Share

Bab 8 Di Terimanya Di Keluarga Max

“kamu bisa begitu kepada kakakku kenapa kamu tidak bisa begitu? Kalau kamu bersikeras tidak mau melunak aku tidak akan memberikan pekerjaan padamu” Eve mengancamnya dengan tega

“baiklah…. Terima kasih eve”

“begitu lebih baik, sebaiknya kamu segera beristirahat, besok pagi kita pergi” Eve melangkah keluar kamar dan menutup pintunya

Idris menjatuhkan badannya ke atas kasur dan menatap langit kamar, dia akhirnya bisa beristirahat setelah seharian ini mengunjungi rumah lamanya yang telah terbengkalai

Dia melepas kalung nya dan menatapnya dengan hati-hati, di sini ada kenangan ayah angkatnya yang jelas sayang kepadanya dan dia memberikan tanggung jawab Zeizi kepadanya, dia tidak keberatan dengan itu bahkan dia senang karena ayahnya mempercayainya.

“ayah, aku pinjam kalung dan gelangnya, terima kasih atas semuanya, sekarang dan seterusnya aku akan menjaga Zeizi dengan baik tidak perlu khawatir” Idris mengelus batu yang ada di kalungnya dan menciumnya dengan lembut

Dia menggunakan kembali kalungnya takut terjatuh dan rusak karena ini adalah peninggalan terakhir ayahnya untuk dirinya.

Setelah beberapa lama bersantai dia berinisiatif untuk menghubungi adiknya

“halo Zaizi, apakah kakak mengganggumu?”

“kakaaaaakkk! Tentu saja tidak, kenapa kamu bilang seperti itu?” ucap Adiknya yang manja kepada dirinya

“hahaha tidak aku hanya takut akan mengganggu waktu istirahatmu”

“tidak apa-apa kakak bagaimana mungkin aku tidak mengangkat telfon dari kakak, bagaimana disana kak? Apakah baik-baik saja?” ucap adiknya karena khawatir

“aku baik-baik saja kamu tidak perlu khawatir, aku bisa menjaga diriku, bagaimana denganmu disana?”

“aku baik-baik saja tidak perlu khawatir, aku tidak melanggar apa yang kakak katakan”

“bagus, kamu adalah adik yang sangat baik, baiklah kalau begitu kamu cepat istirahat kamu besok sekolah kan”

“iya baik kakak, kalau ada waktu hubungi aku lagi ya” Zeizi sedikit manja kepada Idris

“baiklah, selamat malam” Idris menutup telfonnya

Setelah dia mengetahui kondisi adiknya diapun lalu membersihkan dirinya dan juga kembali tidur untuk mempersiapkan diri untuk besok pergi bersama Eve yang entah mau di bawa kemana. Dia saat ini hanya bisa mengikutinya karena bagaimanapun, ada sedikit masa depan di matanya yaitu bekerja, siapa yang tidak mau bekerja bahkan dia harus menghabiskan banyak uang untuk mencari pekerjaan.

Saat Pagi hari Idris terbangun dan dia melihat pukul 4 pagi, dia sudah terbiasa bangun pada pukul segini karena dia biasa melakukan meditasi dan sedikit berolah raga untuk membuat badannya sedikit kuat berkat ajaran ayahnya.

Dia langsung Bersila di lantai dan memfokuskan dirinya untuk bermeditasi, kurang dari satu menit pendengarannya menghentikan aktifitasnya, dia tidak mendengarkan suara jam, maupun suara pendingin ruangan yang berbunyi halus.

Saat kecil Idris biasa di latih oleh orang tuanya untuk bermeditasi di alam terbuka dimana ada suara angin, kicauan burung bahkan terkadang di bawah air terjun, jadi sudah terbiasa baginya untuk mematikan pendengarannya saat dia bermeditasi.

Nafasnya sungguh teratur, bahkan untuk satu tarikan nafas dia bisa menahannya hingga 2 menit dan menghembuskannya perlahan

Saat ini tanpa dia sadar saat ini kalung Gem yang dia kenakan dari warnanya yang bening terpancarkan cahaya tipis darinya, cahaya ini berwarna putih yang tipis, selain itu pada gelangnya pada bagian titik-titik disana memunculkan warna yang sama seperti pada batu Gemnya.

Keringatnya semakin deras mengucur dari Dahinya menuju seluruh badannya. Setelah satu jam berlalu, kalung dan gelang ini berhenti memancarkan cahaya.

“aku merasa meditasi kali ini sangat berbobot, apakah kondisi rumah disini berpengaruh?” Idris melihat sekitar karena dia merasakan efek dari Meditasi kali ini begitu bermanfaat di bandingkan sebelumnya

Jika sebelumnya hanya bernilai 1 saat ini bernilai 3 bahkan 4 dari 10 nilai artinya manfaatnya hampir setengahnya, maka dari itu dia merasakan badannya sangat lelah dari sebelumnya.

“baiklah kita lanjutkan dengan sedikit melatih fisik”

Idris mengambil posisi Push up lalu di lanjutkan dengan, sit up, dan bahkan pull up yang mengandalkan kusen pintu, sedangkan dia biasanya menggunakan Besi jika di rumahnya.

Saat dia melatih fisiknya dengan bertelanjang dada bisa di lihat bahwa badannya memiliki otot yang lumayan untuk laki-laki seusianya yang masih muda, dengan postur badannya yang tinggi pun bisa di bilang ideal.

Jam sudah menunjukan pukul 6 Pagi dan pintu kamarnya di ketuk oleh Eve

“Idris, apakah kamu sudah bangun?” suara dari balik pintu

“sudah sebentar” teriak Idris dari dalam dan dia bergegas mengenakan baju setelah dirinya mandi.

Setelah itu pintu kamar terbuka dan Eve sudah terlihat cantik pagi ini, bahkan pagi ini Idris bisa melihat seluruh lekukan tubuh Eve yang menggunakan gaun terusan yang menempel rapat di badannya dengan rambutnya yang di kuncir kebelakang.

Idris termenung sejenak karena melihat kecantikan Eve pagi ini, sangat jarang baginya melihat wanita cantik selain adiknya sendiri

“apakah kamu sudah siap?” tanya Eve melihat Idris dari bawah sampai ke atas

“siap, aku hanya punya ini dan tas ini, apa lagi yang harus aku siapkan” ucap Idris sambil menepuk tas punggungnya

“baiklah kalau begitu mari kita sarapan terlebih dahulu lalu kita pergi.” Eve menuntunnya ke ruang makan

Disana sudah ada Tuan besar Victor, Tuan Wilson dan Tuan muda Ervan, mereka bersiap untuk menyantap bersama dan menunggu Eve dan Idris untuk duduk bersama

“Ayah, kakek maaf menunggu” ucap Eve dengan berjalan lebih cepat

“Eve kamu sudah bangun, tidak masalah makanannya belum siap” ucap Tuan Besar Victor dengan muka yang cerah

“Idris duduk disini” ucap Eve sambil menepuk kursi di sebelahnya

“pagi semua Tuan besar Victor, Tuan William dan Tuan Ervan” Idris memberikan salam sambil berbungkuk sebelum duduk di meja makan

“Pagi juga Idris silakan duduk” Tuan Victor memberikan senyuman hangat kepada Idris layaknya cucunya

“Aku lihat dari jendela lampu kamar mu sudah menyala dari jam 4 pagi Tuan Fox, apakah kamu tidak tidur?” ucap Ervan menanyakannya

“tentu saja aku tidur Tuan Ervan hanya saja sudah terbiasa bagiku untuk bangun pukul 4 pagi dan melakukan aktifitas seperti biasanya” Idris bersikap sopan dan sedikit terkejut ternyata di keluarga ini ada pula yang bangun pagi hari

“apa yang kamu lakukan? Dan berhenti memanggilku dengan sebutan tuan” Ervan mengancamnya dengan garpu yang dia pegang

“baik maafkan aku, aku melakukan beberapa olahraga kecil saat pagi-pagi karena sudah terbiasa bagiku saat aku masih kecil”

“jadi begitu, tapi apakah selama itu?”

“tidak begitu sebenarnya hanya butuh beberapa saat saja sebenarnya, tidak perlu di khawatirkan” Idris melambaikan tangannya

“Oh iya Eve, bagaimana kamu akan pergi hari ini?” Ucap Ayahnya kepada Eve

“iya hari ini aku akan pergi untuk waktu tiga hari ayah, dan aku sudah mengatur pekerjaan untuk Idris jadi selama aku disana dia bisa menemaniku dahulu agar dia mengerti apa pekerjaan yang akan dia kerjakan” Eve memberikan senyuman dan melirik Idris sekilas

“baiklah kalau begitu” Ayahnya mengangguk pelan dan bangga karena Eve sudah sejak remaja mulai di ajarkan untuk berbisnis

“nak Idris, aku ingin titip pesan, saya minta tolong untuk temani Eve selama disana, semoga nak Idris tidak keberatan” Tuan besar Victor menatap Idris dengan lembut

“tentu saja Tuan Besar Max, tidak perlu khawatir aku pasti akan menemaninya dan menjaganya, aku harap anda bisa memberikanku kepercayaan” Idris membungkukan badannya setengah kepada tuan Victor

“Bagus, baiklah sebelum kalian jalan ada baiknya kalian sarapan terlebih dahulu, makannya keburu dingin”

“Terima kasih banyak Tuan besar Max, Terima kasih Tuan Wiliam, dan Ervan atas makanannya” ucap Idris dengan membukukan kepada satu per Satu

Tuan Besar Victor merasakan bahwa Idris adalah anak yang istimewa sama seperti yang Tuan Tuchen selaku ayah angkat Idris rasakan, Idris berbeda dari anak muda lainnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status