Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 09. Mempermalukan Helena Caraxis

Share

09. Mempermalukan Helena Caraxis

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-03-24 16:15:55

Helena terduduk bersandar pada dinding Paviliun Timur, napasnya memburu, tubuhnya lunglai seakan tak lagi memiliki semangat hidup. Dulu, ia adalah wanita yang memesona, penuh percaya diri, dan begitu dihormati. Namun kini, sosoknya bak bayangan masa lalu—lusuh, tak berdaya, dan kehilangan sinar kecantikannya.

"Bajingan kau, Kevin! Aku harap kau mati dicincang oleh Keluarga Caraxian!" suaranya melengking, penuh amarah dan keputusasaan.

Kevin, yang baru saja melangkah masuk, berhenti sejenak. Matanya menyala oleh kemarahan yang membara. Tanpa banyak bicara, ia meraih rambut panjang Helena yang sudah kusut dan menjambaknya dengan kasar.

"Dasar iblis! Apa kau tidak pernah diajarkan untuk bertobat?" geramnya.

Helena menjerit, kedua tangannya berusaha mencengkeram pergelangan tangan Kevin agar melepaskannya. "Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!"

Namun Kevin tidak peduli. Dengan kekuatan yang tak tertahan, ia menyeret tubuh ringkih Helena keluar dari Paviliun Timur. Sepanjang perjalanan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   10. Bertemu Ayah Mertua

    "Kevin Drakenis, Tuan!" jawab kepala pelayan dengan suara hampir berbisik. Alfred yang duduk di samping Albert sontak terkejut. "Mana mungkin? Kevin Drakenis sudah dinyatakan tewas dalam insiden Keluarga Drakenis lima tahun lalu!" Kepala pelayan menggeleng lemah. "Ia bangkit dari kematian, Tuan... Sekarang ia bagaikan iblis yang membalaskan dendam keluarganya. Seluruh pengawal Nona Muda telah tewas di tangannya." Albert mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. "Bangsat! Kevin atau bukan, pria itu harus disiksa sampai mati!" BOOM! Sebuah ledakan menggelegar dari gerbang baja yang kokoh. Guncangannya membuat gelas-gelas di meja bergemerincing. Albert menoleh tajam, matanya membelalak melihat pintu gerbang baja itu terhempas jauh, menabrak dinding hingga remuk berkeping-keping. DUUARR! Dari balik kepulan asap, seorang pria muncul, menyeret sosok yang tak berdaya di tanah. Helena. Gaun putihnya sudah tercabik, tubuhnya berlumuran darah. Albert menatap putrinya yang t

    Last Updated : 2025-03-24
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   Tingkatan Kultivasi Kevin Drakenis

    Berikut adalah tingkatan kultivasi yang diterapkan oleh Kevin Drakenis ...World Cultivation Stages (Tingkatan Kultivasi Dunia) :Qi RefineringFoundation EstablishmentCore FormationGolden CoreNascent SoulHeavenly SoulVoid RefiningBody FusionTranscendingGreat AscensionUntuk masing-masing ranah kultivasi memerlukan 9 level kultivasi untuk menerobos ranah berikutnya.Setelah ranah Great Ascension akan berada di bagian Kultivasi Immortal.Immortal Cultivation Stages (Tingkatan Kultivasi Immortal) :Half ImmortalHuman ImmortalEarth ImmortalHeavenly ImmortalGolden ImmortalGreat Heavenly Golden ImmortalCelestial Immortal KingImmortal VenerableCelestial Immortal EmperorSetelah Ranah Celestial Immortal Emperor, maka akan berada di bagian Kultivasi Dewa.God Realm Cultivation Stages (Tingkatan Kultivasi Dunia Dewa) :Dao VenerableDao EmperorSpiritual GodGod KingGod EmperorSemoga bisa membantu untuk pemahaman ceritanya nanti ya ...Terima kasih.

    Last Updated : 2025-04-08
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   11. Utusan Gubernur

    “Hentikan perbuatanmu!”Suara itu menggelegar seperti guntur yang pecah di atas kepala—keras, penuh tekanan, dan menyayat langit kelabu yang menaungi Paviliun Caraxis. Dentumannya menggema, menyusup ke dalam dada setiap orang yang mendengarnya. Gelombang energi spiritual menyapu ke arah Kevin seperti badai panas yang tak terlihat, menyambar dengan kekuatan yang cukup untuk merobohkan pohon tua dalam sekali sapuan.Tanah di bawah kaki Kevin bergetar, serpihan debu berterbangan liar seperti pasir dalam pusaran angin. Udara tiba-tiba menjadi tebal dan pengap, seolah ditimpa beban ribuan batu. Napas orang-orang yang menyaksikan menjadi berat, seperti paru-paru mereka dicekik oleh kekuatan tak kasatmata itu.Namun Kevin…Ia tetap berdiri. Tegap. Tak bergeming.Pakaiannya hanya berkibar ringan seolah hanya angin senja yang menyapunya. Tidak ada tanda keterkejutan di wajahnya. Tidak ada ketakutan. Hanya ketenangan... yang terasa jauh lebih mengerikan.Kekuatan hebat yang ditunjukkan oleh sua

    Last Updated : 2025-04-09
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   12. Hinaan Alfred Davidson

    Hening menyelimuti tempat itu. Angin berdesir pelan, seolah ikut menunggu jawaban dari sang pemuda yang berdiri seperti tiang baja—diam, tenang, dan penuh rahasia yang belum terungkap.Kevin mengangkat wajahnya perlahan.Tatapannya tenang—begitu tenang hingga menyerupai danau yang membeku di musim dingin terdalam. Tidak ada riak kemarahan. Tidak ada ketegangan. Hanya kedalaman yang sunyi… dan dingin yang menusuk. Bahkan badai sekalipun tak sanggup mengguncang keteguhan pandangan itu.Matanya menatap lurus ke arah Alfred, dan saat ia berbicara, suaranya terdengar rendah… tapi jelas. Seolah dunia terdiam hanya untuk mendengarkannya.“Siapa kau?” katanya. “Bahkan jika Gubernur… atau Presiden sekalipun datang ke sini, aku tidak peduli.”Kalimat itu meledak tanpa suara. Seperti kilat tanpa petir. Tapi efeknya terasa—udara seketika menjadi hening, seperti dunia menahan napas. Angin yang tadi bertiup kini berhenti. Daun-daun menggantung di udara, nyaris tak bergerak, seolah waktu sendiri mem

    Last Updated : 2025-04-09
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   13. Kematian Alfred Davidson

    Kevin Drakenis terus melangkah mendekati Alfred Davidson, Sang Utusan Gubernur Xandaria.Namun setiap langkahnya bergema… bukan di telinga, tapi di dada, di perut, di tulang belakang. Seolah setiap gerakannya membawa gelombang energi yang berat, seperti guntur yang ditahan langit terlalu lama. Udara di sekitar mulai berubah—tekanan tak terlihat menggantung di atas kepala siapa pun yang ada di sana. Daun-daun kering yang tadinya tenang, tiba-tiba bergetar, lalu beterbangan meski angin tak berhembus.Suaranya kembali terdengar. Datar. Pelan. Tapi setiap katanya mengandung beban yang membuat tulang bergidik.“Jadi...,” katanya, suara rendahnya lebih terasa seperti desis ular yang bersiap mematuk, “kau ada hubungannya dengan kematian orang tuaku? Atau Gubernur yang berada di balik semua kejaadian yang menimpa Paviliun Drakeenis?"Alfred menelan ludah. Gerakan itu nyaris tak kentara, tapi cukup untuk memperlihatkan bahwa keyakinannya mulai retak. Sikap Kevin yang tak takut pada jabatannya

    Last Updated : 2025-04-09
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   14. Kekejaman Kevin Drakenis

    Udara di Paviliun Barat Caraxis begitu tegang, seolah-olah dunia menahan napas. Jejak darah yang mengering di antara batu-batu lantai menjadi saksi bisu dari tragedi barusan—Utusan Gubernur tergeletak tak bernyawa dengan kepalanya terpisah dari tubuhnya, dan jeritannya masih terngiang di dinding-dinding batu. Tapi semua itu tak membuat Helena Caraxis gentar. Meskipun tubuhnya remuk, semangatnya belum padam.Ia tergeletak di ujung halaman, tubuhnya terbungkus pakaian anggun yang kini robek dan berlumur debu. Dua kakinya terkulai tak berdaya—patah, hancur oleh tendangan Kevin Drakenis sebelumnya. Setiap gerakan kecil pun membuatnya menggertakkan gigi menahan nyeri. Namun dari matanya, masih menyala api kemarahan yang tak kalah menyakitkan."Kalian tunggu apa lagi?! Serang dia... sekarang juga!" suaranya melengking, parau, penuh amarah dan rasa malu. Ia tak peduli lagi dengan darah yang menetes dari bibirnya. Ia menunjuk ke arah Kevin dengan tangan gemetar, bukan karena takut—tapi karena

    Last Updated : 2025-04-10
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   15. Hitung Mundur

    “BERHENTI!!”Suara itu menggelegar seperti halilintar yang memecah langit mendung. Langkah Kevin terhenti seketika. Getaran dari teriakan itu seolah memukul udara di sekitarnya, menggantungkan ketegangan yang mendebarkan.Dari balik bangunan utama paviliun, muncullah sosok Albert Caraxis. Bajunya tampak rapi dengan jubah khas pemimpin paviliun, namun matanya menyala oleh amarah yang membara. Dia berdiri di hadapan Kevin, dadanya naik turun, napasnya terdengar seperti desisan hewan buas yang sedang terluka namun belum menyerah.“Beraninya kau… menyentuh putriku…” katanya dengan suara berat, tiap katanya seolah mengguncang tanah di bawah kaki mereka.Kevin menoleh perlahan, senyuman sinis menyungging di bibirnya. Sorot matanya dingin, meremehkan, seperti menatap seekor anjing tua yang menggonggong tanpa bisa menggigit.“Akhirnya muncul juga, ya?” gumamnya. “Kupikir pengecut macam kau sudah kabur entah ke mana. Ternyata masih punya nyali juga... Ayah mertua.”Nada sarkastisnya menampar h

    Last Updated : 2025-04-11
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   16. Teringat Masa Lalu

    Langkah-langkah Kevin Drakenis terdengar lembut di atas kerikil halaman, tapi ada sesuatu yang jauh lebih berat daripada sepatunya—beban dendam yang telah lama dipendam. Udara sore itu dingin dan penuh ketegangan, seolah angin pun menahan napasnya ketika pria itu mendekat ke arah Helena.Helena Caraxis menggeser tubuhnya mundur satu langkah, lalu satu lagi. Tubuhnya gemetar seperti daun di ujung ranting saat badai hendak datang. Matanya membesar, sorotnya bercampur takut dan bersalah, melihat sosok yang berjalan pelan menuju ke arah dirinya."Apa... apa maumu?" suaranya nyaris tak terdengar.Kevin tak langsung menjawab. Ia menyelipkan sebatang rokok berbungkus emas ke antara bibirnya—rokok khas dari Claudia Xander, aromanya tajam dan menguar harum dedaunan terbakar. Ia menyalakannya perlahan, seakan menikmati setiap detik keheningan yang menusuk.Asap rokok pertama dihembuskannya dengan lambat, melingkar seperti ular di udara, sebelum menyentuh wajah Helena yang pucat. Ia menarik bang

    Last Updated : 2025-04-11

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   92. Heaven's Wrath Seal

    “Cukup dengan kebohonganmu.”Suara Kevin terdengar pelan, nyaris tanpa emosi, seperti sebongkah es yang jatuh menghantam tanah, dingin dan datar. Matanya menatap kosong ke arah Adam Smith, yang kini hanya tinggal bayangan lelaki sombong yang dulu berdiri gagah sebagai Gubernur Xandaria.“Kau hanyalah makhluk rendahan …” lanjut Kevin pelan, kata-katanya menggantung tajam di udara, “yang tak berguna bagiku.”Ia menunduk perlahan, membiarkan helaan napasnya yang dingin menyapu telinga Adam yang pucat.“Kau akan mati bukan sebagai gubernur …” bisiknya, suaranya nyaris seperti suara angin yang berkesiur di sela reruntuhan. “Tapi sebagai pengkhianat … yang menjual nyawa demi kekuasaan murahan.”Tubuh Adam makin menggigil, giginya bergemeletuk tanpa kendali. Mata lebarnya memantulkan bayangan Kevin yang perlahan berdiri kembali, tegap, seolah menyerap semua kekuatan di sekitarnya.“Tidak … tidak …” gumam Adam pelan, hampir seperti doa kosong, air mata bercampur ingus mengalir di pipinya.Kev

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   91. Siksaan

    “Aku tak butuh bantuanmu,” gumamnya datar, seolah ucapan itu hanya fakta, bukan ancaman.Adam mengerang pelan, air mata bercucuran, tubuhnya berkelojotan seperti ikan yang dilempar ke daratan. Matanya—mata yang dulu menatap rakyat Xandaria dengan penuh arogansi—kini hanya memantulkan ketakutan murni, ketakutan seorang manusia yang tahu ajalnya sudah menjemput.“Lalu … apa yang kau mau …?” bisiknya, suara itu seperti hela nafas terakhir, hampir tak terdengar, hanya serpihan suara di tengah kehancuran.Kevin menarik napas panjang, dadanya naik turun perlahan. Aura petir yang sedari tadi menggema liar di sekeliling tubuhnya perlahan mereda, satu demi satu kilatan padam, menyisakan hanya keheningan berat. Ia memejamkan mata sesaat, mendengar debar jantungnya sendiri, mendengar suara kenangan lama berbisik di kepalanya.Saat matanya terbuka kembali, hanya ada satu hal di sana: dingin, tak berperasaan.“Aku ingin kau mati,” bisiknya pelan, “dalam ketakutan … dan keputusasaan …”Ia mengangka

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   90. Akhir Sang Gubernur

    Langkah kaki Kevin menghantam tanah yang retak dan hangus, setiap jejaknya menggemakan dentuman berat seperti palu menghajar bumi. Bau logam terbakar bercampur dengan aroma tanah basah menusuk hidungnya, sisa dari kawah pertempuran mautnya dengan Valkyrie yang masih mengepulkan asap tipis ke udara. Setiap embusan angin menggiring kepulan abu, menari-nari di antara reruntuhan dinding yang setengah runtuh. Namun mata Kevin tak goyah. Fokusnya terpaku pada satu sosok yang berlutut gemetar di ujung pandangannya.Adam Smith—dulu Gubernur Xandaria yang angkuh dan berkuasa—kini tampak seperti cangkang kosong, wajahnya pucat, rambut kusut, mata membelalak sembab. Tubuhnya menggigil, satu tangannya terangkat setengah, jari-jari gemetar seperti benang rapuh yang nyaris putus.“Tung-tunggu … Kevin…” suaranya pecah, parau, lebih mirip suara pria yang depresi daripada suara seorang pria yang pernah berdiri di puncak kekuasaan. “Kita … kita bisa bicara …!”Kevin berhenti, hanya satu langkah darinya

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   89. Bukan Iblis

    Jeritan Valkyrie memecah malam, suara itu seperti lengkingan baja yang dipanaskan, menembus kabut dan debu. Aura perak membuncah dari tubuhnya, berputar liar, menciptakan pusaran cahaya yang menyilaukan. Dari balik kilau itu, muncul wujud ilusi seekor burung langit bersayap tujuh—makhluk legendaris yang hanya bisa dipanggil lewat teknik pamungkas, Lunar Phoenix Ascension. Sayap-sayapnya terbentang, tiap helai bulunya memancarkan cahaya perak yang menusuk gelap, memantulkan bayangan di reruntuhan yang mengelilingi mereka. Pedang Valkyrie, meski retak dan nyaris patah, memancarkan cahaya terakhirnya. “Moonlight Final Art : Silver Phoenix Reversal!” teriaknya, suara itu menggema, bercampur gaung magis yang membuat udara di sekitar bergetar.Di sisi lain, Kevin mencengkeram Pedang Dewa Ilahi lebih erat. Aura hitam-putih yang menyelubunginya semakin mengerucut, seperti tombak kilat yang siap menusuk langit. Mata Kevin, yang kini sepenuhnya bersinar putih, memantulkan kilatan dewa pembala

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   88. Black Heaven Lightning

    Valkyrie berdiri limbung di tengah lantai marmer yang sudah retak-retak, kakinya gemetar, lututnya hampir menyerah. Setetes darah mengalir pelan dari pelipisnya, menyusuri garis wajah hingga menetes dari dagu, jatuh ke lantai seperti tetesan waktu yang menghitung mundur. Rambut peraknya, yang biasanya tertata rapi dan berkilau keemasan, kini kusut berantakan, sebagian menempel di kulit wajah yang basah oleh keringat dan darah, sebagian terurai liar seperti tirai api yang tersapu badai. Nafasnya pendek-pendek, dada naik turun cepat, namun tatapan matanya… tatapan itu tetap menyalakan perlawanan. Bara kecil yang menolak padam, meski dikepung hujan badai tanpa ampun.Di seberang ruangan, Kevin berdiri diam, tubuhnya dibalut aura listrik yang mengamuk liar. Lengan kirinya terluka, darah mengalir hingga menodai jari-jarinya, dan bahunya robek, memperlihatkan sepotong daging merah di balik jubah putih yang sudah tercabik. Namun luka-luka itu tidak melemahkannya. Sebaliknya, aura petir di se

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   87. Kevin vs Valkyrie - II

    Asap tebal membubung di tengah ruangan, dan dari balik kabut itu, Valkyrie terdorong mundur, lututnya menghantam lantai dengan dentuman berat. Napasnya memburu, darah segar menetes dari ujung bibirnya, melukis noda merah di pipi pucatnya. Meski begitu, matanya tetap tajam, menusuk, seperti elang yang tak sudi jatuh hanya karena satu luka.“Kau …” desisnya pelan, suaranya berat namun tetap mengandung kehormatan. “…bukan lawan sembarangan, Kevin Drakenis.”Langkah kaki berat bergema mendekat. Kevin berjalan pelan, setiap jejaknya membakar lantai, meninggalkan bekas arang hitam yang menguapkan asap tipis. Aura petirnya kini menggila, menyambar-nyambar di sekeliling tubuhnya, mencabik udara hingga terdengar suara siulan tajam. Matanya menyala bagai bara, memancarkan cahaya putih yang memaksa jantung siapapun berdetak lebih cepat.Ia menyeringai tipis, senyumnya dingin, tapi di sana ada sedikit kekaguman.“Dan kau …” bisiknya pelan, suaranya hampir seperti gumaman maut, “…terlalu cantik un

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   86. Kevin vs Valkyrie - I

    Kilatan cahaya menyambar liar, menggurat udara seperti kilat yang turun langsung dari langit. Ledakan demi ledakan mengguncang ruangan megah itu, memecahkan dinding, menghancurkan pilar, dan menyisakan puing-puing yang beterbangan seperti hujan batu. Percikan energi spiritual yang membara memantul di segala permukaan, mewarnai udara dengan semburat biru, ungu, dan perak yang berkilauan.Bagi mata manusia biasa, pertarungan ini mustahil untuk diikuti. Kecepatan mereka terlalu gila, kekuatan mereka terlalu buas. Yang terlihat hanyalah bayangan kabur, garis-garis cahaya yang saling beradu, dan dentuman keras yang menggema seperti perang para dewa. Di antara keanggunan tubuh Valkyrie yang menari lincah dan keganasan aura Kevin yang membara seperti badai petir, terpatri awal dari duel yang tak hanya memperebutkan hidup dan mati, tetapi juga mengguncang tatanan kekuasaan Arkandaria.BRAAAKK!Suara ledakan menggetarkan seluruh ruangan ketika pedang Valkyrie beradu dengan Pedang Dewa Ilahi mi

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   85. Adu Energi Spiritual

    “Kevin Drakenis,” ucapnya akhirnya. Suaranya terdengar lembut—seperti senandung angin malam yang tenang—namun di balik kelembutan itu tersembunyi kilatan petir yang siap menyambar tanpa peringatan. “Nama yang mulai membuat kekacauan di seluruh Provinsi Xandaria.”Kevin mengeluarkan tawa pendek, hampir seperti gumaman, namun matanya menyala tajam, penuh api yang tak bisa dipadamkan. “Nama yang membawa kebenaran keluar dari bangkai kebohongan, maksudmu?” balasnya, nadanya ringan namun berisi keyakinan baja.Valkyrie menghentikan langkahnya hanya beberapa meter dari Kevin. Seketika, aura spiritual mereka saling berbenturan, seperti dua badai yang bertemu di garis tengah. Udara mendadak berat, padat, menekan paru-paru siapa pun yang ada di ruangan. Debu-debu yang beterbangan mulai berputar, puing-puing kecil bergetar hebat, dan lampu gantung yang tergantung tinggi di langit-langit mulai berderik, rantainya berayun dengan suara cemas, seolah takut roboh di bawah benturan energi dua kekuat

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   84. Valkyrie

    Langkah-langkah tegas terus berdentum pelan namun menghantam udara dengan tekanan tak kasat mata, menggema di antara puing-puing batu dan lantai marmer yang retak. Setiap hentakan tumit seolah menandai kedatangan sesuatu yang tak terhindarkan, seperti gema palu takdir yang mendekat.Aura dingin menyayat udara, membuat ruangan yang sebelumnya hangat oleh ketegangan kini terasa membeku.Sekarang penampakan Celestial Myrad ini lebih jelas. Dia seorang wanita muda—mungkin tak lebih dari dua puluh lima tahun. Tapi ada sesuatu pada caranya melangkah: wibawa yang tidak bisa diajarkan, aura kepemimpinan yang membuat udara sendiri seolah menahan napas.Rambut panjangnya, perak dengan semburat keemasan, terurai indah hingga pinggang, berkilau di bawah cahaya matahari. Tiap helai rambut memantulkan cahaya lembut, menciptakan ilusi seperti mahkota cahaya yang menghiasi kepalanya.Sepasang mata biru tajam menatap lurus ke arah Kevin—mata yang bagaikan kristal es, dingin, bening, namun memancarkan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status