Share

Petaka Rumah Bekas Pesugihan
Petaka Rumah Bekas Pesugihan
Author: Adriana fii

Pindah Rumah

"Mah kita beneran mau pindah sekarang?" tanyaku sambil memasukkan baju satu per satu ke dalam koper.

Sebenarnya, bukan aku tak ingin pindah rumah. Tapi, aku tipe orang yang cukup kesulitan untuk beradaptasi di lingkungan yang baru.

"Iya. Kita harus pindah untuk sementara waktu. Rumah kita akan bongkar total," ucap Mamah sembari membantu melipat baju yang tergantung di dalam lemari.

Tak butuh waktu lama, semua sudah masuk ke dalam koper. Tapi, entah kenapa hatiku gelisah.

Aku melihat sudut demi sudut kamar yang selalu membuatku nyaman. Dengan langkah pelan, aku meninggalkan tempat ternyamanku itu.

"Semoga ini hanya sebatas kekhawatiranku saja."

Cekrek!

"Kakak lama banget sih siap-siapnya? Aku udah nggak sabar nih buat pindah rumah!" Qinar---adikku yang paling bungsu-- berteriak tak sabar.

Sebagai anak yang cukup aktif, ia memang sangat bersemangat karena teman sekolahnya ternyata tinggal berdekatan dengan rumah yang akan kami tinggali. 

Aku hanya bisa mengangguk sembari memperhatikan Mamah, Papah, dan Qinar. Namun, baru kusadari bahwa aku tak menemukan adik yang lain--Syakila.

Tunggu, di mana dia?

"Syakila nggak ikut, Pah?" tanyaku.

"Nanti dia bakal nyusul. Dia masih ada kegiatan nyanyi di luar. Syakila juga tahu tempat kita akan tinggal," ujar Papah lembah lembut.

Aku mengangguk.

Tak lama, kami berempat menaiki mobil menuju tempat di mana kami akan tinggal.

Hanya menempuh waktu tiga puluh menit dan rumah dengan nuansa cat berwarna biru muda menyambut kami.

Rumah itu cukup megah. Halaman rumah cukup luas tapi di tumbuh banyak ilalang dan semak belukar yang mulai tinggi. Bahkan, ada pohon yang sangat besar di samping rumah.

"Baru satu minggu dibersihin udah tumbuh aja ilalangnya," ujar Papa pelan.

Aku terdiam.

"Papah yakin ini rumahnya? Kok perasaanku nggak enak ya lihat rumah ini," ucapku memberanikan diri.

Namun, papaku justru tersenyum. "Yakin banget. Papah yang bersihin rumah ini beberapa waktu lalu dibantu sama keluarga yang punya rumah ini."

"Udah yuk kita masuk ke rumah buat beresin barang-barang. Mamah juga capek dan mau istirahat," timpal mamaku kemudian.

Kami pun keluar dari mobil dan masuk ke dalam pekarangan yang luas itu.

Hanya saja, aku tiba-tiba merasakan embusan angin di tengkukku. Firasat buruk yang berusaha kutepis sejak tadi, semakin menjadi-jadi....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status