/ Romansa / Pewaris CEO yang Terbuang / Mata-mata (Part 1)

공유

Mata-mata (Part 1)

작가: Risca Amelia
last update 최신 업데이트: 2023-02-18 22:26:12

Di dalam hati Rose panik, namun ia tidak memperlihatkannya secara terang-terangan. Rose sudah berlatih sekian tahun untuk menyamar. Dan mengatasi Luke seharusnya bukan hal yang sulit. Ini adalah ujian pertama yang harus dilaluinya sebagai calon pemimpin perusahaan.

"Tuan, saya minta maaf. Saya membuatkan teh itu untuk Tuan Denzel tapi saya meminumnya karena Tuan Denzel pergi meeting. Maafkan kelancangan saya," jawab Rose dengan kepala tertunduk.

Luke maju mendekat sambil memicingkan mata.

"Lain kali jangan coba berbohong padaku. Itu tidak akan berhasil."

"Sekali lagi saya minta maaf, Tuan," jawab Rose tanpa memandang Luke.

"Kenapa Denzel mempekerjakan gadis muda yang suka berbohong sepertimu? Atau mungkin dia memilihmu karena kamu dan Miss Black punya sifat yang sama. Sama-sama pintar berbohong," tukas Luke.

Perkataan pedas Luke membuat panas telinga Rose. Entah mengapa lelaki ini membenci Miss Black dan berani menuduhnya sebagai pembohong padahal mereka tidak saling kenal. Apakah mungkin Luke marah karena harus berbagi harta warisan dengannya?

"Saya permisi dulu, Tuan. Silakan duduk. Saya akan membereskan meja ini," ujar Rose menyingkirkan cangkir teh itu.

"Mau kabur setelah ketahuan berbohong?" sindir Luke. Rose berusaha tidak menghiraukannya. Ia tidak mau terpancing emosi apalagi terlibat pertengkaran yang tidak penting dengan pria sombong seperti Luke. Yang harus dia lakukan adalah pergi secepat mungkin dari ruangan itu.

Rose melangkah keluar dengan membawa cangkir di tangannya. Ia hendak menghubungi Denzel, tapi pria itu sudah muncul di depan pintu. Gurat kekhawatiran tampak jelas di wajah Denzel.

"Nona, Anda tidak apa-apa? Saya langsung kembali kesini setelah mendengar kedatangan Tuan Luke."

"Iya, dia masih ada di dalam ruang CEO. Tadi dia memergoki aku dan mencurigai aku sebagai Miss Black. Terpaksa aku harus membohonginya," jelas Rose.

"Kalau begitu Nona pulang saja. Biar saya yang menghadapi Tuan Luke."

"Terima kasih, Daddy. Pekerjaanku yang tertunda akan kuselesaikan di akhir pekan," jawab Rose.

"Hati-hati, Nona. Nanti malam saya akan menjemput Nona jam tujuh untuk makan malam."

Rose mengangguk. Tak ayal lagi Denzel adalah sang penyelamat yang selalu siap menolongnya setiap kali dibutuhkan.

***

Rose menggunakan dress pendek berwarna merah muda dan menambahkan aksesoris kalung di lehernya. Malam ini ia ingin tampil lebih cantik untuk merayakan keberhasilannya melewati audisi bersama Denzel.

"Daddy, aku sudah siap."

Denzel berdiri dan memandang Rose. Ia menekuk sebelah lengannya, mempersilakan Rose untuk menggandeng tangannya.

Rose tersenyum lalu mengikuti kemauan walinya itu. Ia sudah terbiasa memahami segala isyarat dari Denzel, begitu pula sebaliknya. Seolah pikiran mereka memang terkoneksi satu sama lain.

Denzel membawa Rose makan malam di restoran Perancis yang mewah. Ia ingin Rose menikmati suasana baru selepas semua ketegangan yang dialaminya hari ini.

"Semua makanannya kelihatan enak, Daddy. Aku jadi bingung harus pilih yang mana. Iringan musik klasiknya juga indah," puji Rose sambil membolak balik buku menu.

"Biar saya yang memilihkan menu untuk Nona. Saya pernah beberapa kali makan bersama klien penting di restoran ini. Jadi saya sudah tahu mana yang sesuai dengan selera Nona."

"Aku kira Daddy pergi berkencan bersama kekasih Daddy," celetuk Rose.

"Saya tidak punya waktu untuk itu Nona," jawab Denzel datar.

Rose pun mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Daddy apa yang Luke tanyakan setelah aku pergi?"

"Dia mengorek keterangan tentang jati diri Nona. Saya mengatakan Nona adalah mahasiswi semester akhir yang magang di kantor sebagai sekretaris."

"Apa dia menyinggung soal Miss Black?" tanya Rose.

"Iya, saya menjawab Miss Black ada di luar negri dan tidak mau diganggu oleh siapapun."

"Dia percaya begitu saja dengan penjelasan itu?" tanya Rose penasaran.

"Saya yakin tidak. Dia pasti mencari bukti-bukti tentang Nona. Nona harus lebih berhati-hati sekarang. Jangan muncul dulu di kantor untuk sementara waktu," tegas Denzel.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Kekuatan Cinta

    Sebastian membisikkan sesuatu ke telinga Luke. Kemudian ia memberi isyarat pada asistennya untuk melepaskan ikatan Denzel. "Baiklah, Peter, kita akan barter. Bebaskan Rose, Tuan Josh, dan Franky. Aku akan membebaskan Denzel." "Tidak bisa, aku akan menukar Rose dengan Denzel. Sedangkan kedua pria ini akan kulepaskan setelah kalian membiarkan aku dan putraku pergi." "Luke, turuti saja kemauannya. Yang terpenting Rose selamat," bisik Sebastian. Luke pun mengangguk. Ia berjalan dan menghampiri Denzel lalu menahan tubuh pria itu. "Aku hitung sampai lima. Kita sama-sama melepaskan mereka!" tegas Luke. Rose yang berada dalam genggaman Peter hanya bisa pasrah. Ia berharap dapat kembali secepatnya ke sisi Luke. Namun ketika bersitatap dengan Denzel, Rose menundukkan kepala. Ia merasa sangat bersalah melihat kondisi Denzel yang memprihatinkan. Apalagi sebagian wajahnya memar karena terkena bekas pukulan. Sebaliknya Denzel menatap nanar kepada Rose dan ayahnya. Hatinya sudah membeku sampa

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Lepaskan Istriku

    Saat Rose turun ke bawah, ia melihat kondisi kediaman Gonzalez yang sangat lengang. Entah kemana semua orang saat ini. Sang suami dan mertuanya juga tidak ada, hanya ada empat orang pengawal yang berjaga-jaga di depan pintu."Nyonya, Anda mau kemana?" tanya salah seorang pengawal di kediaman Gonzalez. Rose tidak tahu nama-nama para pengawal itu sehingga ia bingung harus memberi jawaban apa."Maaf, Tuan, kemana Luke?" tanya Rose mencoba mencari tahu."Nama saya Franky, Nyonya. Tuan Muda dan Tuan Besar keluar rumah karena ada urusan penting. Sebaiknya Anda kembali ke kamar," jawabnya. Ia tidak mengatakan kemana Luke pergi sesuai dengan perintah dari Tuan Besarnya.Rose yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh mereka. Terlebih Luke sengaja meninggalkan ponselnya di kamar sehingga ia tidak bisa dihubungi. Padahal Rose tidak bisa menunda lagi untuk segera membebaskan sang paman. Rose pun memberanikan diri untuk meminta tolong pada pria kekar bernama Franky itu."Franky, bisa aku minta tol

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Barter Keselamatan (Part 2)

    "Siapa kalian?" tanya Denzel bersiap merogoh pistol yang terselip di pinggangnya. Ia memang selalu membawa senjata untuk berjaga-jaga. Sialnya salah satu orang yang mengepungnya ternyata lebih waspada. Ia segera mengacungkan pistol ke arah Denzel."Buang senjatamu dan angkat tangan sekarang!!! Jika tidak, aku akan langsung menembakkan peluru ini ke kepalamu!" serunya dengan suara menggelegar.Karena tidak punya pilihan, Denzel terpaksa menurut. Ia membuang pistol miliknya ke tanah lalu menatap sengit orang-orang yang mengepungnya."Coba saja tangkap aku jika kalian berani! Tapi jangan menyesal bila setelahnya kalian semua akan mati secara mengenaskan. Kalian pasti sudah tahu siapa aku," tantang Denzel. Dilihat dari gerak-geriknya, jelas sudah bahwa orang-orang ini adalah bagian dari kelompok mafia. Hanya saja Denzel belum mengetahui secara pasti nama organisasi mereka.Beberapa dari mereka tertawa terbahak mendengar ancaman Denzel. "Kamu yang belum tahu siapa kami. Bahkan ayahmu pas

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Barter Keselamatan (Part 1)

    Rose berusaha menyembunyikan ketegangannya. Dia tidak boleh menunjukkan sikap yang bisa memancing kecurigaan Denzel. Sambil menunggu kedatangan pria itu, ia memilih untuk menemani anak-anak panti mengerjakan tugas matematika."Rose, siap-siap saja di depan. Tuan Denzel akan datang sebentar lagi," ucap Suster Mary.Rose memegang tangan Suster Mary untuk berpamitan kepadanya."Suster, malam ini dan beberapa hari ke depan mungkin aku tidak kembali ke panti.""Kamu akan kembali ke mansion Brown?" tanya Suster Mary mengerutkan dahi dalam-dalam."Tidak, Suster, aku akan menginap sementara di rumah orang yang aku cintai."Suster Mary terhenyak mendengar perkataan Rose yang mengandung teka-teki. Ia bingung siapa yang dimaksudkan Rose, apakah itu Luke atau Denzel. Namun lebih masuk akal rasanya bila Rose menginap di rumah Denzel mengingat Luke telah tiada."Apapun keputusanmu aku selalu mendoakan yang terbaik. Semoga kamu dan bayimu selalu dalam perlindungan Tuhan," ucap Suster Mary memberikan

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Pembalasan untuk Kejahatan

    Rose berusaha menyembunyikan ketegangannya. Dia tidak boleh menunjukkan sikap yang bisa memancing kecurigaan Denzel. Sambil menunggu kedatangan pria itu, ia memilih untuk menemani anak-anak panti mengerjakan tugas matematika."Rose, siap-siap saja di depan. Tuan Denzel akan datang sebentar lagi," ucap Suster Mary.Rose memegang tangan Suster Mary untuk berpamitan kepadanya."Suster, malam ini dan beberapa hari ke depan mungkin aku tidak kembali ke panti.""Kamu akan kembali ke mansion Brown?" tanya Suster Mary mengerutkan dahi dalam-dalam."Tidak, Suster, aku akan menginap sementara di rumah orang yang aku cintai."Suster Mary terhenyak mendengar perkataan Rose yang mengandung teka-teki. Ia bingung siapa yang dimaksudkan Rose, apakah itu Luke atau Denzel. Namun lebih masuk akal rasanya bila Rose menginap di rumah Denzel mengingat Luke telah tiada."Apapun keputusanmu aku selalu mendoakan yang terbaik. Semoga kamu dan bayimu selalu dalam perlindungan Tuhan," ucap Suster Mary memberikan

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Terpaksa Bertunangan Dengannya

    "Ini kamu, Rose?" tanya Gwen menggoyangkan lengan Rose. Ia bahkan menyuruh Rose berputar untuk meyakinkan bahwa yang di hadapannya ini adalah sahabatnya, bukan makhluk jadi-jadian."Tentu saja ini aku, Gwen," jawab Rose tenang."Tapi aku baru saja ke kamarmu dan kamu tidak ada.""Benar, Rose. Kami baru akan ke danau Blue Stone untuk mencarimu," timpal Suster Mary.Karena telah membuat semua orang panik, Rose pun memberikan penjelasan."Maafkan saya, Suster. Tadi pagi-pagi sekali saya pergi ke salon untuk mempersiapkan diri."Gwen memanyunkan bibirnya karena kecewa dengan pengakuan Rose."Padahal aku susah payah bangun pagi untuk meriasmu, ternyata kamu malah ke salon. Dan gaun cantik ini, dari mana kamu mendapatkannya?""Maafkan aku, Gwen. Aku berpikir lebih baik ke salon supaya tidak merepotkanmu. Gaun ini juga pihak salon yang menyediakan.""Kalau begitu kita masuk ke aula saja. Tuan Denzel pasti datang sebentar lagi," ucap Suster Mary menggandeng tangan Rose.Sepanjang jalan menuju

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status