Beranda / Romansa / Petaka Malam Tahun Baru / Bab 7 : POV Bastian 2

Share

Bab 7 : POV Bastian 2

Penulis: Evhae Naffae
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-16 20:37:30

#Petaka_Malam_Tahun_Baru

Part 7 (POV Bastian 2)

“Sayang, apa nggak nunggu pagi aja baru kita hubungi Polisi?” tanya Tiara kemudian.

“Kenapa nggak sekarang aja?” Aku masih berusaha mengusai diri dan meredam debaran keras di dada, aku masih kaget dan tak menyangka kalau isi kotak kado itu adalah mayat bayi yang aku tak kenal sama sekali.

“Yank, ini udah hampir tengah malam, bisa-bisa nggak tidur kita malam ini kalo bikin laporan sekarang. Introgasinya pasti panjang lebar ini, soalnya ini berhubungan dengan kasus pembunuhan."

Aku mengangguk pada Tiara, terserah dia saja.

“Tapi ... malam ini ... kamu temani aku tidur di sini, ya, Sayang! Aku nggak berani kalo tidur sendirian, tinggal bedua ama mayat bayi, serem .... “ Aku mulai memanfaatkan kesempatan sambil memeluk tubuh ramping Tiara.

“Hmm .... “ Tiara tersenyum malu-malu.

Tanpa menunggu lama lagi, langsung kugendong dia ke kamar. Akan tetapi, baru saja hendak pemanasan, terdengar suara benda jatuh di ruang tamu, sangat keras, seperti barang pecah belah.

“Suara apaan itu, Yank?” Tiara membenarkan bajunya yang sudah acak-acakan karena ulahku.

“Nggak tahu! Ya udah ah, lanjut lagi kita!” Aku kembali mendorong tubuhnya ke tempat tidur dan kembali beraksi.

Tiba-tiba, di telingaku malah terdengar suara tangisan bayi. Mau tak mau, kuhentikan kembali adegan yang baru saja mulai memanas ini.

“Kenapa, Yank?” tanya Tiara dengan raut kecewa.

“Owee ... owee ... oweee .... “ Suara tangisan bayi itu terdengar sangat keras, aku sampai menutup telinga karenanya.

“Sayang, kamu kenapa?” Tiara bangkit dari tempat tidur.

“Ada suara tangisan bayi, Sayang. Apa mayat bayi di dalam kotak kado itu hidup kembali?” tanyaku dengan ketakutan.

“Nggak ada suara tangisan bayi kok, aku nggak dengar apa-apa,” ujar Tiara sambil mendekat ke arahku.

Aku menautkan alis, suara tangisan itu masih terdengar lantang di telingaku tapi Tiara malah tak mendengarnya. Apa telinga pacarku itu bermasalah? Aku menatapnya jengkel.

“Sayang, kamu kenapa sih? Nggak ada suara tangisan bayi kok.” Tiara menarik tanganku yang menutupi telinga.

Ketika aku membuka tutup telinga, tangisan itu malah tak terdengar lagi. Aneh sekali! Segera kupasang kembali pakaian, h*srat untuk bercinta hilang sudah. Aku malah penasaran akan mayat bayi itu, jangan-jangan dia bangkit kembali.

Melihatku yang sudah memasang kembali pakaian tanpa sempat melakukan ritual kami, Tiara ikutan memasang kembali pakaiannya.

“Ayo kita lihat mayat bayi itu, tadi itu aku jelas sekali mendengar suara tangisan.” Kutarik tangan Tiara untuk keluar dari kamar.

Sesampainya di ruang tamu, kotak kado yang berisi mayat bayi itu masih tetap di berada di atas meja. Kusuruh Tiara untuk melihat isinya. Dia merengut, namun menuruti juga perintahku.

“Agghh!!” Tiara berhambur memelukku.

“Apa bayi itu hidup kembali?” tanyaku sambil memegang pundaknya.

“Nggak, Sayang, dia masih tetap mayat bayi. Serem lihatnya .... “ Tiara mengelap keringat dingin di dahinya.

“Ya sudah, kita akan di ruang tamu ini sampai pagi, sampai Polisi datang.” Aku berkata mantap, lalu duduk di sofa sambil menatap ngeri kotak kado itu.

Tiara mengangguk dan duduk di sampingku.

****

Entah jam berapa tadi malam kami tertidur, yang jelas saat kami membuka mata, jam di dinding sudah menunjuk ke arah 10.15. Langsung kusuruh Tiara untuk menghubungi Polisi dan menyelesaikan masalah mayat bayi yang tak ada sangkut pautnya dengan kami berdua itu. Kusumpahi Ibu sang bayi itu cepat mat* kayak bayinya ini! Seenak jidatnya saja membuang mayat bayi ke mobilku, dan pakai dibungkus seperti kado pula.

****

Aku kembali ke rumah setelah urusan mayat bayi dalam kotak kado itu selesai, semuanya telah ditangani Polisi dan akan diusut siapa pelakunya. Menurut hasil otopsi, bayi itu sudah meninggal sejak dari dalam perut. Cuma yang membuat heran itu, kenapa harus dibuang ke mobilku dan dibungkus seperti kado? Polisi akan mencari tahu motif pelaku melakukan semua ini. Syukurlah, aku dan Tiara hanya dijadikan saksi, walau introgasinya membutuhkan waktu seharian.

Kuhembuskan napas kasar lalu menjatuhkan diri ke sofa ruang tamu. Entah kenapa? Di pikiran ini masih selalu terbayang sosok pucat di dalam kantong plastik merah itu. Kurang asam sekali Ibu bayi itu, kalau dia memang Riva, sakit jiwa dia!

Berkali-kali, kuusap wajah ini agar bayangan isi kado itu tak kembali terngiang. Dia tak ada hubungannya denganku, jadi untuk apa aku memikirkannya? Ah, tak mungkin ini ulah Riva, dia pasti sudah putus kuliah dan pulang kampung atau juga ... dia sudah masuk rumah sakit jiwa karena defresi. Peristiwa malam tahun baru itu kembali berputar di kepala.

Sebenarnya, aku tak bermaksud menggilir dia dengan teman-teman andai dia tak melakukan perlawanan malam itu. Andai dia menuruti kemauanku dengan senang hati, pasti ceritanya takkan mengenaskan begitu. Aku sakit hati saja, jadi cewek kok sok jual mahal sekali, padahal semua kebutuhan dia sudah aku penuhi. Aku cuma minta yang satu saja, susah banget ngasihnya.

Aku beranjak dari sofa lalu menuju kamar kemudian mengambil kertas bertulisan ‘happy new years’ yang kusembunyikan di bawah tempat tidur. Kuamati kembali tulisan berwarna merah seperti bercak darah itu, bulu kuduk jadi merinding padahal hari masing siang juga.

Agghh ... kulepaskan kertas yang terlihat ada bayangan mayat bayi di kantong plastik tadi, lalu berlari ke pojok kamar.

‘drrrrttt’

Getaran ponsel di saku celana juga membuatku terkejut. Ah, ada telepon dari nomor baru, siapa ini? Aku menautkan alis sambil menggeser tombol hijaunya.

Belum sempat aku mengucapkan ‘halo’, tangisan seorang bayi langsung mengaung dari dalam ponsel.

“Agghh!!!” Kujatuhkan ponsel itu dengan kaget.

Ya Tuhan, aku kenapa? Tubuh ini jadi gemetar, dengan napas yang tersengal-sengal. Dengan cepat, aku berlari naik ke atas tempat tidur lalu menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh. Aku takut sekali! Kenapa semua ini seperti di film-film? Kenapa aku seperti sedang diteror? Kenapa hidupku jadi tak tenang begini? Agghh!!!

****

Sejak penemuan mayat bayi di dalam kotak kado itu, kehidupanku semakin tak tenang saja. Padahal mayat sang bayi sudah dikubur dengan layak. Jadi, aku tak ada lagi hubungan dengannya. Akan tetapi, teror-teror semakin berdatangan setiap hari. Apa salahku? Jika ini memang ulah Riva, aku takkan memberinya ampun, akan kubuat dia mengalami nasib lebih mengenaskan lagi daripada petaka di malam tahun baru itu. Jangan main-main dengan Bastian, Rivana? Semuanya bisa kulakukan. Mengganti nama dan jati diri saja aku bisa, apalagi hanya memberi pelajaran kepada gadis kampungan sepertimu!

Bersambung .... 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 40 : Tamat

    Petaka Malam Tahun BaruPart 40 (Tamat)Hari ini aku sudah bersiap untuk pulang kampung, walau belum tahu apakah akan kembali ke sini lagi atau tidak. Yang jelas, saat ini aku hanya ingin jujur kepada kedua orangtuaku tentang apa yang sudah kualami dulu. Aku tak mau ada yang ditutup-tutupi lagi, meski kenyataan ini sangat pahit tapi aku sudah berhasil melewatinya. Dengan adanya musibah itu, aku dapat menjadi pribadi yang kuat dan tak pantang menyerah serta bisa membuktikan di mana ada kegigihan dan kesungguhan tekat, maka kesuksesan tetap akan kamu tuai. Percayalah, di setiap ada masalah, pasti akan ada hikmahnya. Allah takkan memberika ujian di luar batas kemampuan umat-Nya.Setelah mengunci rumah, aku segera menuju taxi yang sudah menunggu di depan pagar.

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 39 : Nisan Tanpa Nama

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 39 (Nisan Tanpa Nama)Hari terus berlalu, aku masih disibukkan oleh rutinitas sebagai penasehat hukum para klien yang membutuhkan jasaku. Aku jadi bimbang untuk pulang ke kampung karena jika sudah tinggal di kampung, pendidikan advokatku ini tidak akan berguna sebab keluargaku tinggal di desa terpencil dan jauh dari perkotaan, palingan aku hanya bisa bekerja di kantor desa.Aku merenung di depan meja makan, menatap aneka masakan yang kubeli dengan cara catering sebab aku tak sempat untuk masak karena kepadatan rutinitas. Semua telah kumiliki, uang dan rumah yang mewah tapi semua ini terasa hampa. Ibu dan ayah juga tak mau kuajak tinggal di sini, sebab ayah tak bisa meninggalkan ladangnya.

  • Petaka Malam Tahun Baru   Babal 38 : Spageti Untuk Bastian

    Petaka Malam Tahun BaruBab 38 : Spageti Untuk Bastian[Penggerebekan di sebuah losmen yang terletak di belakang Klab malam, Polisi menemukan beberapa pasangan mesum, salah satunya saudara BS bersama dua wanita malam sedang melakukan pesta narkoba. BS sang terdakwa kasus perkosaan juga sebelum, kini malah menambah berat kasusnya. Pria yang sudah tiga kali berganti nama ini akan dihukum dengan banyak pasal.]Aku tersenyum puas, kubuka lembaran berikutnya berita koran hari ini dan membaca tentang terkuaknya pelaku pemerkosaan di malam tahun baru 2020 silam. Ini kasusku dan seminggu yang lalu juga aku sudah dimintai keterangan. Lima pelaku itu kini sudah mendekam di tempat yang semestinya, akhirnya keadilan sudah berpihak kepadaku.Bastian, akhirnya kamu bisa mendapatkan ganjaran yang setimpal. Bagaimana kabarmu di sana? Sepertinya, aku harus melihat keadaanmu dan membawakan oleh-oleh tentunya. Walau bagaimana pun, kamu itu mantan pacarku dan ayah dari mayat

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 37 (POV Bastian 12)

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 37 (POV Bastian 12)Agghh ... foto wanita bernama ‘calon istri’ ini menggunakan masker, jadi aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Aku makin penasaran kalau begini. Kubuka galery ponsel Seno, tanggung banget kalo udah megang ponselnya tapi tak bisa dapat info siapa wanitanya ini. Temanku yang satu ini memang agak kudet masalah wanita sebab ia belum pernah sekali pun berpacaran, sebab aku mengenalnya sudah sejak dari kecil.Mataku langsung melotot kaget, melihat beberapa foto wanita yang sudah tak asing ini. Wooww ... di sini juga ada foto mereka berdua, saat di angkutan umum, saat sang wanita tertidur di pundaknya. Ternyata Seno bermain di belakangku, bisa-bisanya dia mendekati musuh bebuyutanku. Pantas saja dia begitu girang dan mendukung Amrul untuk menyerahkan diri kepada Polisi atau mungkin juga memang ia yang membujuk Amrul agar kami juga terseret.“Kopi, Bas.” Seno meletakkan cangkir kopi di

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 36 (POV Bastian 11)

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 36 (POV Bastian 11)Kulempar ponsel ke sofa, semuanya memang menyebalkan dan ditambah lagi, Seno telah mengundurkan diri sebagai pengacaraku. Ini sih, hukuman 20 tahun sudah di depan mata. Derra, penuturan darinya di depan pengadilan membuatku semakin tersudut. Aku yakin, ini pasti suruhan mamanya. Ia pasti memang disuruh untuk mengaku kalau kuperkosa.Taklama kemudian, terdengar bunyi bel di depan pintu apartementku. Kuraih remot untuk membukanya tanpa harus berjalan lagi. Itu pasti Bobby, sebab tadi dia sudah meneleponku dan mengatakan hendak ke sini. Pintu terbuka masuklah empat temanku, Bobby, Andra, Seno serta Amrul yang kini sudah kurus kering.“Woy, kok Si Penderita HIV ini dibawa ke sini sih?” tanyaku kaget melihat penampakan teman yang sudah lama tak pernah kulihat itu. katanya dia direhap, dan aku tak berkeinginan untuk membesuknya.Amrul duduk agak jauh dari kami, ia juga mengenakan masker, juga

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 35 (POV Seno) : Sidang Pertama

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 35 (POV Seno : Sidang Pertama)Dasar, Bastian, biar sudah begitu juga, dia masih belum bisa insyaf. Aku tak habis pikir dengan cara pikirnya. Wajar saja orangtua Derra begitu meradang, anaknya masih kecil gitu namun sudah diperawani olehnya, dan orangtua mana pun pasti melakukan hal yang sama, walau sang pelaku berniat menikahi putrinya. Aku juga tak yakin, temanku yang bajingan itu benaran tulus kepada bocah 16 tahun ini, bisa-bisa setelah menikah, Derra malah akan tekanan batin hidup bersamanya.Bastian, Bastian, biar sudah tiga kali ganti nama dan identitas pun, kesialan akan terus menerpamu sebelum kamu benar-benar insyaf dan menyesali segala kesalahanmu. Cuma tinggal Bastian dan Andra saja yang masih belum sadar ini, kalau Pedro, kini ia sudah resmi menjadi tersangka penabrakan itu dan kini sedang menjalani masa hukuman.Tiba-tiba, ponsel yang kini ada di dalam genggamanku bergetar, segera dan kulihat notifikasi apakah it

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status