“Apa yang Dokter Erina temukan?” tanya Erwin sangat penasaran.“Aku akan menjelaskannya di markas. Aku segera ke sana sekarang,” jawab Johny dan langsung mematikan telfonnya.Erwin semakin yakin kalau memang kematian korban bukanlah bunuh diri. Banyak hal yang menunjukkan kejanggalan semenjak Erwin menangani kasus ini. Mulai dari proses penyelidikkannya yang selalu dihalang-halangi, proyek mencurigakan yang dikerjakan si korban dan juga kematian korban yang tidak wajar. Setelah setengah jam menunggu, akhirnya Johny sampai di markas. Dia membawa dokumen hasil analisis dari Dokter Erina. Johny langsung menyerahkannya kepada Erwin. “Kamu lihat sendiri hasilnya,” kata Johny sambil menyerahkan dokumen yang dia bawa.“Jadi memang benar kalau korban telah diracuni,” ucap Erwin setelah melihat hasil analisa dari Dokter Erina. “Benar, racun yang digunakan membunuh korban secara perlahan, menyebabkan jantungnya mengalami penurunan fungsi,” jelas Johny.“Sekarang, kita telah mendapatkan bukti
“Lepaskan tangan saya,” bentak Jeni.“Ini hanya sementara. Kalau kamu tidak bersalah tentu kami lepaskan,” ucap Enola.“Apa kalian mencurigai saya yang membunuh korban?” tanya Jeni.“Kami hanay ingin memeriksa kamu sebagai saksi,” jawb Johny.Saat itu juga, Jeni dibawa oleh Enola dan yang lainnya. Mereka segera melaporkan hasil penyelidikan kepada Erwin yang saat ini sedang berada di kantor Harry Jonathan.Sementara itu, di ruangan Harry Jonathan, raut wajah Erwin tampak sangat serius. Sambil menatap dokumen yang dia awa, Erwin mendengarkan penjelasan Harry Jonathan dengan seksama. Tampaknya ada hal penting yang sedang mereka bahas.“Sekarang saya mengerti kenapa Anda meminta kami untuk menyelidiki kasus kematian kepala teknisi perusahaan Anda,” ucap Erwin.“Begitulah. Saya takut jika ini memang perbuatan seseorang yang berniat jahat,” kata Harry Jonathan.“Kalau begitu—“ Suara dering telepon milik Erwin memotong ucapannya. Dia buru-buru mengangkatnya saat melihat itu dari Enola.“Ma
“Lepaskan aku! Siapa kalian? Dasar bedebah!” teriak Erwin yang sedang dalam kondisi terikat dengan mata tertutup kain.“Kamu tidak perlu tahu siapa kita. Dasar detektif sialan!” ucap seseorang sambil mendaratkan pukulan keras ke wajah Erwin. Seketika itu, darah mulai bercucuran dari mulut Erwin. “Pukul lebih keras lagi. Biarkan detektif bodoh ini lebih menderita. ha ha ha!” kata seseorang yang lain.Pukulan demi pukulan tanpa henti didaratkan ke wajah dan tubuh Erwin. Tidak ada sedikit pun jeda yang diberikan untuk Erwin menghela nafas. Sampai akhirnya mereka berheti ketika Erwin sudah terlihat tidak sadarkan diri.“Berhenti! Jangan sampai orang ini mati dulu,” perintah seseorang yang sepertinya pimpinan dari penjahat yang menyekap Erwin. “Apa tidak langsung kita habisi saja, Bos? Orang ini pandai melarikan diri,” ucap salah seorang bawahan yang baru saja berhenti memukuli Erwin.“Dia tidak akan mungkin bisa kabur dengan kondisi seperti itu. Kita tinggalkan dulu. Tunggu nanti dia sa
Sementera itu di tempat lain, terlihat seekor kucing yang sedang berteduh di teras rumah seseorang.“Pergi dari sini! Dasar kucing sialan.” Teriak seorang wanita paruh baya mengusir kucing yang berteduh di depan teras rumahnya karena kesal dan takut kalau kucing itu mencuri makanan.Kucing yang terkejut itu segera meloncat dan berlari kencang menerjang derasnya hujan di malam hari sambil mengomel dalam hati, “Dasar wanita pelit, cuma numpang berteduh saja tidak boleh.”Bulu putihnya yang halus dan lembut kini basah kuyup terguyur air hujan. Dia mempercepat larinya menyusuri terotoar mencari tempat lain untuk berteduh. Matanya tertuju ke sebuah barber shop yang sudah tutup di seberang jalan. “Mungkin aku bisa berteduh di sana malam ini,” batinnya.Di depan pintu salon itu ada tempat untuk berteduh. Sesampainya di sana, dia segera menggetarkan badannya untuk mengeringkan bulunya yang basah. “Huu.. Dinginnya! Semoga aku bisa beristirahat di sini malam ini.” Namun, belum sempat dia beri
“Tolong ... selamatkan aku!” rintih seorang lelaki yang sudah tidak berdaya. Suaranya terdengar lemah tidak bertenaga. Ternyata dia adalah Erwin.Dalam keadaan tergeletak, Erwin menatap kucing yang ada di sampingnya. Tatapannya layu, seakan tidak ada harapan hidup lagi untuknya. “Andai kucing ini bisa menyelamatkanku, akan ku jaga dia seumur hidupku,” batin Erwin yang sudah pasrah dengan nyawanya.Kedua bola mata Erwin masih menatap si kucing. Meski tidak mungkin kalau dia meminta tolong pada seekor kucing yang idak mengerti bahasa manusia. Namun, tidak ada mahluk selain kucing itu yang bisa dia mintai tolong. Dengan nada pasrah dan tanpa harap, bibirnya tergerak untuk mengatakan, “Tolong aku.” Sesaat kemudian, mata Erwin terpejam, kesadarannya pun hilang. Kucing berbulu putih yang ada di sebelahnya hanya bisa terdiam dan ketakutan menyaksikan pemandangan di depan matanya. Dia sadar kalau dirinya saat ini hanyalah seekor kucing biasa. “Orang ini ... kenapa bisa sampai terluka?” tan
“Ah entahlah! Kenapa aku harus mengurusi orang lain. Hidupku saja sekarang tidak karuan seperti ini. Tidak ada waktu untuk memikirkan orang lain. Aku harus segera terbebas dari kutukan sialan ini,” gerutu Renata dalam hati.Tidak berselang lama, dia mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Pintu kamar terbuka perlahan. Dia melihat sosok lelaki bertubuh tinggi dan gagah serta berwajah tampan seperti aktor drama korea memasuki ruangan itu dengan membawa nampan berisi semangkuk susu. Perlahan lelaki mulai mendekati Renata yang masih terbaring di atas kasur.“Rupanya kamu sudah bangun, kucing manis,” ucap Erwin dengan nada suara lembut dan mengenakkan untuk didengar.“Dia ... dia pria yang waktu itu?” batin Renata, terkejut saat melihat sosok pria di depannya. “Bagaimana dia bisa kembali pulih tanpa luka sama sekali? Bukankah dia hampir mati saat itu? Apa dia juga yang membawaku ke sini? Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Renata pada dirinya sendiri. Rasa bingung bercampur heran meme
“Ada seseorang yang mengirim video ke ponselku. Di situ kamu terikat, kondisi kamu terluka berlumuran darah. Tapi sekarang keadaan kamu baik-baik saja. Bagaimana aku tidak bingung,” jelas Enola.“Aku paham sekarang. Sebenarnya aku juga masih bingung. Antara percaya dan tidak. Aku masih ingat saat aku disekap di sebuah gudang, dipukuli sampai aku hampir mati. Untungnya aku bisa melarikan diri,” ucap Erwin, menjelaskan kejadian yang dia alami.“Kenapa kamu bisa sampai disekap dan dipukuli?“Aku juga tidak tahu. Saat itu aku baru saja selesai menyelidiki rumah seorang teknisi perusahaan Alpha Tech yang menjadi korban pembunuhan di kota Echigo. Tiba-tiba seseorang memukulku dari belakang sampai aku pingsan.”“Lalu bagaimana kamu tidak terluka sama sekali seperti sekarang?” “Kamu percaya kalau aku diselamatkan seekor kucing?” ucap Erwin dengan nada datar karena tidak berharap kalau Enola langsung percaya.“Kucing? Kamu bercanda? Bagaimana mungkin?” ucap Enola yang semakin bingung dengan j
“Kita harus segera pergi dari sini,” ucap Erwin tergesa-gesa.“Ada apa,Win? Siapa mereka?” tanya Enola panik.“Aku juga tidak tahu. Mereka memakai seragam kebersihan apartemen ini. Tapi aku belum pernah melihat mereka sebelumnya. Intinya kita harus segera pergi,” ucap Erwin.“Tapi bagaimana kita akan pergi? Di depan pintu ada mereka,” tanya Enola yang bingung bagaimana mereka akan melarikan diri.Erwin tidak menjawab apa-apa. Dia sibuk mengemasi beberapa barang. Lalu dia mengambil seluruh uangnya di laci. Tidak lupa dia juga membawa senjata api berwarna perak miliknya. Sementara itu Enola yang masih panik hanya bisa terdiam melihat Erwin sambil menggendong si kucing putih. Sama halnya dengan Enola, Renata yang tidak tahu apa-apa juga dibuat bingung dengan keadaan saat ini.“Ya Tuhan! Ada apa lagi ini? Dari kemarin aku selalu mengalami hal yang tidak ku mengerti. Kedua orang ini seperti terlibat dalam masalah besar.” batin Renata yang merasa semakin cemas.Setelah Erwin merasa telah c