, aku dengar dari Annabeth jika ada cafe baru dan tempatnya keren, aku harap ada ice cream disana.”
Aku menggigit bibirku agar senyumku tidak lebar. Maksudku, bibirku sangat pegal karena tersenyum sejak tadi. Jadi aku sedikit mengontrol senyumku.
“Aku sudah kesana dengan Annabeth dan yang lain, tempatanya lumayan, kau bisa menghubungiku kapanpun, aku free.”
“Theo, kau memang yang terbaik.”
Darren berdeham. Aku menoleh ke arahnya.“Aku akan menghubungimu lagi nanti, aku sedang dalam perjalanan dengan Darren ke rumah orang tuanya, aku tidak sabar untuk pertemuan kita lagi, Theo.”
“Apa dia masih menjadi Ice Man?” aku tertawa.
Aku pernah membicarakan tentang wajah Darren pada Theo.
“Ya, dan itu yang membuat aku kesepian. Kita sms saja ya?”
“Oke, bye.”
“Bye, Theo,” aku mematikan sambungan telpon itu, lalu melepas earphoneku.
Sejak kami putus aku tidak berani menghubungi Theo, karena dia terlihat marah saat aku ingin putus, dia pasti kecewa, kesal, dan apapun itu. Aku merasa bersalah, dan itu sebabnya tidak berani menghubunginya, takut dia kembali merasa emosi.
Aku membalas pesan Theo yang berhasil membuat perutku sakit karena tertawa. Ia berhasil membuat lelucon menyangkut Darren, dia memintaku membayangkan bagaimana wajah Darren saat aku menginjak kaki Darren.
Apa Darren masih bisa tetap berwajah dingin? Itu masih rahasia. Dan aku ingin benar-benar menginjak kaki Darren.
“Apa perjalanan masih jauh?” Darren menggeleng.
“Apa kita bisa mampir untuk membeli minum?”
“Kita akan sampai satu jam lagi.”
“Itu masih jauh,” Pantatku sudah panas duduk di kursi ini. Aku harap dia mau berhenti dan membiarkan aku berdiri sebentar.
“Tidur saja, nanti akan aku bangunkan jika sudah sampai.”
“Aku haus bukan mengantuk.”
“Jangan manja padaku. Suruh saja mantanmu membawakan minuman,” Aku menatap ke arahnya.
Ekspresinya masih dingin dan kaku. Walau ekspresinya seperti itu, ternyata dia menyimak percakapanku dengan Theo. Jika dia tidak kaku, aku pasti lebih memilih berbicara dengannya, setidaknya kami harus saling mengenal.
Pernikahan ini bukan main-main.
“Kenapa kau harus menyangkutkan rasa hausku dengan mantan kekasihku? Turunkan aku disini, aku bisa beli minum sendiri.”
Ia benar-benar menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
“Keluar,” Ujarnya.
Ia menatapku. Kali ini ia menyeramkan, sungguh.
“Kau—.“
“Kau yang ingin keluar-kan? Aku bisa bilang pada Orang Tuaku jika kau sedang sakit dan tak ingin ikut, mudahkan?”
“Kau benar-benar—.“
Ia menjalankan mobilnya saat aku ingin membuka pintu.
Aku memutar wajahku dan menatapnya. Ia terlihat menggigit bagian dalam mulutnya. Jari-jarinya meremas stir. Menyebalkan.
Dia meminta aku keluar dari mobilnya. Saat aku ingin keluar, ia justru menjalankan mobilnya. Jika aku keluar dari mobil dan mobilnya berjalan, Bukankah itu berbahaya?
Aku mendengus secara tidak sengaja begitu melihat Lucyana di meja makan pagi ini.Darren menatapku, tapi aku tetap terpaku menatap meja makan. Menjengkelkan. Kenapa dia harus disini? andai aku bisa mengatakan pada mereka jika aku tidak suka dengan Lucyana.“Selamat pagi,” ujar Darren.Aku duduk di kursiku dan Darren di sampingku. Zeke menyenggol siku-ku.“Kenapa kau cemberut?” aku menggidikan bahuku.“Jadi, kalian sudah berpacaran cukup lama selama di Jerman?” tanya ayahku pada James dan Lucyana.“Ya, kami berpacaran tidak lama, kami baru memulainya, baru selama 1 tahun,” jawab Lucyana dengan senyum sok manis dan tak berdosanya.James tersenyum, ia mengusap punggung tangan Lucyana. Andai aku boleh berjalan ke arah mereka, lalu menancapkan pisau garpu di punggung tangan gadis sialan itu.“Jadi, disini kau tinggal dengan siapa Lucyana?” tanya Ibuku.
***Aku menggunakan Jumpsuit berwarna kuning.Kami sudah bersiap untuk makan malam, walaupun cukup melelahkan setelah perang yang kami lakukan tadi dan baru ber-akhir setengah jam yang lalu.Darren memelukku dan membiarkan aku duduk di atas pangkuannya.“Aku sangat melukaimu tadi, Mommy.”“Tidak, aku sangat menikmatinya, Daddy. percayalah. Itu sangat liar, dan aku suka.”Aku tersenyum. Darren menurunkan lengan pakaianku, menatap dadaku yang terbungkus bra. Ia menatap bekas luka disana, gigitan yang meninggalkan bekas merah, dan kissmark. Tapi sungguh, ini adalah keinginanku.Ia mengecup kulitku dengan lembut. lalu ia membenarkan pakaianku.“Jangan berbohong padaku.”“Oh sayang, aku tidak berbohong. Kita bahkan menghabiskan semangkuk cream, dan rasanya aku kenyang sekarang.”Darren mengusap pipiku.“Terima kasih hadiahnya.&rd
Aku keluar dari rumah sakit.Darren merangkul bahuku dengan lemmbut, melapisi tubuhku dengan Jacket kulitnya.Paparazzi mendekat, tapi Darren mengabaikannya dan merangkulku lebih erat lagi.Ia membuka pintu, lalu membiarkan aku masuk dan dia menyusulnya di pintu lain.Darren menggerakan mobilnya dengan hati-hati, lalu melaju cepat begitu jauh dari keramaian. Darren meremas tanganku dengan lembut. lalu menariknya dan mencium punggung tanganku.“Aku cinta padamu, leora.”“Aku cinta padamu, sayang,” balasku.Kami sampai. Mobilnya berhenti di beranda rumah, dia membiarkan kuncinya tergantung di lubang kunci, agar satpam bisa memarkirkan mobilnya di garasi.Kami keluar dari mobil, Darren merangkulku lagi dengan lembut.Saat kami ingin membuka pintu. pintu terbuka lebih dahulu, Jeremy muncul dan ia meraih kerah baju Darren, hingga Darren terdorong ke belakang.“Dad,” uja
Aku memesan segelas jus apel.Darren diam di dalam mobil, aku tidak bisa melihatnya karena kaca mobil yang begitu gelap.Pelayan datang membawakan pesananku, aku meminumnya sedikit. Rasa lapar dan haus tidak mungkin menghampiriku, di saat aku sedang kenyang karena bentakan-bentakan Darren padaku.Dia mulai ke sifat saat pertama kali kami menikah.Aku meletakan uang di atas meja, lalu keluar dari restaurant dengan gelas plastik berisi jus.Saat aku baru menutup pintu. Mobil langsung berjalan dengan kasarnya. Aku menarik nafas untuk menutupi kekecewaanku, dan rasa ingin menangis.Mobilnya berhenti mall.“Keluar.”“Kau tidak keluar?” aku berucap dengan suara rendah.“Sejam lagi kau harus sudah di mobil, atau aku akan meninggalkanmu.”“Baiklah.”Aku tidak membantah. Aku tidak mau memperburuk suasana. Aku keluar dari mobil, lalu masuk ke dalam Mal
Darren menarik earphoneku. Aku mendesah.“Aku tidak punya hubungan apapun dengannya!”“Jalankan mobilnya!”“Dengarkan aku dulu, kau tidak bisa salah paham terus menerus padaku.”Aku memutar bola mataku dan melipat tanganku di dadaku.“Dia mengangguku, gadis brengsek itu terus menghubungiku. Dia juga menemuiku di kantor, tapi aku sudah menolaknya, sebisa mungkin aku tidak bertemu dengannya. percaya padaku. aku tidak mungkin berselingkuh dengannya.”Aku menoleh ke arah Darren, lalu memaksakan senyumku ke arahnya.“Sekarang jalankan mobilnya.”“Leora, kumohon. Aku tidak berselingkuh. Maafkan aku.”Aku cemberut dan menggeleng. Darren menyentuh pipiku.“Aku tidak mau.”“Leora, sayang. Kumohon. Jangan salah paham.”Ia mengarahkan wajahku agar menghadap ke arahnya.“Ayolah,
***Aku sudah meninggalkan pesan di kamar tamu.Jam 6 pagi aku meninggalkan rumah dan pergi ke rumah Zayn.Sebelum itu aku menjemput Emily, dia memberiku alamat rumahnya. Dia bilang dia ingin membantu Ibu Zayn, biasalah,Orang jatuh cinta pasti semangatnya sangat menggebu-gebu.Aku menunggu di dalam mobil dan mengirim pesan pada Emily jika aku sudah di depan rumahnya.Aku sengaja men-silentkan handphoneku agar saat Darren menelpon akutidak tahu. Lagipula aku sedang tak ingin di ganggu.Emily muncul. Ia tersenyum lebar, lalu masuk ke dalam mobilku.“Kau tidak bersama Darren?”“Dia sedang sibuk.”“Sibuk? Dia bilang padaku dia libur hari ini, katanya akan mengantarmu ke dokter.”Aku menatap Emily.“Maaf, kemarin aku dan Lucyana menemuinya, Lucyana akan membuat pertemuan lagi hari ini dengan Darr






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments