Share

Mata-mata (Part 2)

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2023-02-18 22:28:50

"Daddy, saat aku bertemu Luke, aku merasa dia sangat membenci Miss Black. Apa Daddy tahu kenapa dia tidak suka padaku?"

Denzel mengedikkan bahunya.

"Saya tidak tahu banyak tentang masa lalu Tuan Louis dan Tuan Luke. Tuan Louis hanya bercerita kalau dia memiliki seorang anak angkat. Tapi putranya itu pergi bersama istrinya ketika mereka bercerai."

"Mungkinkah dia membenciku karena aku anak haram?" pikir Rose sedih.

Sudah lama Rose menduga bahwa ibunya adalah orang ketiga dalam pernikahan Louis dan Jessica Brown. Inilah yang menyebabkan ayahnya tidak bisa mengakuinya sebagai anak di hadapan publik. Ia adalah anak yang terlahir dari hasil perselingkuhan, bukan dari pernikahan yang sah.

"Jangan terlalu dipikirkan. Itu hanya bagian dari masa lalu," ucap Denzel menghibur Rose.

"Daddy, apa perlu aku mengaku pada Luke dan meminta maaf atas nama ibuku? Aku ingin menghapus kesalahpahaman dan luka yang pernah ditorehkan ibuku terhadap Nyonya Jessica."

Raut wajah Denzel berubah tidak senang saat mendengar ide yang dicetuskan Rose. Ia langsung menggenggam tangan Rose dengan posesif.

"Nona tidak perlu melakukan itu. Semua yang terjadi bukan kesalahan Nona. Justru Nona-lah yang menjadi korban."

"Saya melarang Nona untuk dekat-dekat dengan Luke Brown apalagi membuka identitas asli Nona. Kita tidak tahu bagaimana sifat aslinya. Mungkin saja dia bermaksud jahat atau berusaha mencelakakan Nona," tukas Denzel memperingatkan Rose.

"Iya, aku berjanji akan mematuhi larangan Daddy," kata Rose patuh.

Dari intonasi suara Denzel, pria itu nampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Dan Rose tidak ingin sekalipun mengecewakan Denzel.

Rose menghentikan segala pertanyaan tentang Luke. Ia kembali menikmati ice cream yang dipesankan Denzel sebagai makanan penutup. Namun mendadak ia merasakan jemari Denzel menyentuh sudut bibirnya.

"Ada sisa ice cream di bibir Nona," ucap Denzel lembut.

"Oh iya," jawab Rose merasa malu.

Tindakan Denzel membuat Rose jadi salah tingkah. Baru kali ia merasa diperlakukan secara berbeda oleh pria itu. Terkadang Rose tidak bisa memahami sikap Denzel yang seringkali berubah-ubah. Sebentar ia terlihat tegas dan dingin, tetapi di lain kesempatan dia tampak hangat dan penuh kasih sayang.

***

Denzel mengantarkan Rose sampai di depan gerbang rumahnya. Setelah itu, ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke apartemen. Hari ini tubuhnya sangat lelah karena banyaknya pekerjaan. Selain itu ia terganggu dengan kedatangan Luke Brown yang tiba-tiba. Terlebih Luke terlihat cerdik sekaligus menjengkelkan. Karena itu ia harus memastikan Luke tidak akan menjadi penghalangnya. Ia tidak akan tinggal diam bila pria itu sampai mengusik Rose dan perusahaan Brown Group.

Ketika sampai di apartemen, ponsel Denzel bergetar. Ia melihat nama Tuan X muncul di layar ponselnya yang berkelap-kelip. Denzel mendesah panjang lalu mengangkat panggilan tersebut.

"Kenapa menelponku malam-malam?" tanya Denzel kesal.

"Sejak kapan aku harus memiliki alasan untuk menelpon putraku sendiri. Aku hanya ingin bertanya kapan kamu akan menikahi gadis itu?" balas Tuan X dari balik telpon.

"Jangan mendesakku, Pa. Rasanya sudah ratusan kali Papa menanyakan hal yang sama. Aku baru pulang makan malam dengan Rose. Biarkan aku beristirahat," jawab Denzel melepas jam tangannya.

"Makan malam? Kamu terlalu lamban, Denzel. Sampai berapa tahun lagi kamu akan mengulur-ulur waktu. Apa waktu tujuh tahun belum cukup bagimu? Jika ayahnya saja percaya padamu bukankah lebih mudah menaklukkan putrinya," tanya Tuan X dengan nada meninggi.

"Sudah kubilang aku akan menunggu sampai Rose lulus kuliah. Setelah itu aku pasti menikahinya," tandas Denzel.

"Baiklah, aku akan bersabar sekali lagi. Selama ini aku mengikuti cara halus yang kamu lakukan. Tapi jika kamu tidak kunjung bertindak, maka ayahmu ini yang akan mengambil alih. Dan kamu tahu benar bagaimana sifatku dan cara apa yang akan kutempuh," ancam pria itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Kekuatan Cinta

    Sebastian membisikkan sesuatu ke telinga Luke. Kemudian ia memberi isyarat pada asistennya untuk melepaskan ikatan Denzel. "Baiklah, Peter, kita akan barter. Bebaskan Rose, Tuan Josh, dan Franky. Aku akan membebaskan Denzel." "Tidak bisa, aku akan menukar Rose dengan Denzel. Sedangkan kedua pria ini akan kulepaskan setelah kalian membiarkan aku dan putraku pergi." "Luke, turuti saja kemauannya. Yang terpenting Rose selamat," bisik Sebastian. Luke pun mengangguk. Ia berjalan dan menghampiri Denzel lalu menahan tubuh pria itu. "Aku hitung sampai lima. Kita sama-sama melepaskan mereka!" tegas Luke. Rose yang berada dalam genggaman Peter hanya bisa pasrah. Ia berharap dapat kembali secepatnya ke sisi Luke. Namun ketika bersitatap dengan Denzel, Rose menundukkan kepala. Ia merasa sangat bersalah melihat kondisi Denzel yang memprihatinkan. Apalagi sebagian wajahnya memar karena terkena bekas pukulan. Sebaliknya Denzel menatap nanar kepada Rose dan ayahnya. Hatinya sudah membeku sampa

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Lepaskan Istriku

    Saat Rose turun ke bawah, ia melihat kondisi kediaman Gonzalez yang sangat lengang. Entah kemana semua orang saat ini. Sang suami dan mertuanya juga tidak ada, hanya ada empat orang pengawal yang berjaga-jaga di depan pintu."Nyonya, Anda mau kemana?" tanya salah seorang pengawal di kediaman Gonzalez. Rose tidak tahu nama-nama para pengawal itu sehingga ia bingung harus memberi jawaban apa."Maaf, Tuan, kemana Luke?" tanya Rose mencoba mencari tahu."Nama saya Franky, Nyonya. Tuan Muda dan Tuan Besar keluar rumah karena ada urusan penting. Sebaiknya Anda kembali ke kamar," jawabnya. Ia tidak mengatakan kemana Luke pergi sesuai dengan perintah dari Tuan Besarnya.Rose yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh mereka. Terlebih Luke sengaja meninggalkan ponselnya di kamar sehingga ia tidak bisa dihubungi. Padahal Rose tidak bisa menunda lagi untuk segera membebaskan sang paman. Rose pun memberanikan diri untuk meminta tolong pada pria kekar bernama Franky itu."Franky, bisa aku minta tol

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Barter Keselamatan (Part 2)

    "Siapa kalian?" tanya Denzel bersiap merogoh pistol yang terselip di pinggangnya. Ia memang selalu membawa senjata untuk berjaga-jaga. Sialnya salah satu orang yang mengepungnya ternyata lebih waspada. Ia segera mengacungkan pistol ke arah Denzel."Buang senjatamu dan angkat tangan sekarang!!! Jika tidak, aku akan langsung menembakkan peluru ini ke kepalamu!" serunya dengan suara menggelegar.Karena tidak punya pilihan, Denzel terpaksa menurut. Ia membuang pistol miliknya ke tanah lalu menatap sengit orang-orang yang mengepungnya."Coba saja tangkap aku jika kalian berani! Tapi jangan menyesal bila setelahnya kalian semua akan mati secara mengenaskan. Kalian pasti sudah tahu siapa aku," tantang Denzel. Dilihat dari gerak-geriknya, jelas sudah bahwa orang-orang ini adalah bagian dari kelompok mafia. Hanya saja Denzel belum mengetahui secara pasti nama organisasi mereka.Beberapa dari mereka tertawa terbahak mendengar ancaman Denzel. "Kamu yang belum tahu siapa kami. Bahkan ayahmu pas

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Barter Keselamatan (Part 1)

    Rose berusaha menyembunyikan ketegangannya. Dia tidak boleh menunjukkan sikap yang bisa memancing kecurigaan Denzel. Sambil menunggu kedatangan pria itu, ia memilih untuk menemani anak-anak panti mengerjakan tugas matematika."Rose, siap-siap saja di depan. Tuan Denzel akan datang sebentar lagi," ucap Suster Mary.Rose memegang tangan Suster Mary untuk berpamitan kepadanya."Suster, malam ini dan beberapa hari ke depan mungkin aku tidak kembali ke panti.""Kamu akan kembali ke mansion Brown?" tanya Suster Mary mengerutkan dahi dalam-dalam."Tidak, Suster, aku akan menginap sementara di rumah orang yang aku cintai."Suster Mary terhenyak mendengar perkataan Rose yang mengandung teka-teki. Ia bingung siapa yang dimaksudkan Rose, apakah itu Luke atau Denzel. Namun lebih masuk akal rasanya bila Rose menginap di rumah Denzel mengingat Luke telah tiada."Apapun keputusanmu aku selalu mendoakan yang terbaik. Semoga kamu dan bayimu selalu dalam perlindungan Tuhan," ucap Suster Mary memberikan

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Pembalasan untuk Kejahatan

    Rose berusaha menyembunyikan ketegangannya. Dia tidak boleh menunjukkan sikap yang bisa memancing kecurigaan Denzel. Sambil menunggu kedatangan pria itu, ia memilih untuk menemani anak-anak panti mengerjakan tugas matematika."Rose, siap-siap saja di depan. Tuan Denzel akan datang sebentar lagi," ucap Suster Mary.Rose memegang tangan Suster Mary untuk berpamitan kepadanya."Suster, malam ini dan beberapa hari ke depan mungkin aku tidak kembali ke panti.""Kamu akan kembali ke mansion Brown?" tanya Suster Mary mengerutkan dahi dalam-dalam."Tidak, Suster, aku akan menginap sementara di rumah orang yang aku cintai."Suster Mary terhenyak mendengar perkataan Rose yang mengandung teka-teki. Ia bingung siapa yang dimaksudkan Rose, apakah itu Luke atau Denzel. Namun lebih masuk akal rasanya bila Rose menginap di rumah Denzel mengingat Luke telah tiada."Apapun keputusanmu aku selalu mendoakan yang terbaik. Semoga kamu dan bayimu selalu dalam perlindungan Tuhan," ucap Suster Mary memberikan

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Terpaksa Bertunangan Dengannya

    "Ini kamu, Rose?" tanya Gwen menggoyangkan lengan Rose. Ia bahkan menyuruh Rose berputar untuk meyakinkan bahwa yang di hadapannya ini adalah sahabatnya, bukan makhluk jadi-jadian."Tentu saja ini aku, Gwen," jawab Rose tenang."Tapi aku baru saja ke kamarmu dan kamu tidak ada.""Benar, Rose. Kami baru akan ke danau Blue Stone untuk mencarimu," timpal Suster Mary.Karena telah membuat semua orang panik, Rose pun memberikan penjelasan."Maafkan saya, Suster. Tadi pagi-pagi sekali saya pergi ke salon untuk mempersiapkan diri."Gwen memanyunkan bibirnya karena kecewa dengan pengakuan Rose."Padahal aku susah payah bangun pagi untuk meriasmu, ternyata kamu malah ke salon. Dan gaun cantik ini, dari mana kamu mendapatkannya?""Maafkan aku, Gwen. Aku berpikir lebih baik ke salon supaya tidak merepotkanmu. Gaun ini juga pihak salon yang menyediakan.""Kalau begitu kita masuk ke aula saja. Tuan Denzel pasti datang sebentar lagi," ucap Suster Mary menggandeng tangan Rose.Sepanjang jalan menuju

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status