Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 05. Kejamnya Helena Caraxis

Share

05. Kejamnya Helena Caraxis

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-03-24 16:15:17

Paviliun Timur Caraxis diselimuti oleh kabut tipis yang bergulung-gulung di antara pepohonan kering. Aroma anyir darah bercampur dengan udara malam yang dingin, menusuk hidung seperti belati tak kasat mata. Cahaya bulan temaram memantulkan siluet seorang gadis yang tergantung di tiang kayu, tubuhnya dililit kawat duri yang mencengkeram erat seperti ular berbisa yang tak ingin melepas buruannya.

Ravena Xenagon, gadis berwajah pucat bagai salju musim dingin, hanya bisa menggigit bibirnya menahan rasa sakit yang menjalari sekujur tubuhnya. Setiap tarikan napasnya seperti serpihan kaca yang menghujam paru-parunya. Darah merembes dari luka-luka yang menganga di kulitnya, menetes perlahan ke tanah yang telah berubah merah tua karena darah yang tumpah di tempat itu.

Di hadapannya, seorang wanita dengan gaun merah tua—semerah darah yang mengalir dari tubuh Ravena—menatapnya dengan seringai penuh kemenangan. Helena Caraxis. Wanita itu berlutut dengan santai, tangan kanannya memegang paku panjang, sementara tangan kirinya dengan kejam menekan telapak kaki Ravena ke tiang kayu.

“Ah, lihatlah dirimu sekarang, Ravena.” Helena menyeringai, lalu dengan gerakan cepat, ia menghunjamkan paku itu ke telapak kaki Ravena.

CRAAK!

Jeritan tertahan lolos dari bibir Ravena saat paku itu menembus daging dan tulangnya. Rasa sakit yang menyengat bagai api neraka membakar syarafnya. Ia menggigit bibirnya begitu keras hingga darah merembes dari sudut bibirnya.

Di sisi lain, tiga pengawal setianya mengalami nasib yang sama. Mereka terpaku di tiang kayu, wajah mereka berlumuran darah dan tubuh mereka penuh luka. Mata mereka membara dengan amarah, tetapi tubuh mereka terlalu lemah untuk melawan.

“Helena Caraxis... dasar wanita berhati iblis!” suara Ravena serak, matanya penuh kebencian. “Keluarga Drakenis telah memperlakukanmu dengan baik, dan ini balasanmu? Kau membantai mereka semua demi apa?”

Helena hanya mengangkat bahunya, acuh tak acuh. Sebuah tawa kecil keluar dari bibirnya, seolah-olah pertanyaan Ravena hanyalah angin lalu. Namun, pengawal setia Ravena, Kalandra, tak bisa menahan amarahnya.

“Kau wanita busuk!” raungnya. “Tuan Muda memperlakukanmu dengan baik! Tuan dan Nyonya Besar juga! Tapi kau seperti anjing kelaparan yang tak pernah puas dengan satu tulang!”

Helena tersenyum tipis. Dalam sekejap, tangannya meluncur ke arah Kalandra, menyusup ke dalam mulut pria itu, mencengkeram lidahnya dengan erat.

“Aku tidak suka orang yang berisik,” bisiknya pelan.

Dengan satu tarikan cepat—

CRRRTT!

Lidah Kalandra terlepas dari pangkalnya. Pria itu menjerit tertahan, darah muncrat dari mulutnya seperti air mancur merah. Tubuhnya menggeliat kesakitan, matanya melebar ketakutan.

Helena hanya tertawa kecil sambil mengusap darah yang membasahi tangannya ke kain gaunnya yang telah berlumuran darah. “Nah, sekarang kau bisa diam,” ucapnya santai, seolah yang baru saja terjadi hanyalah hal sepele.

Ravena menggertakkan giginya, hatinya terasa terbakar melihat pengawalnya yang setia harus menderita seperti itu.

“Kau benar-benar iblis, Helena! Beruntung aku tidak jadi memiliki kakak ipar sepertimu!” serunya dengan penuh kebencian.

PLAAAK!

Tamparan keras mendarat di pipi Ravena, membuat kepalanya terlempar ke samping. Rasa panas menjalar di kulitnya, tetapi ia tetap menatap Helena dengan sorot mata penuh perlawanan.

“Beraninya kau menghinaku?” geram Helena. Matanya bersinar marah. “Keluarga Drakenis sudah musnah! Sampah seperti Kevin juga sudah mati! Apalagi yang kau harapkan?”

Ravena mengepalkan tangannya sekuat tenaga meski pergelangannya masih terpaku. Jika saja ia bisa bergerak, ia sudah mengoyak tubuh Helena dengan tangannya sendiri. Matanya melirik Kalandra yang terengah-engah, darah mengalir tak henti dari mulutnya.

Helena melangkah mendekati Ravena, kali ini nada suaranya lebih lembut, penuh godaan beracun.

“Aku tidak peduli dengan mereka,” ujarnya. “Tapi bagaimana jika aku memberimu pilihan? Nyawa tiga pengawal setiamu ini... dengan Darah Iblis Es dalam tubuhmu.”

Ravena membelalak. Ia tahu apa yang diinginkan Helena—Darah Iblis Es yang mengalir dalam tubuhnya adalah harta berharga yang hanya bisa diambil saat ia masih hidup dan dalam kondisi terbaik.

Helena tersenyum penuh kemenangan. “Jadi, apa yang akan kau pilih, adik ipar tersayang?”

Wanita kejam itu melirik pria bertubuh besar yang berdiri di dekatnya, sorot matanya penuh perintah tanpa kata. Dengan anggukan singkat, pria itu bergerak cepat. Dengan ayunan tangan yang beringas, dia menghantam wajah Sakya, pengawal setia yang selama ini menemani Ravena. Sakya menatap algojo ini dengan tatapan menantang, darah merembes dari sudut bibirnya. Tanpa jeda, algojo itu mengayunkan pedangnya ke arah tangan pengawal ini. Mata Ravena membelalak saat suara tajam logam bertemu daging menggema di ruangan itu.

"AAARGH!" teriakan kesakitan membahana saat tangan Sakya terpenggal, darah menyembur liar ke lantai batu. Bau anyir memenuhi udara, mengundang rasa mual yang tak tertahankan.

Ravena menggertakkan giginya, matanya memancarkan kebencian yang menyala-nyala. "Kau! Iblis Wanita Berhati Dingin!" jeritnya, suaranya parau oleh amarah dan ketakutan.

Helena, wanita kejam itu, hanya tertawa renyah. "Hahaha ... Aku memang berhati dingin. Itulah sebabnya aku membutuhkan Darah Iblis Es dalam tubuhmu!" Mata hijaunya menyala penuh gairah, seolah ini hanyalah hiburan baginya. "Jadi, bagaimana? Masih keras kepala? Atau mungkin aku harus memotong kaki pengawalmu yang lain?" ancamnya, suaranya semanis racun.

Bagaimana keputusan Ravena? Apakah ia akan menyerahkan hidupnya sebagai ganti kehidupan tiga pengawal setianya ini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   616. Pertarungan Dewa dan Iblis

    Langit perang kini pecah menjadi ratusan kilatan cahaya dan gelombang energi. Di setiap sudut medan, pertarungan antar legenda berlangsung. Sorakan pasukan teredam oleh deru kekuatan maha dahsyat.***~ Voltron vs Helena & Kael ~Pedang raksasa milik Voltron berayun dengan kecepatan yang mustahil untuk tubuh sebesar itu. Setiap gerakannya mencabik udara, meninggalkan retakan panjang di tanah berbatu. Suara gesekan logam membuat bulu kuduk siapa pun yang mendengarnya berdiri.“Helena, sisi kiri!” teriak Kael, pedangnya dilapisi pusaran angin yang menderu. Setiap tebasannya menimbulkan badai kecil, mencoba menahan hantaman brutal dari lawan.Helena menukik dari udara, rambut pirangnya berkibar liar tertiup tekanan spiritual. Pedang di tangannya menyala api biru membara, panasnya membuat udara bergetar.“Flameburst Sword!” serunya. Dengan teriakan itu, pedang menghujam bahu Voltron, disertai ledakan api biru yang membuat getaran hebat.Namun, Voltron hanya menggerakkan pedang besarnya. D

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   615. Serangan Celestial Myrad dan Dewa Seiryu

    Langit bergemuruh. Petir mengelagar di balik awan hitam yang terus berputar, seolah semesta sendiri tenggelam dalam kekacauan. Tiba-tiba, aura menyesakkan muncul, jauh lebih berat dari ribuan iblis yang baru saja menelan setengah medan perang.Suara langkah logam menghentak bumi. Sosok raksasa setinggi menara maju dari kegelapan—Voltron, pemimpin Celestial Myrad, dengan pedang besar di punggungnya yang berkilat bagai potongan bintang jatuh. Matanya memancarkan cahaya biru keperakan, dingin dan tak berperasaan.Di sampingnya, Vesta melangkah anggun. Jubah hitamnya berdesir, jemarinya sudah menggenggam kipas lipat berlapis racun, dan dari lengan bajunya bergemerincing jarum-jarum beracun, siap menghujam kapan saja. Senyum tipis terukir di wajahnya, senyum seorang pemburu yang sudah mencium bau darah mangsa.Vega mengaum rendah, tubuhnya menjulang seperti singa raksasa dengan cakar baja yang berkilau lima warna. Setiap langkahnya mencakar tanah, meninggalkan goresan membara dari elemen a

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   614. Pertempuran Paviliun Drakenis

    Sorakan pasukan manusia baru saja mereda ketika tanah bergetar hebat. Dari balik pusaran portal hitam, ribuan iblis menerobos maju. Tubuh mereka menjulang, kulit legam retak-retak mengeluarkan cahaya merah menyala dari dalam, seakan setiap iblis adalah tungku neraka berjalan. Iblis ini lebih mirip makhluk api yang menyebarkan bara yang panas.Iblis dari dasar terdalam Dunia Naga Seiryu ini sengaja dilepaskan oleh Tian Long sebagai pasukan iblis yang akan berada di garis depan penyerangan, sebelum Celestial Myrad turun tangan menghabisi Kevin Drakenis dan rekan-rekannya.“Mereka datang! Formasi!” teriak seorang kapten Dracarys, suaranya pecah tertelan gemuruh langkah musuh.Benturan pertama meledak ketika barisan terdepan iblis menghantam tembok api Dracarys. Api merah menyembur tinggi, menjilat kulit iblis, membuat mereka meraung. Sebagian jatuh terbakar, namun lebih banyak lagi yang menerobos dengan tubuh melepuh tapi terus mengamuk.“Phoenix Merah, sayap terbuka!” teriak Claudia dari

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   613. Menghimpun Kekuatan - III

    Di sisi lain, kegelapan hutan bagai tirai hitam yang menelan langkah dua sosok yang berlari kencang. Nafas Ezio dan Aurora terengah, bercampur dengan aroma darah segar yang masih menempel di pakaian mereka. Di tubuh keduanya, noda merah pekat mengering, bukti pertempuran sengit yang baru saja mereka lalui. Daun-daun hutan berguncang tiap kali mereka menerobos, suara ranting patah bercampur dengan detak langkah kaki yang terburu-buru.Udara malam menusuk, dingin, tapi tubuh mereka terasa panas oleh adrenalin dan amarah. Cahaya rembulan hanya samar menembus rimbunnya pepohonan, membuat jalanan bagai jurang gelap. Aurora sempat menoleh pada Ezio, tatapannya penuh dengan kelelahan, tapi tekad di matanya menyala lebih terang dari api.“Ezio… kita harus sampai sebelum terlambat.” suaranya tercekat, namun keras.Ezio hanya mengangguk, genggaman tangannya pada pedang makin kuat. “Kita tidak boleh berhenti.”Tak lama, kegelapan hutan pecah oleh cahaya obor yang berjajar tinggi. Di depan mereka,

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   612. Menghimpun Kekuatan - II

    Sementara itu, di sisi timur kota, menara tertinggi Paviliun Dracarys berdiri bagai tombak api yang menusuk langit malam. Angin kencang berputar liar di sekitar puncaknya membuat menara ini tampak gagah. Di ujung menara itu, Claudia berdiri tegak, gaunnya yang merah tua berderak tertiup angin, sementara rambut hitam legamnya berkibar liar seakan ikut terbakar oleh amarahnya.Matanya menyala—bukan hanya oleh pantulan api, tapi oleh tekad yang tak tergoyahkan. Aura merah api yang meledak dari tubuhnya merambat ke udara, membuat malam terasa lebih panas, seakan langit sendiri akan runtuh.“Mobilisasi penuh!” suaranya menggema, pecah bagai petir di atas lautan api. Ia mengangkat tangan, dan lidah-lidah api menjalar ke udara, membentuk simbol Phoenix Merah yang mengepakkan sayapnya.“Semua cultivator tingkat menengah hingga puncak—bergerak sekarang!” teriaknya lagi, suara penuh komando. “Prajurit barisan api, siapkan formasi Phoenix Merah! Ingat baik-baik, tidak ada yang boleh mundur, bahka

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   611. Menghimpun Kekuatan

    Langit Kota Nagapolis berwarna kelabu. Awan hitam pekat bertumpuk, seolah menahan badai raksasa yang siap meledak kapan saja. Dari kejauhan, petir samar kadang menyambar, seperti firasat buruk tentang perang yang akan datang.Di pusat kota, Paviliun Drakenis berdenyut dengan aura kewaspadaan penuh. Setiap dinding batu kuno seakan bergetar oleh formasi pertahanan yang dibangkitkan. Obor spiritual menyala biru, menebar kilau aneh di udara, menandakan markas Kevin tengah dalam kondisi siaga total.Lampu-lampu listrik juga dinyalakan untuk memberikan suasana terang benderang.Informasi dari mata-mata yang dikirim Claudia atas perintah Kevin ini tiba lebih cepat dari dugaan: Celestial Myrad akan menyerbu dalam tiga hari.Di ruang utama paviliun, para tetua dan murid inti berbaris rapi. Udara dipenuhi aura qi yang menekan, setiap helaan napas bagai membawa beban berat di udara. Claudia berdiri di sisi Kevin, tangan kanannya menggenggam gagang pedang spiritual yang tergantung di pinggang. Sor

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status