Share

Mata-mata (Part 2)

"Daddy, saat aku bertemu Luke, aku merasa dia sangat membenci Miss Black. Apa Daddy tahu kenapa dia tidak suka padaku?"

Denzel mengedikkan bahunya.

"Saya tidak tahu banyak tentang masa lalu Tuan Louis dan Tuan Luke. Tuan Louis hanya bercerita kalau dia memiliki seorang anak angkat. Tapi putranya itu pergi bersama istrinya ketika mereka bercerai."

"Mungkinkah dia membenciku karena aku anak haram?" pikir Rose sedih.

Sudah lama Rose menduga bahwa ibunya adalah orang ketiga dalam pernikahan Louis dan Jessica Brown. Inilah yang menyebabkan ayahnya tidak bisa mengakuinya sebagai anak di hadapan publik. Ia adalah anak yang terlahir dari hasil perselingkuhan, bukan dari pernikahan yang sah.

"Jangan terlalu dipikirkan. Itu hanya bagian dari masa lalu," ucap Denzel menghibur Rose.

"Daddy, apa perlu aku mengaku pada Luke dan meminta maaf atas nama ibuku? Aku ingin menghapus kesalahpahaman dan luka yang pernah ditorehkan ibuku terhadap Nyonya Jessica."

Raut wajah Denzel berubah tidak senang saat mendengar ide yang dicetuskan Rose. Ia langsung menggenggam tangan Rose dengan posesif.

"Nona tidak perlu melakukan itu. Semua yang terjadi bukan kesalahan Nona. Justru Nona-lah yang menjadi korban."

"Saya melarang Nona untuk dekat-dekat dengan Luke Brown apalagi membuka identitas asli Nona. Kita tidak tahu bagaimana sifat aslinya. Mungkin saja dia bermaksud jahat atau berusaha mencelakakan Nona," tukas Denzel memperingatkan Rose.

"Iya, aku berjanji akan mematuhi larangan Daddy," kata Rose patuh.

Dari intonasi suara Denzel, pria itu nampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Dan Rose tidak ingin sekalipun mengecewakan Denzel.

Rose menghentikan segala pertanyaan tentang Luke. Ia kembali menikmati ice cream yang dipesankan Denzel sebagai makanan penutup. Namun mendadak ia merasakan jemari Denzel menyentuh sudut bibirnya.

"Ada sisa ice cream di bibir Nona," ucap Denzel lembut.

"Oh iya," jawab Rose merasa malu.

Tindakan Denzel membuat Rose jadi salah tingkah. Baru kali ia merasa diperlakukan secara berbeda oleh pria itu. Terkadang Rose tidak bisa memahami sikap Denzel yang seringkali berubah-ubah. Sebentar ia terlihat tegas dan dingin, tetapi di lain kesempatan dia tampak hangat dan penuh kasih sayang.

***

Denzel mengantarkan Rose sampai di depan gerbang rumahnya. Setelah itu, ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke apartemen. Hari ini tubuhnya sangat lelah karena banyaknya pekerjaan. Selain itu ia terganggu dengan kedatangan Luke Brown yang tiba-tiba. Terlebih Luke terlihat cerdik sekaligus menjengkelkan. Karena itu ia harus memastikan Luke tidak akan menjadi penghalangnya. Ia tidak akan tinggal diam bila pria itu sampai mengusik Rose dan perusahaan Brown Group.

Ketika sampai di apartemen, ponsel Denzel bergetar. Ia melihat nama Tuan X muncul di layar ponselnya yang berkelap-kelip. Denzel mendesah panjang lalu mengangkat panggilan tersebut.

"Kenapa menelponku malam-malam?" tanya Denzel kesal.

"Sejak kapan aku harus memiliki alasan untuk menelpon putraku sendiri. Aku hanya ingin bertanya kapan kamu akan menikahi gadis itu?" balas Tuan X dari balik telpon.

"Jangan mendesakku, Pa. Rasanya sudah ratusan kali Papa menanyakan hal yang sama. Aku baru pulang makan malam dengan Rose. Biarkan aku beristirahat," jawab Denzel melepas jam tangannya.

"Makan malam? Kamu terlalu lamban, Denzel. Sampai berapa tahun lagi kamu akan mengulur-ulur waktu. Apa waktu tujuh tahun belum cukup bagimu? Jika ayahnya saja percaya padamu bukankah lebih mudah menaklukkan putrinya," tanya Tuan X dengan nada meninggi.

"Sudah kubilang aku akan menunggu sampai Rose lulus kuliah. Setelah itu aku pasti menikahinya," tandas Denzel.

"Baiklah, aku akan bersabar sekali lagi. Selama ini aku mengikuti cara halus yang kamu lakukan. Tapi jika kamu tidak kunjung bertindak, maka ayahmu ini yang akan mengambil alih. Dan kamu tahu benar bagaimana sifatku dan cara apa yang akan kutempuh," ancam pria itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status