Share

06. Darah Iblis Es

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-03-24 16:15:26

Ravena merasakan kemarahan meledak di dadanya. "Cih! Aku tak habis pikir mengapa Kak Kevin bisa begitu jatuh cinta pada wanita sekeji dirimu!" Suaranya penuh penghinaan, tapi tubuhnya gemetar oleh ketegangan.

Helena menyeringai, melangkah mendekat dengan angkuh. "Kau tak bisa menyentuhku, adik ipar ... hihihi! Jadi, buang jauh-jauh niat membunuhmu!" katanya penuh kepuasan. "Masih bersikeras? Baiklah! Potong kaki pengawal ini!"

"Tunggu!" Ravena akhirnya berteriak, matanya memancarkan kepasrahan bercampur kebencian. "Baiklah! Aku akan memberikan Darah Iblis Es! Tapi lepaskan mereka!" Suaranya pecah, nyaris memohon. Tiga pengawalnya telah menjadi keluarganya. Dia tak bisa membiarkan mereka mati dengan sia-sia.

Helena terkekeh, lalu dengan kejam meraih tangan Ravena. Pisau peraknya bergerak cepat, memotong nadi Ravena tanpa ragu. Darah biru es menyembur keluar, mengalir ke dalam wadah yang telah disiapkan.

Helena membutuhkan Ravena dalam keadaan hidup agar Darah Iblis Es yang diambilnya bisa berguna. Kalau Ravena mati saat proses pengambilan darah ini berlangsung maka darah ini tidak ada fungsinya.

Nyeri itu seperti sejuta jarum menusuk tubuhnya, rasa dingin yang menjalar ke seluruh sarafnya. Tubuhnya melemah, kulitnya semakin pucat, tapi matanya masih menyala penuh dendam. "Penuhi janjimu atau aku akan menghantuimu seumur hidupmu!" serunya, napasnya memburu.

Namun, Helena hanya menatapnya dengan seringai penuh kemenangan. "Bunuh mereka semua! Jangan sisakan tubuhnya sedikit pun! Berikan kepada binatang buas!" perintahnya.

Ravena membeku, hatinya merasakan sakit yang mendalam saat melihat tiga kepala menggelinding di lantai, darah membanjiri tanah di sekelilingnya. Pandangannya mulai buram, tetapi suara tawa Helena masih menggema di telinganya.

"Bangsat kau, Iblis!" Ravena memuntahkan kutukannya dengan suara serak, nyaris tak berdaya.

Helena mendekatinya, menatapnya dengan kejam. "Dasar bodoh! Pantas saja Keluarga Drakenis musnah! Kalian memang hanya sekumpulan orang tolol!" katanya, sebelum berbalik sambil membawa botol berisi Darah Iblis Es dengan kepuasan mutlak.

Pria bertubuh besar itu menoleh ke arah tubuh Ravena yang terkulai lemas. "Apa yang harus kita lakukan terhadapnya?"

Helena melambaikan tangannya dengan bosan. "Congkel kedua matanya! Aku tak suka tatapannya yang mengerikan. Setelah itu, penggal kepalanya dan berikan kepada binatang buas!" ujarnya tanpa sedikit pun emosi.

Tiba-tiba, suara menggelegar memenuhi udara.

BRAAAK!

Gerbang besi Keluarga Caraxis terlempar jauh, menghantam algojo yang hendak mencungkil mata Ravena. Debu dan pecahan logam berterbangan, memenuhi ruangan dengan kepanikan.

Sosok itu muncul dari balik kepulan debu. Mata Helena membelalak, tubuhnya kaku seperti melihat hantu.

Dari balik cahaya bulan yang menyorot, berdiri seorang pria dengan sorot mata membara, wajahnya dingin seperti batu, dan aura kematian yang menguar dari setiap gerakannya.

Kevin Drakenis telah kembali.

Kemarahan Kevin Drakenis sudah berada di titik puncak, memenuhi udara dengan aura membunuh yang begitu pekat hingga Paviliun Timur Caraxis terasa seperti tercekik dalam hawa dingin yang menusuk tulang. Matanya, yang biasanya tenang, kini memancarkan api kebencian yang membara.

Di hadapannya, Ravena Xenagon, adik perempuan yang ia lindungi dengan segenap jiwa, kini hanya tinggal tubuh yang kurus yang keelihatan tulang-tulang menonjol. Wajahnya pucat pasi, matanya kosong, tubuhnya gemetar di antara hidup dan mati. Luka-luka yang menganga di kulitnya menjadi bukti kejamnya siksaan yang baru saja ia terima.

"Kamu harus mati, bedebah!" raung Kevin, suaranya menggelegar bagai guruh yang memecah kesunyian.

Dalam sekejap, ia menghilang dari tempatnya berdiri. Ketika muncul kembali, ia sudah berada tepat di depan algojo yang baru saja mencoba mencungkil mata Ravena.

KRAAAK!

Suara tulang yang dipelintir dan remuk terdengar begitu nyata, diikuti jeritan kesakitan yang menggema di seluruh halaman. Algojo itu terhuyung, matanya terbelalak ketakutan saat merasakan tangan Kevin mencengkeram wajahnya dengan kekuatan yang tak manusiawi.

"Kamu ingin mata adikku? Sekarang, serahkan matamu!"

AAARRRGGGH!

Teriakan memilukan kembali menggema saat dua jari Kevin menembus rongga mata algojo tersebut, mencabut keluar bola matanya dengan kejam. Darah memuncrat ke mana-mana, menodai tanah dan jubah Kevin yang berkibar tertiup angin malam.

"Mampuslah!" Kevin menendang perut algojo itu dengan kekuatan penuh. Tubuh lelaki malang itu terlempar ke udara sebelum jatuh dengan keras, meninggalkan lubang mengerikan di perutnya. Napasnya terhenti seketika.

"Kak... Kevin..."

Suara lemah itu membuat amarah Kevin sedikit mereda. Ia menoleh dan mendapati Ravena yang terkulai lemah, bibirnya bergetar, matanya mulai kehilangan fokus.

"Masih ada Darah Iblis Es dalam tubuhnya... Aku harus bertindak cepat!" batin Kevin. Dengan cepat, ia menghimpun energi spiritualnya, membentuk Rune Penyembuh di udara. Cahaya biru berpendar, menyelimuti luka-luka di tubuh Ravena, menyatukan daging yang robek dan menutup luka dengan kehangatan magis.

"Kak Kevin... terima kasih sudah datang... meskipun aku tahu ini hanya imajinasiku saja..." bisik Ravena, suaranya semakin melemah.

Jantung Kevin berdetak kencang. Rahangnya mengeras saat ia menggenggam tangan Ravena erat-erat. "Dasar gadis bodoh! Aku tidak akan membiarkanmu mati!"

"Siapa yang berani membuat kekacauan di Paviliun Caraxis? Cari mati saja!"

Suara nyaring dan tajam itu sangat dikenalinya, memaksa Kevin untuk menoleh. Seorang wanita berdiri di ambang pintu, auranya begitu mengancam. Helena Caraxis. Wajahnya yang cantik tetap angkuh, matanya menyipit begitu mengenali Kevin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   522. Kevin vs Felix

    Ledakan pertama mengguncang Desa Langit. Tanah bergetar seperti gempa, atap-atap rumah meloncat dari tempatnya, dan deru teriakan ribuan pasukan sekte kecil memecah udara. Pedang, tombak, panah spiritual, dan mantra terbang memenuhi langit seperti hujan meteor.Kevin hanya sempat menoleh sekali pada Valkyrie, Celestine, dan Kurozan. “Jangan mundur.”Felix melangkah maju, setiap tapak kakinya membuat tanah merekah, memancarkan semburan cahaya emas dari kekuatan dewa dan bayangan hitam pekat dari kekuatan iblis. Dua arus ini tidak saling menolak—mereka berputar melingkar, berpadu seperti yin dan yang, menciptakan aura yang menelan segalanya.“Kekuatan murni dewa membakar roh,” kata Felix tenang, matanya berkilat emas.“Kekuatan iblis menggerogoti jiwa,” lanjutnya, merah darah kini menyala di pupilnya.“Dan aku… punya keduanya.”Ia mengangkat tangannya. Sepuluh Tombak Surga-Neraka tercipta dari pusaran cahaya emas dan kabut hitam, masing-masing berdenyut seperti jantung hidup. Felix meng

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   521. Hinaan Felix

    Bayangan-bayangan yang sebelumnya hanya samar di pinggir pandangan kini mulai menjelma menjadi wujud nyata. Dari atap rumah-rumah kayu yang mengelilingi Desa Langit, dari sela batang pohon pinus yang berdesir pelan, hingga punggung perbukitan yang membentuk cincin alami di sekitarnya—muncul sosok-sosok berbalut jubah sekte. Jumlah mereka bukan lagi puluhan… melainkan ratusan. Langkah kaki mereka nyaris tak terdengar, namun udara di Desa Langit mendadak terasa berat, seperti diselimuti kabut besi. Niat membunuh yang mereka pancarkan merayap di kulit, membuat napas setiap orang yang menyadarinya menjadi pendek dan terputus-putus.Valkyrie melangkah maju, tubuhnya tegak bagai perisai di antara Kevin dan Felix. Angin sore yang tadinya lembut kini terasa membawa aroma logam dan tanah basah. Matanya menyala tajam, menatap Felix tanpa sedikit pun gentar.“Kau berani membawa perang ke Desa Langit?” suaranya tegas, namun di balik itu terselip nada marah yang dingin. “Bagaimana dengan penduduk

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   520. Kaisar Dewa dan Iblis

    Kabut tipis menyelimuti dataran tinggi berbatu yang menjulang di hadapan mereka, seolah menjadi gerbang alamiah menuju Desa Langit. Kurozan mendarat dengan lembut, cakar-cakarnya meninggalkan bekas cekung di tanah yang keras. Udara di sini menusuk kulit dengan kesejukan pegunungan, namun membawa kesegaran yang jarang ditemui—aroma embun dan bunga liar bercampur dengan hembusan dingin yang mengalir dari puncak jauh di atas sana.Di kejauhan, rumah-rumah kayu beratap jerami berdiri berbaris rapi, dikelilingi ladang bunga beraneka warna yang bergoyang perlahan diterpa angin. Kicau burung gunung terdengar samar, kontras dengan ingatan medan perang yang baru saja mereka tinggalkan—darah, jeritan, dan bau besi yang kini terasa begitu jauh.Begitu kaki Kevin menyentuh tanah, suara langkah cepat memecah keheningan. Dari arah jalan desa, seorang perempuan berlari—rambut panjangnya yang keperakan terayun liar, memantulkan kilau lembut di bawah sinar matahari pucat. Mata peraknya bergetar, menaha

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   519. Akhir Hidup Dewi Wajah Racun

    Kevin berdiri tegak di tengah medan pertempuran yang sudah porak-poranda. Batu-batu hitam retak di bawah kakinya, bergetar pelan seakan takut akan sosok yang menginjaknya. Aura kegelapan mengalir dari tubuhnya—bukan sekadar asap atau kabut, tapi pusaran hidup yang menggulung liar, penuh bisik-bisik dari jiwa-jiwa yang telah ia kirim ke kematian.Nafasnya terdengar berat namun terkendali. Setiap tarikan seperti menghisap dingin dari alam neraka, dan setiap hembusan membawa hawa mematikan yang menekan dada siapa pun yang berdiri terlalu dekat.Di tangannya, Pedang Dewa Ilahi bergetar halus. Getarannya bukan sekadar respons logam terhadap energi, melainkan sebuah desahan… seolah pedang itu menyambut niat membunuh tuannya.Tatapan Kevin menusuk tajam, menembus asap kelam dan kabut racun yang melingkari sosok musuhnya—Lexainne, Dewi Wajah Racun. Aura racunnya seperti lautan hijau yang bergelora, namun Kevin berdiri tanpa gentar. Bibirnya bergerak pelan, seperti melafalkan doa… padahal itu a

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   518. Kurozan vs Naga Seiryu

    Awan di langit tercerai berai dicabik oleh kekuatan raksasa. Kurozan, burung raksasa berbulu legam berkilau, mengerjapkan matanya yang menyala seperti bara. Dengan geraman rendah yang bergulung di tenggorokannya, ia melesat dan—KRAAK!—cakar besarnya menghantam mata Naga Seiryu.Raungan menggelegar memecah udara, memantul di antara lapisan awan pekat. Tubuh sang naga raksasa terhuyung, melayang tak terkendali sebelum jatuh menghantam gumpalan awan badai. Butiran es berhamburan, terhempas dari sisiknya yang pecah di beberapa titik.Namun duel belum selesai. Kedua makhluk itu kembali menabrak satu sama lain, sayap mereka memukul udara seperti badai raksasa yang melahirkan pusaran angin mematikan. Suara benturan cakar dan sisik beradu terdengar seperti logam yang digerus oleh petir.Di bawah pusaran pertempuran itu, Kevin berdiri dengan napas berat, Topeng Iblisnya memantulkan kilau kehijauan dari racun yang memenuhi udara. Di sampingnya, Celestine mengepalkan tangan, aura petir di sekeli

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   517. Lexainne – Dewi Wajah Racun

    Langit di atas Tanah Terlarang Dewa dan Iblis mulai berubah warna, dari biru pucat menjadi ungu kelam yang seperti mengalir di antara awan. Kevin, yang kini mengenakan Topeng Iblis dan dikenal sebagai Arkantra Drago, berdiri di punggung Kurozan bersama Celestine. Angin kencang dari sayap burung raksasa itu memukul wajah mereka, membawa aroma hutan pegunungan dan sisa darah pertempuran sebelumnya.“Kita harus cepat sampai ke Desa Langit,” suara Kevin teredam oleh deru angin. “Aku perlu tahu keadaan Valkyrie… sebelum terlambat.”Celestine mengangguk, jemarinya erat memegang tali kekang Kurozan. Mata gadis itu menyapu cakrawala, tapi tiba-tiba membeku.“Kevin…” ucapnya pelan, matanya menyipit, “…ada yang mengikut kita.”Dari kejauhan, kabut hijau pekat muncul seperti racun yang merambat di udara. Dari dalamnya, suara gemeretak tulang bercampur desir angin beracun terdengar, membuat bulu kuduk berdiri. Lalu muncullah sesosok wanita berkulit pucat kehijauan, matanya berkilau seperti zamrud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status